27

1.3K 150 9
                                    

Saat Bidadari menuju kamar kecil yang berada di dekat dapur, ia mendapati tangannya ditarik. Saat ia melihat siapa yang menariknya, ternyata Edo. Akhirnya Bidadari mengikuti ke mana Edo membawanya. Edo membawanya menuju sudut taman belakang rumah keluarga Arjuna yang gelap dan tidak terjamah oleh para tamu.

"Kamu kenapa bisa di sini?", tanya Edo terdengar kesal di telinga Bidadari.

"Yah aku diundang bang. Masa nggak datang.", jawab Bidadari sekenanya.

"Tapi kenapa bisa kamu yang masak untuk mereka?"

"Ohh. Tante Melly pesan kue sama aku. Pas nganter, tante katanya pengen ngobrol sama aku, tapi dia lagi sibuk, yah sekalian ngobrol, aku bantu aja.", jawab Bidadari jujur.

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku? Kamu nggak ingat apa yang terjadi sama kamu saat berhubungan dengan Arjuna?", tanya Edo geram.

"Pertama, aku sudah coba telepon abang, tapi nggak diangkat. Apalagi semalam abang bilang hari ini bakalan lembur, jadi aku nggak berani telepon terus sampai abang angkat, karena aku takut ganggu abang kerja. Selain itu aku juga udah chat abang. Mungkin abang saking sibuknya, sampai chat aku juga nggak dibaca. Abang boleh cek hp abang kalau nggak percaya sama aku.", ucap Bidadari dengan ekspresi yang tak terbaca.

"Kedua, aku kan cuma ngobrol sama Arjuna. Lagipula aku cuma memenuhi undangan tante Melly. Dan yang bisa aku ajak ngobrol di sini cuma Arjuna. Sebagai tuan rumah yang baik, Arjuna cuma ngobrol dengan aku yang merupakan salah satu tamunya. Memangnya salah? Aku nggak mesra sama dia, nggak gandeng-gandeng dia, atau peluk bahkan cium dia, kami cuma ngobrol, jadi nggak mungkin Angel bisa nyerang aku. Dan satu lagi, aku sudah tidak tinggal di kediaman Resaga, baik Angel, tante Yenny ataupun yang lainnya di sana, nggak akan bisa nyiksa aku lagi.", lanjut Bidadari.

"Selain itu, aku juga berhasil membuktikan bahwa aku sudah bisa bersosialisasi dengan orang banyak. Jadi nggak ada salahnya kan aku datang ke sini bang? Kalau masalah aku yang nggak ijin sama abang, anggap saja memang aku yang salah. Main pergi aja meskipun belum dapat respon dari abang. Aku minta maaf bang.", ucap Bidadari sembari melepaskan cengkraman Edo di tangannya. Sedangkan Edo terdiam mendengarnya.

"Sudah ya bang. Aku mau ke toilet dulu. Selain itu kalau kelamaan di sini, takut ada yang lihat. Nanti malah ada yang salah paham.", pamit Bidadari saat berhasil melepaskan cengkraman Edo. Dengan langkah cepat Bidadari beranjak dari sana. Edo segera mengambil ponselnya dan mengecek daftar panggilan masuk dan aplikasi chat di ponselnya.

Begitu selesai dengan urusannya, Bidadari memilih untuk duduk menyendiri. Reaksi obatnya sepertinya sudah habis. Sepertinya akan lebih baik jika dirinya memutuskan untuk segera pulang dibandingkan harus meminum satu butir obat itu kembali.

Saat hendak pamit, Bidadari melihat keberadaan Angel dan Michael yang baru saja tiba. Setelah berbincang sesaat dengan sang ibu, Angel segera menghampiri Arjuna. Sedangkan Michael tetap di samping sang ibu yang terlihat seperti sedang mencari keberadaan seseorang.

Bidadari mengirimkan pesan pada Edo untuk mengabari jika ia akan pulang. Lalu menghubungi Pak Darto untuk segera bersiap-siap. Bidadari segera pamit pada kedua orang tua Arjuna dan Surya yang saat itu bersama mereka. Sedangkan ia memilih tidak pamit pada Arjuna karena Angel sedang bersamanya. Ia tidak mau mengambil resiko terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Saat perjalanan pulang, Bidadari tidak menyadari jika ada mobil yang mengikuti mobil yang dinaikinya. Untung saja, begitu sampai di gerbang komplek perumahan mereka, mobil yang mengikutinya tidak dapat mengikutinya karena sudah melewati jam bertamu dan sang pengendara tidak dapat menyebutkan alamat yang dituju.

Sesampainya di rumah, Bidadari memutuskan untuk berstirahat lebih dulu, enggan menunggu Edo pulang. Toh, ia tahu kemungkinan keberadaan Edo dan dengan siapa bersamanya. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Edo belum pulang.  Yang mengejutkan adalah, setelah Bidadari membersihkan diri dan berganti pakaian, ia menemukan Edo duduk di atas tempat tidur dengan wajah kesal menatap ke arahnya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. 

"Sudah pulang bang? Kok cepat banget?", tanya Bidadari basa-basi. 

"Kenapa kamu nggak pulang sama aku saja?", tanya Edo dengan wajah datar.

"Loh, kan ada Pak Darto yang sudah nungguin bang. Lagi pula, aku kan takut ganggu abang. Siapa tahu masih mau ngobrol sama yang lain dan mau pergi ke tempat lain sama Diana itu. Aku pengertian banget kan bang?", ucap Bidadari sambil duduk di meja rias, mengoleskan krim malam ke wajahnya. 

"Maksud kamu apa sih Bi? Kamu kan nggak pernah berduaan saja dengan laki-laki lain, selain aku. Gara-gara alasan itu, kamu malah nekat. Tadi kan ada aku. Kalau serangan panik kamu kambuh, gimana?"

"Tapi buktinya sekarang enggak kan bang? Berarti sudah ada kemajuan kan bang. Aku nggak mungkin selamanya terpuruk dalam kondisi itu terus. Kalau aku nggak coba, aku nggak akan pernah tahu hasilnya. Buktinya, hari ini ternyata banyak hasil yang aku peroleh.", ucap Bidadari.

"Aku nggak mungkin seumur hidup bergantung sama abang. Aku nggak mau jadi beban. Tapi setelah hari ini, satu yang bisa aku pastikan ke abang, abang nggak perlu selamanya terikat sama aku. Ingat kan bang, dulu aku pernah bilang, kalau abang sudah ketemu perempuan yang abang suka atau ingin berpisah sama aku, abang harus bilang sama aku. Aku sudah siap kok bang, aku sudah bisa mandiri. Aku sudah strong.", lanjut Bidadari tanpa memperhatikan ekspresi Edo yang mendengar ucapannya. 

"Tapi bang, yang namanya Diana itu cantik loh bang. Kapan jadiannya bang?", tanya Bidadari kini menatap Edo yang sedari tadi menatap ke arahnya.

"Ngaco kamu! Diana itu cuma teman aku. Tadi aku bisa datang bareng sama dia karena kebetulan tahu kita diundang ke acara yang sama. Lagi pula nggak ada sejarahnya aku lirik yang lain kalau sudah punya pasangan.", sahut Edo yang melemah di kalimat terakhir yang diucapkannya. 

"Iya bang, percaya kok, aku percaya. Sudah sana bang, bersih-bersih, ganti baju sana.", ucap Bidadari. Sedangkan dalam hati mendengus tidak yakin akan ucapan Edo. Karena sudah jelas dari awal Edo sudah berbohong jika dia ada lembur, tapi justru datang ke acara open house keluarga Arjuna bersama Diana. Memangnya Bidadari itu anak kecil yang mudah dibohongi apa? Bahkan anak jaman sekarang pun sudah mulai pintar dan tidak mudah dibohongi. Otaknya menolak berpikir lebih jauh, namun ada rasa tidak nyaman kembali di dadanya. Sepertinya ia harus segera melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, takut-takut ia terkena penyakit jantung. 

***

Semenjak hari itu, Bidadari jadi rutin berkomunikasi dengan mama Arjuna. Sesekali Arjuna juga menghubunginya, namun hanya dijawab seadanya oleh Bidadari. Perusahaan milik Arjuna sering kali melakukan pemesanan snack dari tempat Bidadari untuk acara rapat atau acara perusahaan, membuat intensitas pertemuan mereka berdua semakin sering. Mami Edo yang sudah kembali pun, dipinta Bidadari untuk tetap di rumah saja, untuk menjaga papi Edo yang sempat terjatuh saat terburu-buru menuruni tangga, yang membuatnya kini kesulitan berjalan dan harus mengandalkan tongkat untuk berjalan pelan.

Dari Arjuna, Bidadari mengetahui sedikit perkembangan keluarga Resaga. Angel dan Michael yang sudah lulus kuliah, kini bekerja di perusahaan sang ayah tanpa melewati jalur tes apapun dan langsung menempati posisi yang cukup lumayan tinggi. 

Sikap Arjuna kini juga sudah sedikit berbeda dengan yang dulu. Kini terlihat jauh lebih tulus berteman dengan Bidadari dibandingkan dulu. Bahkan Arjuna menawari Bidadari untuk kembali bekerja di kantornya. Tentu saja ditolak oleh BIdadari. Ia tidak ingin luka lamanya kembali terbuka, karena di sana lah awal mula bencana kehidupannya terjadi. Tempat di mana ia pertama bertemu dengan pacar pertama dalam hidupnya, Ahsyur. Mengingat namanya saja sudah membuat serangan panik kembali menyerang Bidadari.

Ditunggu kritik dan saranya. Semoga kalian suka
Terima kasih.

God bless!

14.05.2019
Siska.

Bidadari The Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang