Hwayoung mengepalkan kedua tangannya kesal. Pagi ini seisi kantor dihebohkan dengan berita pertunangan Myungsoo dengan Jiyeon.
Ia tidak menyangka kalau hubungan mereka akan selancar ini. Terlebih apa ini tidak terburu-buru? Kenapa mereka mendadak memutuskan untuk segera bertunangan?
"Untuk kedua kalinya lo ngerebut cowok yang gue suka Park Jiyeon, tapi kali ini gue gak akan ngebiarin lo gitu aja!" gumam Hwayoung sambil menahan emosinya.
Hari ini moodnya langsung kacau.
Tadinya ia berniat untuk langsung melabrak Jiyeon, tapi pekerjaan menumpuk membuat Hwayoung mau tidak mau harus tetap berada di meja kerjanya.
Ia bahkan melewatkan separuh jam istirahatnya.
Hingga sore tiba dimana jam kerjanya selesai, Hwayoung akhirnya bisa terlepas dari semua pekerjaan yang melelahkan itu. Setidaknya ia jadi tidak usah lembur.
"Gue harus nemuin dia sekarang juga!" katanya sambil buru-buru merapikan barang-barangnya.
Setelah itu Hwayoung bergegas mencari Jiyeon, namun sayangnya ia melihat wanita itu sedang berjalan menuju lift bersama Myungsoo.
Ia tidak mungkin melabrak wanita itu di depan Myungsoo.
"Sial!" makinya. Kedua tangannya kembali terkepal menahan emosi.
"Lihat aja gue bakal bikin perhitungan!" Lantas ia bergegas menuju parkiran dengan wajah kesalnya.
Teman-teman kantornya sampai tak berani untuk menyapanya.
"Hwayoung!" Hwayoung baru saja akan menjalankan mobilnya saat seseorang tiba-tiba saja mengetuk kaca jendela mobilnya.
Dia adalah Dasom.
Hwayoung menurunkan kacanya dan menatap Dasom seolah bertanya 'ada apa?'
"Gue udah nungguin lo dari tadi, tapi kata temen kantor lo, lo udah pulang. Untungnya lo masih di sini ternyata."
"Ada urusan apa lo sama gue?" tanya Hwayoung dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat.
"Ada yang mau gue omongin, penting!"
"Lo bawa mobil?" Dasom menggeleng. "Yaudah masuk."
Dasom hanya menurut saja. Keduanya kemudian meluncur menuju kafe biasa yang sering mereka datangi.
Kebetulan Hwayoung sedang lapar.
Setelah memesan makanan, atensi Hwayoung kembali pada Dasom. Ia menanyakan lagi tujuan Dasom menemuinya.
Omong-omong ini kali pertama mereka bertemu lagi setelah pertengkarannya beberapa waktu lalu.
Sejak saat itu pertemanan mereka mulai merenggang.
"Lo pasti udah denger berita soal Jiyeon sama Myungsoo kan?" tanya Dasom membuat Hwayoung kembali kesal karena teringat lagi akan hal itu. Padahal barusan ia sempat melupakannya sejenak.
"Kenapa?"
"Gue khawatir sama lo!" Sebelah alis Hwayoung terangkat.
"Gue tau lo pasti ngerasa dikhianati untuk kedua kalinya dan gue juga yakin lo pasti udah ngerencanain sesuatu buat misahin mereka." Sejenak Hwayoung hanya terdiam. Kaget dengan ucapan Dasom yang tepat sasaran.
"Terus?"
"Gue minta lo ngebatalin apapun yang udah lo rencanain sekarang."
"Siapa lo berani ngatur-ngatur gue?" Hwayoung mulai emosi.
"Plis, gue gak mau lo kenapa-napa." Dasom mulai menunjukkan raut wajah memohonnya.
"Gue gak ngerti kenapa tiba-tiba lo datang nemuin gue terus ngelarang gue ini itu. Gue curiga kalau sekarang lo udah ada dipihak cewek sialan itu!"
Dasom sedikit kaget saat Hwayoung tiba-tiba menuduhnya seperti itu. "Nggak, lo salah paham. Gue bukannya mau ngebelain Jiyeon atau gimana. Gue cuma gak mau terjadi apa-apa sama lo. Gue sayang sama lo Hwayoung, sebagai temen baik lo gue mau ngingetin lo aja."
"Ngingetin?"
"Hwayoung plis dengerin gue. Kita semua sekarang bukan anak SMA lagi. Kita udah dewasa, masa gara-gara masalah kaya gini lo bakal ribut lagi sama Jiyeon?"
Hwayoung semakin emosi. "Masalah kaya gini lo bilang? Enteng banget lo ngomong!"
"Gue gak mau lo dicap buruk lagi Hwayoung. Bukannya lebih baik lo nunjukin ke mereka kalau lo yang sekarang udah berubah? Lo juga bisa nyari cowok yang lebih baik dari Myungsoo."
"Buat apa? Gue gak peduli kalau Jiyeon sama temen-temennya itu makin benci sama gue. Toh gue juga gak deket sama mereka."
Dasom menggeleng pelan. "Bukan gitu maksud gue. Apa lo gak capek kaya gini terus? Lo kaya diperbudak sama rasa dendam lo sendiri tau gak?!"
"Gue gak ngerti. Kenapa semua orang selalu nentang gue? Bahkan dunia pun kaya berpihak sama Jiyeon terus." Mata Hwayoung mulai berkaca-kaca.
Tentu saja ia juga lelah kenapa selalu berada dalam situasi seperti ini. Kenapa Jiyeon selalu memenangkan apa yang ia sukai padahal ia yang lebih dulu menyukainya.
"Plis, sekali ini aja lo dengerin gue. Setelah ini terserah lo mau ngebenci gue apa gimana."
Dan akhirnya Hwayoung menyerah. Ia mendengarkan baik-baik semua perkataan Dasom.
Walau demikian ia masih tidak mau mengakui kekalahannya.
***
Jiae : Gue gak bisa datang ke acara tunangan lo dong 😭😭
Jiyeon : gpp say santai aja.
Jiae : tapi gue pengen dateng
Eunji : minta jemput cowok lo dong
Jiae : andai dia punya jet pribadi :)
Suga : gak usah ngayal. Gue gak sekaya itu buat beli jet pribadi
Luna : wkwkwk aku ngakak
Minah : hahaha anjir suga
Jiae : biasa aja dong gue kan cuma bercanda 😒
Minhyuk : kalian berantem sana biar cepet putus (:
IU : mau gue tabok gak hyuk?
Kihyun : iya bener. Stok jomblo berkurang satu nih gara2 Jiyeon udah taken. Kali aja lo mau gantiin Jiyeon
Jiae : kalian belum pernah ngerasain santet online ya?
Jiyeon : enang ada ya?
Hongbin : Jiyeon mending lo gak usah ikut ikutan. Otak lo gak nyampe -_-
Eunji : anjir teramat sangat menohok itu
Minhyuk : hahahahain aja
Taemin : lo kapan pinternya sih Jiyeon. Heran gue padahal udah mau tunangan lo
Jiyeon : ih apasih kok jadi pada ngebuli gue 😢
Luna : lu dari dulu emang bullyable sih yeon
Jiyeon : tega lo lun bukannya belain gue 😭
Luna : ogah banget
Jiae : uluh uluh kasian Jiyeon gue. Sabar ya yeon mereka emang kaya gitu. Makanya lo pinteran dikit biar gk kena buli terus
Jiyeon : ini sebenernya lo niat belain gue apa gimana?
Minhyuk : itu sih ikut ngebuli namanya wkwk
Kihyun : sabar teman ini ujian
-Ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fanfic[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018