Aku sungguh tidak mengerti akan arti cinta. Sebab masa lalukulah yang melenyapkan cinta itu dari diriku. Hingga aku tak mampu menafsirkan apa yang sedang dirasa oleh hatiku sekarang ini
***
*Fasya pov
Gerimis masih mampu kutangkap dengan jemari kecilku. Aku berlari di sekeliling taman berkejaran dengan kupu-kupu.
Alfasha Khoirunnisa doa terindah dari kedua orang tuaku. Aku bukanlah satu satunya buah hati mereka, aku memiliki satu orang kakak perempuan yang memiliki selang 5 tahun denganku. Dia cantik, namun sedikit pendiam tidak sepertiku.
"Abi, abi, fasya udah hafal satu juz lho"
"Wah anak abi makin pandai saja, sini biar abi peluk"
"Abi kok cuma Fasha yang dipeluk, kan kasihan kak Lasya" ucapku dengan sedikit cadel sebab kala itu aku masih berumur 4 tahun
"Ya sini semua anak abi, biar abi peluk, abi bangga memiliki anak seperti kalian"
Sedangkan umiku hanya menatap kami bertiga dengan tatapan sendu sembari tersenyum. Begitu cantik. Dan mungkin itulah terakhir kali kulihati umi tersenyum seperti itu.
2 hari kemudian
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, abi sudah pulang. Umi abi pulang"
"Abi, Fasya mau digendong"
"Abi" seru kak Rasya sedikit menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan
Abi yang melihat kak Rasya seperti itu kemudian menurunkanku dari gendongannya.
"Putri cantik abi kenapa?"
"Hiks hiks"
"Rasya ka..kangen sama abi. Abi kok lama nggak pulang ke rumah. Kasihan umi"
Abi kemudian jongkok di depan kak Rasya sembari memegangi pundaknya.
"Iya maafin abi sayang, pekerjaan abi dikantor sangat menumpuk jadi tidak sempat pulang. Sini biar abi peluk. Maafin abi ya sayang"
Kak Rasya hanya mengangguk, diusap air mata yang mulai membasahi pipi dengan tangannya.
"Oh iya abi lupa, abi belikan buku diary. Ini untuk Rasya dan ini untuk Fasya"
"Wah abi, tapikan adik belum bisa menulis"
"Kamu simpan saja dulu sayang, jika kamu sedang ada masalah atau apapun kamu bisa menulisnya disini nanti"
Aku hanya mengangguk paham. Sedangkan kak Rasya mencoba memeluk abinya yang 2 hari ini tidak ada di rumah. Umi. Dari tadi tidak keluar dari kamarnya. Hanya keluar saat sarapan tadi lalu kembali ke kamar.
Entah apa yang sedang terjadi sebenarnya. Mana mungkin aku bisa memahami masalah orang dewasa kala itu.
"Ya sudah putri abi pergi ke kamar dulu ya, biar abi temui umi kalian"
"Iya abi"
Aku dan kak Rasya hanya diam terpaku mungkin kak Rasya sudah mengerti apa yang terjadi namun ia tidak ingin memberitahukannya padaku.
***
Senja kali ini kurasa hampa tidak seperti biasanya. Petir diluar menyambar apa yang dilaluinya. Tiupan angin terasa ngeri di telingaku. Aku hanya memegangi buku diary warna pink pemberian abi. Aku hanya ditemani oleh boneka teddy bear hadiah dari abi saat aku berhasil menyelesaikan hafalan surat Al Kahfiku saat aku berusia 4 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]
SpiritualSudah Terbit✔ Sebagian part sudah dihapus Assalamu'alaikum My Future Imam Perihal jodoh. Semua tidak akan serumit apa yang ada di dalam benak kita. Seseserhana angin menggugurkan dedaunan kering. Mungkin sesederhana itu, benar kisah ini sangat seder...