12

1.7K 198 1
                                    

Seribu kebaikan akan tertutup dengan satu perbuatan buruk. Begitu pula dengan penilaian Bidadari pada Arjuna saat ini. Kenyataan memang tidak selalu manis, tapi bisa memberikan pelajaran yang berarti.

Realita kehidupan memang kejam. Terkadang hanya dengan tertidurlah, seseorang bisa kabur sesaat dari realita. Mimpi bisa menjadi bonus yang memberikan kesenangan sesaat, juga bisa menjadi tambahan penyiksaan bagi seseorang.

Tapi terkadang otak dan anggota tubuh tidak dapat diajak bekerja sama. Bidadari sudah berusaha untuk memejamkan matanya dari beberapa jam yang lalu, namun tidak berhasil. Entah apa yang membuatnya sulit untuk tertidur.

Bidadari akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Meskipun tadi ia sempat tidak memiliki nafsu makan, tapi sepertinya perutnya sudah meminta untuk diisi. Memang menyebalkan, nafsu makannya hanya dapat hilang dalam hitungan jam. Tapi pada akhirnya tuntutan lemaknya tetap lebih berkuasa dibandingkan otaknya. Mungkin juga rasa laparnya yang membuat dirinya sulit tertidur.

Langkah Bidadari terhenti saat melihat Jerry dan Edo yang masih duduk di ruang tamu sedang menonton. Diliriknya jam dinding, sudah menunjukkan pukul 01.20. Sedikit merasa heran, mengapa dua orang itu tidak pulang ke rumah, padahal masih belum akhir pekan dan mereka masih harus bekerja pada pagi harinya. Bidadari berpikir sejenak, apakah kedua orang itu berniat untuk tidak pergi bekerja lagi pagi nanti.

"Kalian nginep? Memang kalian mau bolos kerja lagi?", tanya Bidadari yang membuat kedua pria itu menoleh ke arahnya.

"Ya untuk pertanyaan pertama, nggak untuk pertanyaan kedua.", jawab Jerry yang segera bangkit dari duduknya dan menyusul Bidadari yang berjalan menuju dapur. Tanpa bicara apapun, Jerry menarik Bidadari yang sedang mencari makanan di dalam kulkas untuk mengikutinya menuju ruang tamu dan membuatnya duduk di sebelah Edo.

"Gue tahu lu pasti lapar. Hari ini setelah pulang dari rumah sakit, lu belum sempat makan kan?", ucap Jerry yang hanya dibalas dengan cengiran oleh Bidadari.

"Tunggu sini, tadi kita sudah duga lu bakal kelaparan, jadi kita beliin sop iga. Gue angetin dulu sop nya.", Jerry segera beranjak menuju dapur dan menghangatkan makanan yang memang sengaja dibeli untuk Bidadari tadi.

Sedangkan Bidadari yang kelaparan akhirnya memilih hendak mengunyah keripik kentang yang tergeletak di atas meja. Baru hendak membawa keripik kentang yang ada dalam genggamannya menuju ke mulutnya, tangan Bidadari sudah ditangkap oleh Edo dan diarahkan ke mulut Edo. Dalam hitungan detik, keripik kentang yang ada di tangannya raib.

"Lu baru sembuh. Jangan makan sembarangan dulu.", ucap Edo yang dibalas dengan cebikan kesal oleh Bidadari. Edo juga menggeser bungkus keripik kentang, jauh dari jangkauan Bidadari.

"Ih, kan gue bukan sakit pencernaan. Gue lukanya di luar. Jadi gak masalah makan apa saja.", protes Bidadari yang dihadiahi pelototan dari Edo. Untuk kali ini Bidadari menurut dan tidak melemparkan protes. Ini semua adalah bentuk kepedulian salah satu kakaknya. Akhirnya ia hanya bisa menikmati bumbu mecin yang tersisa di kedua jarinya itu.

Bagaimanapun juga, teman-teman kakaknya sudah mengenal Bidadari sejak kecil. Mereka sudah tahu satu sama lain. Bidadari sadar, secara tidak langsung ia juga punya tiga kakak laki-laki lainnya - tanpa hubungan darah - yang protektif padanya dengan cara mereka sendiri.
Jerry menunjukkan dengan memperlakukannya benar-benar seperti adik kecilnya, mengingat ia hanya anak tunggal. Edo dengan keisengannya seperti yang biasa seorang kakak lakukan pada adiknya. Tommy meskipun terlihat paling cuek, tapi tidak segan turun tangan jika ada yang menganggu Bidadari. Paket komplit Putra yang terbagi kepada tiga orang itu.

Lamunan Bidadari terhenti karena tepukan ringan di bahunya. Semangkuk sup iga beserta sepiring nasi hangat sudah tersaji di depannya.

"Ah, makasih Bang Jer. Memang paling ngerti aku deh.", Bidadari memeluk Jerry yang sudah duduk tak jauh darinya. Bidadari kemudian bersiap menyantap makanan yang terhidang itu, namun niatnya terhalang karena mendengar dehaman dari pria yang duduk di sebelahnya itu. Saat Bidadari menoleh, ia melihat Edo yang sudah membuka lebar ke dua tangannya.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang