Aku mengerti sosok istimewa itu. Kadangkala, yang aku tak mengerti adalah hari yang kerap diistimewa-istimewakan. Tiap 360 hari semuanya terulang lagi. Tiap tanggal 22 Desember, ramai tangan bergerilya pada keypad ponsel mengatakan hari ibu.Beri aku makna untuk semua itu. Aku tak pernah merayakan pun mengatakannya. Bukan tak cinta, bukan tak sayang. Bukan.
Teruntuk kamu-kamu yang menjadi puteri atau puteranya, sibuk berkata tanpa ia tahu. Motifmu apa? Kata-kata tak seberharga dengan sopan dan santunnya sikapmu kepadanya. Kata-kata tak seberharga doa dan tarikan tanganmu untuk menuju surga-Nya.
Kau cinta. Ia lebih mencinta. Kau sayang. Ia lebih menyayang. Kadang, memang sibuk merayakan bukan memperbaiki kelakuan.
Lampung, 22 Desember 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Air Mata Berbicara
Poetry#858 in Poetry: 24 Maret 2018 Tangisku yang berbicara, akan keluh hati bak gelombang lautan. Sayang, siapa tahu dia kan tiba? Asmaraku berbicara, bibirku terkatup rapat. Hidupku, hidupmu, hidupnya, hidup kalian.