#2

14.8K 593 7
                                    

Aku bahkan pernah terluka sekali. Mungkinkah hati ini akan terluka untuk kedua kalinya. Yang aku takutkan aku hanya akan membuat hatiku semakin rapuh untuk menerima kenyataan

***

Fasya masih dengan posisinya tidak berubah semilipun. Jika dibayangkan ekspresinya saat itu sudah tidak bisa dijelaskan. Dihari pertamanya kuliah dia sudah membuat catatan buruk saja.

"Kenapa kamu hanya berdiam diri saja disitu?"

"Sesuai perjanjian di kelas saya siapa yang terlambat dia tidak boleh mengikuti kelas saya"

"Apa kamu paham?"ucap dosen muda itu dengan penuh tekanan

Semua pandangan terlihat ngeri mendengar ucapan dosen tampan itu. Menurut mereka kharismanya menjadi terlihat begitu jelas. Tentu saja tampannya menjadi 5 bahkan 10 kali lipat.

Namun tidak di mata Fasya. Dia bersungut sungut mendengar kata kata yang terlontar dari mulut ranum dosen barunya itu.

"Ih dosen nyebelin, kenapa nggak tanya alasan dulu kenapa telat atau gimana dasar dosen nggak punya perasaan. Jangan jangan dia ini psikopat. Ah sudahlah" gumam Fasya dalam hati penuh kejengkelan.

Akhirnya tanpa sepatah katapun Fasya nyelonong keluar. Tentu saja tanpa minta maaf atau hal sejenisnya.

"Hey kamu mau kemana? Dasar tidak sopan, sudah terlambat main keluar seenaknya saja"

"Tadi katanya tidak boleh mengikuti kelas Bapak" sahut Fasya dengan penekanan pada bagian kata bapak

"Memang benar tapi saya belum selesai bicara. Setelah kelas saya selesai silakan temui saya. Jika kamu terlambat menemui saya maka nilai kamu mata kuliah saya tidak akan saya keluarkan. Mengerti?"

"Ih ini dosen apa apa sih nyebelinnya tingkat dewa, awas saja nanti. Memang sih tampan tapi tingkahnya Subhanallah bikin pengen dilempar sepatu" bisiknya dalam hati mengerutuki sang dosen

Tanpa ambil pusing Fasya melangkahkan kaki keluar. Dia masih diselimuti oleh hawa-hawa kejengkelan. Baru saja keluar dari pintu dia bertemu seorang malaikat. Asalkan bukan malaikat maut saja serem itu mah. Bukan bukan, siapa lagi, dia adalah seseorang yang ia temui tadi saat ia hendak berangkat ke kampus. Dan tidak sengaja Fasya tabrak.

Mata itu melihat dengan intens gerak gerik lelaki itu. Di tangannya sudah terpegang Al Qur'an kecil.

"Kak Fatih tunggu" teriak gadis seusia Fasya memakai gamis warna merah dengan kerudung senada

Fasya hanya tercengang melihat kejadian di depannya itu. Mungkinkah hatinya cemburu. Mana mungkin dia bahkan baru saja bertemu. Padahal Fasya kan sangat anti sama laki laki. Dia bahkan masih menyimpan luka luka itu didalam hatinya. Tapi lihat saja raut wajah Fasya yang sudah berubah menjadi mendung. Mungkin setelah ini akan menjadi badai petir sebab dirinya sedang merasa sangat jengkel dengan dosen barunya.

Fasya berlalu pergi. Rambutnya yang terurai terkibas oleh angin. Wajahnya nampak begitu berseri. Mungkin dulu ia memang benar benar cantik dengan balutan hijab namun kini. Sebab lukanya itulah ia terjerumus akan dendam pada sang ayah.

"Bukankah itu gadis yang tadi, mengapa dia ada disini. Apakah dia juga satu kampus denganku?"
gumamnya penuh tanya melihat kearah Fasya yang sudah tenggelam di dekat pintu masuk.

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang