Judul: Siapa Kita?
By: Vira Ayu SafilaTak asing bagiku dan bagimu bertegur sapa. Tak asing bagiku dan bagimu mengenyam waktu bersama. Tak asing. Tapi kamu mengerti kah kalau ketidak asingan ini hanya bertahan pada pundak-pundak aksara? Hanya terbahak-bahak tanpa mendengar suara tawa. Yang berbicara bukan gerak lidah. Yang tersenyum bukan kedua sudut bibir. Huruf-huruf layar ponsel bak nyawa yang terombang-ambing dalam laut kenangan. Cahayanya kerap kutemukan berkelip, dan lagi-lagi hanya membuat rinduku terselip. Kau juga katanya.
Aku bukan manusia gila yang terus-menerus memepertaruhkan rindu pada sebuah ponsel. Menjentikkan jaru-jari tersusun seribu semangat dalam obrolanmu. Sampai aku lupa, pulau yang kulalui denganmu sudah terlampau luas. Keindahan tiada dua, tapi membuatku bertanya. Siapalah kita selama ini? Teman curhat, teman yang begitu anggunnya saling berkata rindu, atau teman yang bertegur sapa hanya di pesan-pesan singkat? Akankah kita selamanya hidup bergantung pada paragraf-paragraf demi memperluas kembali pulau ini? Kau tahu? Otot kakiku sudah hampir patah melaluinya. Kuatkan, dan katakan siapa aku bagimu dan siapa diri kita sebenarnya sebelum aku benar-benar lumpuh dan mundur dari kehidupanmu.
Lampung, 2 Februari 2018
Request by: Dewi Munadiroh
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Air Mata Berbicara
Poetry#858 in Poetry: 24 Maret 2018 Tangisku yang berbicara, akan keluh hati bak gelombang lautan. Sayang, siapa tahu dia kan tiba? Asmaraku berbicara, bibirku terkatup rapat. Hidupku, hidupmu, hidupnya, hidup kalian.