Pemakaman Jonghyun sudah selesai sejak tadi, namun baik Luna maupun teman-temannya yang lain yang hadir tampak masih enggan untuk beranjak pulang.
Luna masih belum berhenti menangis. Satu persatu sahabatnya sudah mencoba menenangkan Luna, tapi tak ada yang berhasil.
Mereka tahu tidak ada cara untuk mengobati rasa sedih yang dirasakan Luna untuk saat ini, tapi mereka juga tidak tega melihat Luna terus-terusan menangis seperti itu.
Satu-satunya orang yang sejak tadi terus berdiri di samping Luna adalah Lee Taemin. Karena dia merupakan sahabat Luna sekaligus almarhum Jonghyun.
Taemin merasa sedih dua kali lipat dibanding yang lain, karena selain sedih atas kepergian Jonghyun, ia juga sedih saat melihat Luna menangis seperti ini.
Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan untuk menghibur Luna, yang bisa ia lakukan hanya memeluk wanita itu dan menyalurkan kekuatan padanya.
Bagaimanapun juga Luna harus tetap hidup apapun yang terjadi.
"Lun udah Lun jangan nangis terus, entar kak Jonghyunnya sedih ngeliat lo kaya gini." Eunji menatap Luna prihatin sambil menepuk-nepuk punggung wanita itu.
"Iya Lun, lo berdoa aja biar kak Jonghyun tenang di alam sana." Dasom ikut menimpali.
Namun bukannya mereda, tangis Luna justru semakin kencang. Taemin buru-buru memeluknya lagi untuk yang kesekian kalinya.
Mereka semua lalu terdiam. Membiarkan Luna berlarut dalam kesedihannya sampai kedua orang tuanya mendekat dan menghampiri Luna. Taemin lantas melepas pelukannya.
"Ayo sayang kita pulang," ujar ibu Luna dengan suara paraunya. Siapapun bisa tahu kalau beliau habis menangis.
Luna menggeleng. Ia masih enggan untuk meninggalkan rumah Jonghyun. Tadi saja ia bisa meninggalkan makam Jonghyun karena pingsan sehingga Taemin harus membopongnya kemari, jika tidak pingsan mungkim sampai saat ini Luna masih berdiam diri sambil meratapi makam kekasihnya itu.
"Luna ...." Ibunya mencoba membujuk, tapi Luna tetap menolak.
Sebagai ibu sekaligus sesama wanita ia tahu betul bagaimana perasaan Luna saat ini. Dunianya seakan hancur dalam sekejap, tapi ia tidak mau putri semata wayangnya terus-terusan bersedih seperti ini. Karena itu membuat hatinya ikut sakit.
"Biar nanti Taemin yang nganterin Luna pulang tante, kalau Luna udah agak tenangan." Taemin menawarkan diri. Kedua orang tua Luna saling pandang sebelum mengangguk setuju. Mereka juga tidak tega bila harus memaksa Luna untuk pulang bersamanya.
"Yasudah, tante titip Luna sama kamu ya Taem." Ibu Luna menepuk pundak Taemin sekilas.
"Siap tante." Taemin mengulas senyum kecil. Merepa pun berlalu dari rumah Jonghyun setelah menatap Luna cukup lama.
"Kalian balik duluan aja, biar Luna gue yang urus." Taemin beralih menatap temannya satu persatu.
"Gue di sini aja nemenin Luna," ujar Jiae.
"Gue juga." Minah ikut-ikutan.
"Nggak apa-apa biar gue aja. Lagian kasian keluarga kak Jonghyun kalau kita semua di sini. Mereka juga harus istirahat."
"Taemin bener, sebaiknya kita pulang aja. Besok kita bisa datang lagi," ucap Seungho membuat teman-temanya mendesah pelan.
"Yaudah Taem kita pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi kita aja." Suga menepuk pundak Taemin sebelum berdiri dan mengajak Jiae beranjak dari sana.
"Luna yang sabar ya. Kapanpun lo butuh, gue selalu ada buat lo." Jiyeon memeluk Luna lama. Menghapus air mata wanita itu dan memberinya semangat.
"Iya Lun, lo nggak sendiri." Eunji menggenggam tangan Luna. Ia memaksakan diri untuk tersenyum sambil ikut menyemangati Luna.
"Jaga diri lo ya Lun. Kita balik duluan." Dasom memimpin teman-temannya untuk keluar dari rumah Jonghyun.
Setelah memeluk Luna, Jiyeon beranjak dan menghampiri Myungsoo sebentar yang kebetulan belum pulang juga. "Pak, saya pulang duluan," pamitnya sambil mengulas senyum tipis.
"Iya, hati-hati." Myungsoo balas tersenyum. Jiyeon kemudian mengangguk dan berlalu dari sana.
Tidak seperti kemarin Jiyeon sempat merasakan bahagia saat Myungsoo mengajaknya bicara duluan waktu ia sedang memikirkan IU, saat ini ia benar-benar tidak merasa demikian walau sejak tadi ia berdiri berdekatan dengan Myungsoo. Perasaannya campur aduk antara sedih dan tidak percaya. Kepergian Jonghyun sangat tidak diduga.
Karena bukan sekedar kehilangan kekasih atau ditinggal calon suami seperti IU, kejadian yang menimpa Luna sangat menyakitkan.
Lebih sakit dari sekedar melihat mantan punya kekasih baru, atau mengetahui fakta bahwa pacarmu selingkuh.
Karena kematian membuatmu tidak akan pernah bisa melihatnya lagi untuk selamanya.
Dan yang lebih menyakitkan adalah karena Luna begitu mencintai Jonghyun dan hubungan mereka bisa dibilang selalu baik-baik saja. Hubungan yang sering membuat teman-temannya iri.
Akan lebih mudah jika Jonghyun adalah laki-laki brengsek yang sering menyakiti wanita, tapi faktanya Jonghyun adalah lelaki yang baik. Ia nyaris tidak pernah membuat Luna menangis kecuali menangis karena terharu.
Jonghyun terlalu baik untuk meninggal secepat ini.
-Ooo-
Ceritanya ini gue lagi baper gara2 liat fancam konser SHINee kemarin.
Sumpah gue jadi nangis lagi waktu mereka nyanyi terus ngosongin tempat di tengah buat almarhum Jonghyun 😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fanfic[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018