32

1.2K 152 13
                                    

Adegan seorang gadis cantik memakaikan dasi pada pria tampan kini terpampang kembali di depan mata Bidadari. Membuat semua mata yang memandangnya iri melihat adegan tersebut sekaligus setuju bahwa mereka serasi, termasuk Bidadari. Kali ini bukan adegan sinetron yang waktu itu ditontonnya, bukan juga diperankan oleh aktor ataupun artis yang sedang mewarnai dunia pertelevisian saat ini. Kali ini diperankan oleh salah seorang yang sangat dikenal baik oleh Bidadari, yakni Edo, suaminya sendiri. Bersama dengan Diana, gadis yang selama ini selalu hanya disebut sebagai teman Edo. Bidadari rasanya ingin langsung berlari ke arah mereka dan menarik tangan gadis itu dari tubuh suaminya itu, lalu menjambak rambut gadis tersebut agar tidak seenaknya bersikap seakrab itu dengan suaminya. Jika saja mami Edo tak menyuruh Bidadari untuk mengantarkan makan siang untuk Edo hari ini, Bidadari tak akan pernah lebih yakin dari saat ini tentang hubungan antara Diana dengan Edo.

Bidadari mengambil napas dalam kemudian menghampiri pasangan yang sedang beradegan mesra di lobby kantor pada saat jam makan siang baru dimulai itu.

"Maaf mengganggu, saya cuma mau mengantarkan titipan untuk Pak Edo dari ibunya. Apa perlu saya titipkan saja ke resepsionis kalau bapak sedang mau keluar?", ucap Bidadari. Bidadari bisa melihat keterkejutan di wajah Edo saat melihat kehadiran dirinya, tapi tak membuat Diana bergeser dari sisi Edo, tapi justru menggandeng lengan Edo. Edo juga tidak berusaha menepis tangan Diana yang menggandengnya. Yang lebih miris, mata Bidadari tidak sengaja menangkap jemari Edo yang kosong tanpa cincin pernikahan mereka. Setelah Edo mengambil apa yang diberikan Bidadari, Bidadari segera melepas cincin di tangannya dan beranjak dari sana tanpa pamit ataupun menghiraukan panggilan dari Edo yang hanya beberapa kali saja.

Sepulang dari kantor Edo, Bidadari menceritakan semua yang dipikirkannya mengenai hubungan Edo dengan Diana pada mami Edo. Termasuk semua yang dilihat Bidadari selama ini. Ia menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil yang sedang menangis dan mengadu di hadapan ibunya. Setelah dirasa jauh lebih tenang, Bidadari meminta izin pada mami Edo untuk pergi sementara waktu dari rumah untuk menenangkan diri sekaligus merenungkan langkah yang selanjutnya akan ia ambil. Tapi ia juga jujur pada mami bahwa tak menutup kemungkinan besar perpisahan akan terjadi. Karena sudah beberapa saat Bidadari hanya tepikirkan jalan itu. Dengan berat hati mami Edo akhirnya memberikan izin dengan syarat tetap memberi kabar dan memberi tahu ke mana ia akan pergi. Mami juga berharap jika bukan jalan perpisahan yang mereka ambil. Dengan bantuan mami, tak butuh waktu lama untuk mengemas pakaian Bidadari. Untuk menghilangkan jejak tanpa diketahui orang lain, mereka memesan taksi online. Hanya mami yang tahu ke mana Bidadari akan pergi untuk saat ini.

***
Dengan perasaaan tak tenang Edo segera masuk ke dalam kamar untuk mencari keberadaan Bidadari sepulang kerja. Semenjak jam makan siang, Bidadari tidak bisa dihubungi. Setibanya di rumah tadi, biasanya ia akan disambut oleh Bidadari, namun kali ini tidak. Pertengkaran kemarin saja masih belum reda, ditambah kejadian hari ini. Dilihatnya kamar mereka kosong, ia mencari ke seluruh penjuru rumah, tapi ia juga tidak menemukan keberadaannya.

"Mbok, Bida ke mana?", tanya Edo begitu melihat mbok keluar dari dalam kamarnya.

"Kurang tahu, den. Tadi siang non Bida pulang nangis, terus saya ke dapur soalnya disuruh nyonya beresin dapur. Saya cuma tahu kalau non Bida pergi bawa koper tadi.", sahut si mbok yang membuat Edo kaget dan segera kembali ke kamar memeriksa kebenaran ucapan mbok. Lemari pakaian mereka hanya tersisa pakaian miliknya dan pakaian milik Bidadari yang dibelikan olehnya. Sisanya, pakaian Bidadari sudah tidak ada lagi. Tak habis akal, Edo mencari keberadaan ibunya. Ia yakin ibunya itu tahu ke mana Bidadari pergi karena Bidadari sudah menganggap sang ibu seperti ibu kandungnya sendiri.

"Mi, Bida pergi mi.", ucap Edo saat melihat wajah sang ibu.

"Mami tahu.", sahut mami Edo.

"Kenapa mami nggak larang dia mi? Kalau sampai terjadi apa-apa sama Bida gimana mi? Dia nggak pernah pergi sendirian mi!"

"Kamu pikir Bidadari serapuh itu? Kalau memang iya, harusnya kamu berpikir dulu sebelum bertindak selama ini. Mami justru kasihan sama dia. Lepas dari cowok brengsek yang satu malah dapat yang lain lagi. Dan ternyata itu anak mami sendiri. Kalau kamu sejak awal memang nggak serius sama Bida, kamu bilang. Nggak begitu caranya memperlakukan istri.", ucap mami Edo yang melirik ke arah jemari Edo yang saat ini tersematkan cincin pernikahan. Mami Edo menyerahkan cincin yang Bidadari berikan padanya.

"Kamu ngerti kan maksudnya tanpa mami jelasin lagi? Mami rasa kamu cukup pintar untuk tahu maksudnya. Yah buat apa juga disimpan, nggak ada nilainya kok. Toh, bisa dilepas kapan aja, jadi nggak ketahuan sudah punya pasangan. Di rumah tinggal pakai lagi deh. Daripada copot pasang, mendingan sekalian kamu lepas selamanya. Kasihan kamunya bolak balik pasang copot cincin.", ucap mami Edo sinis.

"Maksud mami apaan sih?", Edo sedikit merasa bingung dengan ucapan ibunya itu. Mami Edo langsung menyampaikan semua yang diucapkan Bidadari termasuk semua yang dilihat Bidadari dengan mata kepalanya sendiri.

"Tapi aku beneran nggak ada hubungan apa-apa sama Diana, mi. Kami cuma teman, rekan kerja.", sanggah Edo.

"Jawaban kamu itu nggak menjawab semua yang apa mami sampaikan tadi apa yang Bidadari pikirkan dan lihat selama ini. Kalau gitu jawaban kamu, Bidadari sama Arjuna juga cuma teman. Kamu pernah lihat Bidadari  ngegandeng tangan Arjuna? Kamu pernah lihat Bidadari pasangin dasi ke Arjuna. Jangankan Arjuna, ke Putra saja deh. Kamu pernah lihat Arjuna ngerangkul mesra Bidadari? Apa yang mereka lakukan itu masih dalam batas berteman Do. Tapi dari apa yang kamu lakukan dengan Diana, mami juga pasti akan mengira kalian punya hubungan. Yang paling menyakitkan adalah kamu malah buang muka pas ngerangkul mesra Diana dan nggak berusaha menjelaskan apa yang Bidadari saat itu lihat. Kamu malah nuduh Bidadari janjian sama Arjuna. Ditambah lagi kejadian tadi siang. Padahal mami sengaja suruh Bidadari antarin makan siang buat kamu, supaya kalian bisa baikkan. Tapi kamu malah mesra-mesraan di depan umum sama Diana. Kamu menilai Bidadari serendah apa sih? Mami sudah pernah bilang, kamu yang paling tahu Bidadari sejak dulu. Kamu tahu bagaimana perjalanan hidup Bidadari. Dia nggak bisa milih apa yang terjadi dalam hidupnya saat itu. Nyaris diperkosa juga bukan kenangan yang menyenangkan. Kamu tahu apa yang terjadi dalam hidup Bidadari, jangan kamu tambahin luka buat dia. Tapi mami nggak nyangka, ucapan mami cuma masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Nyesel mami nikahin Bidadari sama kamu.", ucap mami Edo.

"Nanti malam kamu tidur, taruh bantal di bawah kepala kamu tinggi-tinggi tuh yah. Pikirin baik-baik apa yang selama ini sudah kamu lakukan.", lanjut mami Edo dan memilih enggan melanjutkan perbincangan dengan Edo.  Edo kembali berusaha menghubungi ponsel Bidadari dan masih suara operator yang menjawabnya. Mencoba peruntungan, Edo menghubungi Putra, berharap mendapatkan kabar mengenai Bidadari. Mungkin saja Bidadari pergi ke rumah kakaknya itu.

"Kenapa Do? Tumben telepon. Mau mampir ke rumah sama Bida yah? Sudah lama gua nggak ketemu Bida. Bida juga sudah lama nggak kasih kabar ke gua.", ucap Putra begitu Edo menghubunginya.

"Put, Bida pergi dari rumah"

Setelah ini akan ada jarak waktu yah gengs updatenya. Ini kebetulan lagi mood bikinnya karena komentar kalian yang baik-baik kemarin.

*aku tuh lemah sama komentar baik kalian yang seperti menantikan cerita yang nggak seberapa ini. Terima kasih banyak, secara gak langsung sudah jadi penyemangat*

Seperti biasa ditunggu kritik dan sarannya.

God bless.

04.08.2019
Siska.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang