©Vira Ayu Safila
Sepatah sayapku kau bawa pergi. Sepatah lagi sengaja kau taruh di selembaran bukuku. Katamu, agar kita bisa saling membasuh rindu di tengah malam yang kelabu. Meneliti satu persatu kenangan yang kini harus terjerat jarak. Kau meyakinkanku, sebelum membawa sepatah sayap itu pergi. Entah ke negeri mana, yang pasti aku tak suka. Sebab, berjauhan denganmu adalah hal tersulit mencegah adanya rindu. Kau begitu keras kepala. Kalimat manismu bahkan teramat meyakinkan keraguan jadi segenggam kepercayaan.
Kasihku, kau harus mengerti betapa sepatah sayap yang tertanggal di sini sangatlah kujaga. Menyimpannya dalam sebuah peti yang tak akan aku biarkan pergi.
Kasihku, kembalilah nanti dalam banyak cerita, tanpa menyinggung untuk mematahkan sayap yang kau bawa. Kembalilah, dalam keadaan sama. Sungguh, sepatah sayapku ini tak akan mampu melalang buana mencari tempat baru. Hanya kau dalam sepucuk doa yang aku harapkan tersemai penuh cinta.
Request by: Devi Agil
Lampung, 22 Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Air Mata Berbicara
Poetry#858 in Poetry: 24 Maret 2018 Tangisku yang berbicara, akan keluh hati bak gelombang lautan. Sayang, siapa tahu dia kan tiba? Asmaraku berbicara, bibirku terkatup rapat. Hidupku, hidupmu, hidupnya, hidup kalian.