33

1.1K 138 4
                                    

"Put, Bida pergi dari rumah."

Cepat atau lambat, Putra harus tahu mengenai kenyataan tersebut, sehingga Edo memutuskan untuk memberitahukannya kepada Putra. Mungkin saja dalam waktu dekat Bidadari akan menghubungi kakaknya itu. Sedangkan Putra yang mendengar kabar tersebut, sangat terkejut. Karena yang Putra tahu, selama pernikahan adiknya yang hampir menginjak satu tahun, Putra melihat Bidadari jauh lebih baik dan bahagia. Hanya sekali yang ia tahu, itupun juga tidak melihat sendiri saat Edo cemburu melihat kedekatan Bidadari dengan Arjuna.

"Kalian ada masalah apa?", tanya Putra yang berusaha mencari tahu terlebih dahulu alasan di balik kepergian Bidadari.

"Bidadari salah paham, dia kira gua dekat sama teman kantor. Setengahnya mungkin Bidadari merasa gua terlalu posesif sama dia.", jawab Edo enggan menjelaskan terlalu detail.

"Lu nggak coba hubungin dia?", tanya Putra kembali.

"Sudah, tapi nomornya nggak aktif. Gue baru pulang ke rumah, jadi gua baru tahu. Dia perginya sudah dari tadi sore. Siapa tahu Bidadari pergi ke rumah lu. Dia kan cuma punya lu.", ucap Edo.

"Nggak ada. Bidadari kalau mau ke rumah selalu kasih kabar dulu. Ini juga gua sudah sampai rumah dan nggak ada tanda Bidadari di rumah ini.", ucap Putra lalu menghela napas dalam.

"Gue akan coba cari kemungkinan-kemungkinan ke mana Bidadari pergi. Kalau ada kabar terbaru, tolong kabarin gue langsung.", lanjut Putra kemudian mengakhiri panggilan telepon mereka.

Setelah telepon dari Edo berakhir, ada telepon masuk dari nomor yang tak dikenal. Harapan Putra, Bidadari yang menghubunginya kali ini. Untung saja dugaannya tepat.

"Bang..."

"Bida, kamu ke mana sih? Abang kaget tahu begitu dikasih tahu Edo kalau kamu pergi dari rumah.", cerocos Putra begitu mendengar suara Bidadari. Bidadari menghela napas dalam.

"Abang bisa ke tempat aku besok pagi? Nanti aku kasih alamatnya. Aku mau jelasin alasan kepergianku.", ucap Bidadari.

"Sekarang juga abang langsung berangkat begitu kamu kirim alamatnya.", sahut Putra.

"Jangan bang! Untuk saat ini, aku masih mau sendiri dulu. Aku mau istirahat. Lagian lumayan jauh bang dari tempat abang.", ucap Bidadari kembali yang kemudian diiyakan oleh Putra. Tak butuh waktu lama, setelah mengakhiri telepon, Bidadari mengabari alamat keberadaannya via sms.

***
Bidadari tidak bisa tidur. Meskipun ia sedang marah pada Edo, ia sudah terbiasa dengan kehadiran Edo di sisinya saat tidur. Tidak mengerti apa yang salah dengan tubuhnya. Minum susu hangat sudah dilakukannya, menghitung seribu domba pun sudah dilakukannya meskipun ia lupa sudah menghitung sampai di angka berapa, membaca buku yang ada di tempat itu juga tidak berpengaruh.

Untuk saat ini, Bidadari tinggal di villa milik keluarga Edo yang ada di daerah Puncak. Mami Edo yang memaksa Bidadari untuk tinggal di sana. Katanya, mami akan merasa lebih tenang jika Bidadari tinggal di sana dan bisa sekaligus menenangkan pikiran karena tidak terlalu ramai, suasananya asri dan mereka bisa sesekali mampir menginap di sana tanpa Edo curigai. Lagipula, Edo jarang sekali menginap di villa itu jika bukan acara keluarga besar.

Tersadar di saat subuh, membuatnya merasa lapar. Tiba-tiba ia membayangkan menyantap roti unyil dan asinan Bogor terasa nikmat. Ia mengambil ponsel miliknya dan mengirimkan pesan pasa kakaknya.

To : Bang Putra
Bang, besok sebelum ke sini tolong beliin roti unyil sama asinan Bogor yah bangggg.. Pleaseeee..

Setelah selesai mengirimkan pesan tersebut, Bidadari merasa puas dan membayangkan menyantapnya saja sudah membuat dirinya merasa mengantuk.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang