44

1.4K 155 10
                                    

Senja hadir menyambut, warna oranye menghiasi langit. Bidadari yang baru saja kembali dari warung melihat kendaraan milik kakaknya yang juga baru tiba, membuat Bidadari menghampiri sang kakak.

"Abang!", Bidadari mengagetkan sang kakak yang sedang mengambil tas dari dalam mobilnya. Putra yang gemas dengan kelakuan adiknya itu segera mengalungkan tangan yang satunya di leher Bidadari, kemudian mengacak rambutnya dengan tangan yang bebas. "Kamu ini, untung abang nggak jantungan. Habis dari mana? Kenapa nggak nitip abang aja belinya?"

Bidadari mengangkat kantung kresek yang ada di tangannya ke depan wajah sang kakak. "Yakin mau pergi beliin?" Bidadari yakin sang kakak akan berpikir ulang jika dipinta Bidadari untuk membeli pembalut. Putra langsung tersenyum getir melihat isi kantung kresek tersebut. Namun Putra dan Bidadari terhentak kaget saat Bidadari ditarik menjauh dan Putra mendapatkan hantaman di wajahnya. Bidadari segera refleks berusaha menarik pria yang tiba-tiba memukul kakaknya tanpa ampun tersebut.

"Stop!!!", Bidadari berusaha menariknya dan sepertinya pria itu mendengarkan permintaanya. Bidadari segera berusaha menolong sang kakak untuk bangkit berdiri namun harus terhenti karena pria tersebut menarik Bidadari menjauh dari Putra.

"Jadi ini alasan kamu? Selama ini semua karena dia?", Ucap pria itu geram sambil menunjuk ke arah Putra yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Wajah Putra sudah penuh lebam dan darah mengalir dari sudut bibirnya. Sedangkan Bidadari tak mengerti maksud pria yang ada di depannya ini.

"Maksud anda apa? Kenapa kamu pukulin Bang Putra sampai begitu? Memangnya dia salah apa sama kamu?". Pria tersebut tertawa mendengar ucapan Bidadari.

"Salahnya adalah karena dia, kamu lebih memilih dia dibandingkan aku!" Bidadari semakin bingung tak mengerti.

"Ya ampun, Putra kenapa? Loh, Andri?!", Bibi Retno keluar karena mendengar keributan.

"Andri siapa, bi?", Tanya Bidadari yang membuat pria bernama Andri itu geram.

"Oh, hebat ya kamu, dua tahun nggak ketemu bisa bikin kamu lupa muka suami kamu sendiri!" Kebingungan Bidadari terjawab sudah, pria di depannya ini pasti suami Ivanka yang tidak mengetahui jika Ivanka memiliki saudari kembar dan mengira dirinya adalah Ivanka. Belum sempat menjawab, Putra sudah bangkit berdiri dan menghantam Andri. Bidadari segera memeluk Putra menahannya, agar tidak ada baku hantam lagi.

"Sudah bang, ini cuma salah paham. Andri ini suaminya Ivanka.", Putra akhirnya menghentikan aksi balasannya dan bangkit berdiri.

"Andri, saya ini bukan Ivanka. Saya ini Bida, saudara kembarnya Ivanka. Mungkin kamu nggak percaya atau berpikir kalau saya cuma mengada-ada. Tapi coba kamu tenangin diri dulu. Masuk dulu ke dalam, sambil kita tunggu Ivanka pulang. Harusnya sebentar lagi dia pulang.", Andri tertawa sarkas.

"Kamu kalau mau cari alasan yang masuk akal sedikit lah! Kamu kira sinetron? Saudara kembar, huh? Nggak bisa kamu cari alasan lain yang lebih masuk akal gitu?"

"Benar Ndri apa yang Bida bilang. Kamu tenang dulu.", Bibi Retno berusaha menenangkan. Tetangga yang lain hanya menyaksikan saja apa yang sedang terjadi tanpa berniat menolong untuk melerai.

"Ada apa ini?", Ivanka muncul kebingungan melihat kerumunan di depan rumahnya. Andri menoleh ke arah sumber suara dan terkejut melihat Ivanka. Untuk beberapa kali ia menoleh bergantian ke Bidadari dan Ivanka. Wajah Ivanka sendiri juga tidak terlihat senang melihat pria yang ada di depannya itu.

Bibi Retno segera menyuruh mereka berempat masuk, agar para tetangga segera membubarkan diri. Akhirnya bibi yang menjelaskan semua perkara mengenai Bidadari dan Putra pada Andri.

"Saya minta maaf yah bang. Saya tersulut emosi pas lihat Ivanka mesra sama pria lain. Tapi ternyata saya salah sangka.", Putra tak mau ambil pusing, yang penting Bidadari tidak apa-apa. Segera ia mengajak Bidadari untuk membantu mengobati lukanya di kamar Bidadari.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang