21

1.4K 148 2
                                    

Keheningan mengisi kamar tamu yang ditempati oleh Bidadari selama tiga minggu ini. Putra yang awalnya berusaha memeluk Bidadari saat masuk ke dalam kamarnya, terpaksa mengurungkan niatnya karena melihat Bidadari yang lebih memilih mengambil jarak darinya. Sepertinya Bidadari juga takut pada dirinya. Saat ini, Bidadari masih terduduk di ujung tempat tidur dengan Mami Edo yang duduk merangkulnya untuk memberi kekuatan. Sedangkan Putra hanya bisa berdiri mengambil jarak di depannya, menanti Bidadari berbicara padanya. Bidadari terlihat lebih kurus dari saat terakhir ia melihatnya. Wajah bulatnya kini menjadi  tirus.

"Bang..", ucap Bidadari pada akhirnya memecah keheningan. Masih menunduk enggan menatap ke arah kakaknya itu.

"Maafin aku bang. Kemarin aku pikir abang cuma nggak suka akhirnya aku punya pacar. Nggak mau dengerin omongan abang soal ..", tenggorokan Bidadari tercekat, sulit untuk mengucap nama pria brengsek yang menorehkan luka padanya. Kedua matanya kini terasa memanas. Mami Edo memeluknya lebih erat untuk menguatkannya.

Putra ingin mendekat, namun kali ini ia menahan dirinya. Takut Bidadari masih ketakutan seperti  tadi ketika ia hendak memeluknya.

Setelah dirasa lebih tenang, Bidadari melanjutkan apa yang hendak ia sampaikan kepada kakaknya itu.

"Maafin Bida, bang. Aku malah ngelawan sama abang lebih memilih ngebelain cowok brengsek itu, tanpa mau mendengarkan apa yang abang bilang soal dia. Maafin aku bang.", tangis Bida pun akhirnya pecah. Putra segera mendekat dan memeluk Bidadari, membiarkannya terisak dalam pelukannya. Mami Edo segera mengambil jarak, membiarkan kakak beradik ini saling menguatkan dan melepaskan beban mereka selama ini.

"Ga apa-apa, dek. Nanti abang akan kasih pelajaran sama cowok brengsek itu. Yang penting, kamu nggak apa-apa.", ucap Putra sambil mengelus lembut kepala Bidadari. Sedangkan Bidadari sibuk melepaskan semua bebannya melalui tangisan lega karena kakaknya itu tidak memarahinya dan justru menerimanya dengan terbuka. Mami Edo sudah menyelinap keluar, membiarkan Bidadari dan Putra menyelesaikan masalah di antara mereka.

"Kamu ikut abang pulang yah? Nggak enak ngerepotin mami terus di sini.", ucap Putra sembari merapikan anak rambut Bidadari yang mencuat kemudian menghapus jejak air mata yang tersisa di wajah Bidadari.

"Tapi aku suka di sini bang. Di sini tenang, nggak ada yang bakal ganggu aku. Di tempat abang, hampir setiap malam ada teman-teman abang datang main, kadang menginap. Dulu aku nggak masalah bang, sekarang... sekarang aku rasanya, nggak merasa nyaman bang.", sahut Bidadari.

"Urusan anak-anak gampang. Nanti abang mulai hari ini akan larang mereka datang ke rumah. Yang penting kamu pulang dan nggak ngilang lagi. Kamu tahu nggak, abang panik banget tahu bingung mau cari kamu ke mana.", sahut Putra, membuat Bidadari tersenyum tipis mendengar perhatian abangnya yang benar-benar tidak berubah.

"Nanti abang tolong ambil baju dan barang-barangku di kost-nya Tamara yah.", lanjut Bidadari yang segera diiyakan oleh Putra.

"Tapi bang, aku ada satu permintaan lagi. Aku mohon, jangan sampai ada yang tahu aku sudah pulang ke apartemen abang. Aku lagi mau sendiri dan nggak mau ketemu siapapun dari orang yang aku kenal. Termasuk Tamara.", pinta Bidadari. Putra terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengiyakan kembali permintaan Bidadari.

"Kalau gitu, kamu beres-beres barang apa aja yang mau kamu bawa pulang yah. Abang mau ngomong sebentar sama mami papi dulu. Nanti abang jemput lagi ke sini.", ucap Putra yang diikuti anggukan dari Bidadari. Putra mengelus lembut kepala Bidadari sebelum beranjak dari sana.

Selesai mengambil pakaian yang sudah dikenakannya selama ini di rumah tersebut, Bidadari hendak keluar kamar untuk meminta kantong plastik untuk membawa beberapa helai pakaian yang diberikan oleh mami Edo, yang sudah pernah dikenakannya. Baru saja ia membuka pintu, ia melihat Edo berdiri tepat di depan pintu kamar. Edo tersenyum begitu melihat Bidadari, namun senyumnya berganti dengan raut wajah bingung, kala Bidadari segera menutup pintu kamar dengan kencang.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang