Karna gw skarang lagi mumet ama kimia, jadi lebih baik up saja.
Toilet.
"Aghh... Lepas kak.. S-sakit.." kata Jina sambil berusaha ambil napas ketika wajahnya udah terangkat dari air.
"Sakit? Ckck. Rasain tuh." -Sowon.
"Brani braninya lo nabrak Jesun." -Yuju.
"Mana ngga minta maaf lagi." -Yerin.
"Eh, malah lari gitu aja." -Eunha.
"Rasain lo bitch." -Umji.
"Minum tuh air. Ampe lo mati." -Sinb.
"Akh! Ma-maaf... Kak..."
"Maaf? Emang dengan lo minta naaf bisa balikin mood gw yang ancur tadi? Hah?!" -Jesun.
"Udah.. Kak.. S-sakit..."
"Sakit? Nikmatin aja kali." -Yerin sambil tertawa miring.
"Minum tuh air sampe abis!" -suruh Sowon.
The scissors greretan ama tuh anak, jadi Jesun ambil gunting yg emang dia bawa di saku roknya.
"Weh, rambut lo jelek nih." -ejek Umji.
"Lah iya tuh, sini gw rapiin." -Yuju mengajukan diri."Argh... J-ja-jangan... K-kak." ucap Jina sambil berusaha melindungi rambutnya dari jambakan Yuju.
"Bacot lo! Siniin guntingnya!" -geram Sowon sambil merampas gunting yg dibawa Jesun.
Kres
Kres
Kres
Kres
Suara rambut terpotong seolah olah menjadi daya tarik oleh anak setan tadi untuk semakin bersemangat melakukan tugasnya, menyiksa.
Rambut yang semula panjang sepunggung, kini hanya tersisa sepundak dengan potongan yg jauh dari kata rapi.
"Hiks... Hiks... Hiks..." Jina hanya bisa menangis, karna ia terlalu takut untuk mengeluarkan suaranya.
"Dasar lemah lo. Yuk gais kita cabut. Jijik gw liat ni sampah udah mirip kaya tikus kecebor got. Iuw." -Jesun.
"Yakin udahan? Seru loh Jes." -Sinb.
"Ck! Udah biarin nih sampah. Kasian gw ngeliatnya." -Jesun.
"Yuk capcus." -Eunha.
Lalu The Scissors pun keluar dari salah satu bilik toilet sambil tertawa tawa, menginggalkan seorang manusia yang menangis tersedu sedu menatapi nasibnya hari itu.
.
.
.
Malamnya, rumah Jesun.
BRAK!
Pintu kamar Jesun terbuka dengan engga elitnya. Sedangkan sang pelaku hanya tertawa ketika meliat reaksi dari pemilik pintu kamar itu.
"B aja bisa kan lo?"
"Hehehe."
"Ngapain lo ke kamar gw? Diusir lo dari rumah?"
"Ish Jeje kok ngegas mulu sih."
"Au ah gelap."
"Lah, gelap dari mananya? Kamar lo terang begini kok dikatain gelap sih."
"Ngomong tujuan lo kesini atau lo gw tendang."
"Iya iya."
Lalu Jun pun mendekati Jesun yang sedang tiduran di kasurnya itu.
Tak lama, Jesun merasakan kasurnya bergoyang dan mengetahui kalau Jun duduk disitu.
"Jeje Jeje. Tau eng--"
"Gak!"
"Astaga, blm juga selese ngomong ih."
"Yayaya."
"Tadi gw dapet surat cinta loh Je. Seneng deh gw."
"Alay lo. Mendingan dapet surat pemberitahuan kalo UNBK itu ditiadakan."
"Ye enakan lo dong."
"Sapa bilang, enakan orang naena la."
"Ck! Btw, tuh surat dari dekel pemes lo Je."
"Trus gw harus WOW gitu."
"PMS ya lo? Nyolot mulu ih."
"Hemb."
"Enaknya gw bales apa engga ya Je? Bingung gw. Tapi gw ngga doyan ama yg kecil kecil."
"Kecil apaan maksud lo?"
"Badannya lah. Emang apa lagi."
"Trus, mau lo yg kaya gimana?"
"Yang kaya lo?"
"Lo ngatain gw gede hah? Gw gendut maksud lo? Hah?!?!"
"Ih engga ya ampun. Kapan gw ngomong kaya gitu."
"KELUAR LO DARI KAMAR GW SEKARANG!!!!!!"
"Aaaaaaaaa!!!! Bang Jhonny, Macan ngamukkk!!!!"
Berakhirlah Jun keluar dari kamar Jesun dengan lari pontang panting menghindari serangan dari negara api. G. Dari timpukan bantal guling.
"Bangsat! Bukannya ngehibur malah tambah ancur."
Tebece.
Jan cari masalah lo ama gunting.S E E Y O U
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bolpoint | WJH
FanfictionKetika sebuah bolpen mempersatukan dua manusia dengan dua sifat, dua rasa, dua hati, dan dua pemikiran jadi satu. Akankah bolpen itu berhasil? Ataukah justru sebaliknya? [ DISCONTINUE ]