42

1.4K 161 8
                                    

Sudah seminggu Edo terngiang ucapan Ivanka terakhir. Ia sama sekali tidak tahu menahu permasalahan Bidadari pernah hamil. Ia sempat ragu jika yang Ivanka maksud adalah mengandung anaknya. Mungkin saja anak pria lain, namun hati kecilnya tahu Bidadari tidak akan berbuat demikian. Rasa penasaran, membuat Edo teringat pertemuan terakhir dengan Bidadari di villa milik keluarganya. Semenjak hari itu, Bidadari dan Putra menghilang bak ditelan bumi. Dengan segera ia menghubungi Pak Udin, pengurus villa milik keluarganya. Awalnya mereka menutup mulut beralasan tidak tahu menahu. Namun, setelah didesak oleh Edo, mengalirlah kisah semenjak kedatangan Bidadari, hingga Bidadari yang pernah pingsan dan akhirnya mengetahui bahwa Bidadari ternyata sedang hamil dan kepergian dirinya yang meninggalkan Bidadari setelah bertengkar saat Bidadari mengalami keguguran. Pak Udin justru meminta maaf kepada Edo karena telah menghubungi kedua orangtua Edo mengenai Bidadari yang keguguran yang membuat mereka berdua mengalami kecelakaan. Fakta baru yang Edo tahu, ternyata di hari orangtuanya meninggal, di hari yang sama pula anaknya meninggal. Hatinya berkecamuk, memikirkan bahwa dirinya yang menjadi akar masalah. Dirinya berandai-andai, kalau saja saat itu ia tidak datang bersama Diana untuk memenuhi permintaan Diana yang ingin meminjam villa keluarganya untuk acara keluarga Diana, mungkin Bidadari tak akan salah paham. Atau setidaknya, saat itu ia tetap berusaha berkepala dingin saat menghadapi Bidadari dan tidak main tangan dan pergi meninggalkannya, mungkin saja saat ini anaknya masih ada. Mungkin saja saat ini sang anak sudah bisa berceloteh memanggil dirinya papa. Dan mungkin saja, orangtuanya masih hidup.

Sadar akan semua fakta tersebut, Edo segera bangkit dari kursi kebesarannya di kantor dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja kerjanya. Namun baru beberapa langkah, Edo berhenti. Ia tersadar, ia tidak tahu harus melangkah ke mana untuk mencari Bidadari. Hubungan mereka sudah terputus tak tersisa. Jangankan alamat, nomor ponsel milik Bidadari yang baru saja tidak ada. Nomor yang dulu pernah coba ia hubungi saat ingin mengurus proses cerai, namun sudah tak aktif lagi. Menghubungi Putra juga sama, semenjak kejadian itu, nomor ponsel Putra juga sudah tidak bisa dihubungi lagi. Edo kembali duduk dan menghela napas berat. Kepalanya berdenyut kencang, memikirkan prasangka buruknya pada Bidadari. Padahal ia sudah mengenal Bidadari sejak kecil, tapi rasa cemburu dan posesifnya membuat dirinya melakukan hal yang berlebihan dan justru melukai Bidadari jauh lebih dalam. "Apa mungkin Bida mau kembali lagi bersamanya setelah apa yang telah ia perbuat selama ini kepadanya?", Batin Edo yang memang belum bisa melupakan Bidadari sepenuhnya.

***

"Selamat siang, Pak Wira. Mohon maaf jika saya terlambat.", Ucap Bidadari begitu tiba di restoran, tempat Wira sudah menunggu kehadiran Bidadari.

"Oh, kamu belum terlambat kok. Ini masih belum jam 1. Saya yang minta maaf, malah minta mendadak bertemu. Oh ya, jangan panggil pak, please. Kita seumuran kok. Panggil nama aja. Kan saya teman Ivanka, anggap saja saya juga teman kamu.", Sahut Wira segera mempersilahkan Bidadari duduk di depannya. Persis di tempat yang baru saja ditinggalkan Ivanka yang bergeser ke samping. Tentu saja Bidadari mau bertemu mendadak dengan calon pelanggannya karena Ivanka yang memintanya. Biasanya Bidadari tidak akan pernah mau jika mendadak apalagi hanya berdua jika pelangganya ada seorang pria.

"Sudah makan Bi? Mau pesan apa?", tanya Ivanka.

"Nggak usah Ka. Aku tadi sudah makan di rumah.", Sahut Bidadari yang berusaha menenangkan dari detak jantungnya yang tak beraturan akibat terburu-buru supaya tidak terlambat. Ivanka mengangguk mengerti. Percakapan kecil mereka mengundang komentar dari Wira.

"Sumpah Ka! Lu sih beda banget loh. Sekarang kesannya manis gitu kalau ngomong walaupun manisnya cuma ke saudara kembar lu sih. Tapi tetap aja kebanting sama Bida sih, tetep lu kelihatan lebih apa yah. Ganas mungkin?", Wira tertawa puas diikuti dengan lemparan tissue bekas Ivanka. Sedangkan Bidadari memilih diam karena merasa Ivanka tidak seperti yang Wira katakan.

"Ah bacot lu! Sudah gua bantuin juga lu biar bisa dateng nih yang jadi vendor dessert di kawinannya kakak lu. Biasanya kalau pesan sedikit mah, Bida nggak perlu repot-repot datang ke sini. Cukup by phone aja.", Ivanka mengingatkan Wira tentang apa yang sudah dilakukannya untuknya.

"Iya iya. Terima kasih Nyai Kanjeng.", Ucap Wira sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya. Seperti sedang memberi sembah sebagai ucapan terima kasih pada Ivanka.

"Nah jadi gini, setelah mencicipi dessert buatan kamu, ternyata dessert buatan kamu itu enak. Enak banget malah.", Ucap Wira yang mendapat ucapan terima kasih dari Bidadari.

"Terus aku tahu dari papa dan kakakku, ternyata skala usaha kamu itu masih online dan hanya berdasarkan pesanan saja. Aku sih menyayangkan sekali kalau kue-kue sekelas buatan kamu cuma dibuat berdasarkan pesanan. Nah, penikmat kue kamu yang pengen makan kue kamu kan nggak mungkin cuma beli satu dari kamu untuk mengobati rasa kangen kue buatan kamu. Nah aku mau ngajak kamu kerja sama. Gimana kalau kamu buka bakery beneran. Aku yang nyiapin tempat, peralatan dan modal, kamu yang jalanin. Untuk masalah untungnya, kita bagi dua.", Jelas Wira mengenai tujuannya mengundang Bidadari untuk bertemu. Ada perasaan terkejut karena Bidadari tak menyangka akan mendapat tawaran dari orang yang baru ditemuinya kedua kali ini. Sebenarnya itu adalah impian Bidadari, makanya ia berusaha menabung untuk dapat membukanya sendiri. Putra pernah menawarkan meminjamkan modal untuk membuka usaha, termasuk Ivanka, dan juga Jerry. Namun Bidadari menolak karena merasa mereka hanya kasihan pada dirinya. Sehingga mereka mau membiayai Bidadari untuk membuka usaha. Lain halnya dengan pria yang di depannya ini, entah mengapa mendapat tawaran dari orang lain yang tak punya hubungan apapun dengannya mampu membuat Bidadari merasa percaya diri, merasa diakui bahwa apa yang dibuatnya itu memang enak.

"Seriusan Pak?"

"Aduh jangan panggil saya pak. Berasa tua saya.", Sahut Wira mengeluh yang diikuti tawa dari Ivanka. Bidadari hanya meringis merasa canggung harus memanggil anak atasan Ivanka dengan nama langsung.

"Muka lu boros Wir. Kelihatan tua lu!"

"Saya serius. Saya bakal senang banget kalau kamu mau bekerjasama dengan saya. Tapi sebelumnya, perlu saya ingatkan, kalau saya ini juga baru mau mulai merintis usaha. Jadi kita sama-sama bangun usaha ini, lebih tepatnya kamu sendiri sudah punya modal cukup kuat sih. Sudah ada pelanggan setia, contohnya papa saya sendiri. Kita sama-sama belajar lah selama merintis usaha ini.", Lanjut Wira berusaha meyakinkan Bidadari agar mau bekerja sama dengannya. Wira sudah mendapat bocoran dari Ivanka mengenai Bidadari yang enggan menggunakan modal darinya mau kerabatnya yang lain. Namun, Wira tetap mencoba peruntungannya, siapa tahu ia beruntung, berhasil mengajak Bidadari bekerjasama. Bidadari tampak terdiam sejenak, berpikir.

"Bapak, eh maksudnya Wira yakin dengan kemampuan saya?", tanya Bidadari.

"Yakin, sangat yakin. Nih ya, untuk informasi, papa saya alias Pak Romli Sudrajat itu agak picky soal makanan. Termasuk kakak saya, Kak Gendis. Tapi mereka semua langsung suka buatan kamu dan Kak Gendis malah maksa suaminya itu kemarin harus dessert dari tempat kamu. Kalau nggak, dia nggak mau. Kalau mereka berdua sudah bisa kamu buat takluk dengan kue buatan kamu, saya yakin, bakery kamu akan berhasil.", Wira meyakinkan kembali. Bidadari kembali terdiam sejenak kemudian mengambil napas panjang.

"Bismillah, saya bersedia bekerjasama dengan anda. Tolong diurus segala keperluannya. Mohon bantuannya.", Ucap Bidadari kemudian mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Wira sebagai bentuk persetujuan sementara. Tentu saja disambut Wira dengan wajah sumringah. Ivanka sendiri sedikit terkejut dengan persetujuan dari Bidadari. Sedikit heran mengapa Bidadari mau menerima tawaran dari Wira, padahal dirinya pernah menawarkan meminjamkan modal tanpa meminta membagi keuntungan.  Apa jangan-jangan.. Ivanka berusaha menahan diri. Ia memastikan dirinya akan menanyakan alasan di balik persetujuan Bidadari. Setidaknya ia merasa senang, Bidadari semakin terlihat bersemangat berbanding jauh dengan kali pertama ia bertemu dengannya. Ia akan lebih senang lagi, jika kecurigaannya tepat.

Hollaa..
Ditunggu kritik dan sarannya. Untuk yang minta up cepat atau sering, Doakan semangat nulis tetap ada dan idenya jalan jadi bisa cepat up dan nggak mendadak menghilang. 😂😂✌️

Terima kasih untuk yang sudah mau membaca tulisannku yang abstrak ini, terima kasih juga untuk kamu yang meninggalkan komentar dan memberikan vote. Chintaaaakkk deh sama kalian.

God bless.

19.01.2020
Siska.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang