#12

7.7K 315 2
                                    

"Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim no. 1467)

***

Setelah pulang dari rumah sakit. Fasya belum kunjung kembali ke kampus untuk berjihad menuntut ilmu. Dia masih belum bisa menerima akan fitnah yang ditujukan pada dirinya.

"Sya"

"Iya umi"

Umi Fasya mendekati Fasya yang nampak termenung di sofa. Seorang umi pastilah tahu apa yang sedang dirasakan oleh anak-anaknya meskipun tanpa mereka utarakan.

"Sya kamu ingat tidak arti surat Al Ankabut ayat 2 dan 3, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta"

"Kamu ingat sayang, cobaan yang diberikan Allah kepada para rosul. Bukankah cobaan ini belum seberapa sayang daripada cobaan yang diberikan kepada mereka. Dan umi pesan satu hal bahwa Allah SWT menguji seorang hamba bukan tanpa sebab, Allah SWT merindukan doa-doamu Nak. Serahkan semua kepada-Nya, sebab Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya"

Manik mata Fasya mulai berkaca. Memang hanya uminyalah yang mampu memahaminya. Seseorang yang begitu tegar sejak dulu hingga kini. Semua tuturnya membuat hati merasa tenang, dan kelembutan hatinya mampu melelehkan hati yang beku.

Fasya akhirnya terjatuh dalam pelukan sang umi. Dia menangis sesenggukan. Ia tahu bahwa Allah SWT tengah menguji keimanannya. Terlebih ia yang baru saja memutuskan untuk berhijrah.

Belaian tangan sang umi begitu hangat dirasa oleh Fasya. Bebannya seakan jatuh berguguran. Yang sekarang ada dibenak Fasya ialah bagaimana ia bisa membahagiakan beliau.

Abi kenapa abi meninggalkan umi, Fasya dan kak Rasya. Mengapa abi tega meninggalkan luka itu untuk bidadari sebaik umi. Kenapa Bi? -ucap Fasya dalam hati

Dia masih tenggelam dalam pelukan hangat sang umi. Jam masih menunjukkan pukul 16.00. Tentu Rasya belum pulang dari bekerja di rumah sakit.

***

Fatih melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba handphonenya bergetar membuyarkan konsentrasinya.

Panggilan tak terjawab
Fariz

Fatih menepikan mobilnya. Tak baik juga berkendara sembari mengotak-atik handphone. Terlebih Fariz memanggilnya, mungkin ada sesuatu yang urgent.

Assalamu'alaikum Riz. Ada apa?

Wa'alaikumussalam. Ada sesuatu yang penting Tih. Kita ketemuan di Cantty Cafe jam 4 sore gimana?

Ohh ya udah Riz, insyaa Allah ana bakal kesana

Oke, ana tunggu...

Fatih kembali memasukkan handphone di sakunya. Melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Pukul 15.00. Waktu Asr sudah masuk. Berhubung di belakang Fatih ada masjid, ada baiknya dia mengumandangkan adzan disana. Memanggil hamba-hamba Allah SWT untuk segera mengingat-Nya.

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang