Fasya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Perlahan ia buka pintu yang semula tertutup.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, wah anak umi sudah pulang"
Fasya berlari memeluk sang umi dengan begitu erat. Ia menangis dipundak sang umi yang mulai renta itu.
"Putri umi kenapa?"
"Maafin Fasya Mi, Fasya banyak salah sama umi, Fa..Fasya nggak bisa jadi anak umi yang sholehah"
"Cup..cup..udah ya anak umi, umi bangga memiliki anak seperti kamu Sya, meskipun setelah kejadian itu umi tidak mengenal Fasya yang dulu" jawab uminya dengan tenang sembari menepuk pundak sang anak
Fasya melepaskan pelukannya. Ia menatap sang umi lekat-lekat. Diusap air mata penyesalannya itu dengan telapak tangannya.
"Putri umi sudah sholat Asr?"
"Belum umi"
"Sudah sana keburu waktu Asrnya habis"
"Baik umi"
Terima kasih Ya Allah, Engkau telah kembalikan Fasya seperti dulu -gumam uminya
"Fasya kenapa umi?"
"Fasya sudah kembali Ra"
"Alhamdulillah umi, Rasya ikut senang mendengarnya"
Setelah mengambil air wudlu, Fasya terbuai akan kekhusyukannya saat sholat. Mungkin sudah hampir 10 tahun ia tidak merasakan hal itu. Sholatnya terasa hambar tak berarti. Bak sayur tanpa garam.
Hatinya mungkin sedang tidak baik sebab dosa. Tersayat membuat simpul kepahitan dan penyesalan dalam 10 tahun terakhir ini.
Dalam sujud terakhirnya, ia menitikkan air mata. Enggan bangkit dari sujudnya. Begitu khusyuk memaknai apa yang sedang ia baca. Memohon ampunan pada Rabb Pemilik-Nya. Ia begitu malu sebab kebodohannya.
Fasya bangkit dengan mata yang sudah memerah. Pipi tirusnya juga tidak kalah memerah. Ia pergi ke kamar mandi untuk menghapus jejak tangisnya.
Tiba-tiba kepalanya pusing saat kakinya hendak menuju kamar mandi. Ia terhenti, ia hanya berpegangan pada tembok dekat kamar mandi. Dunia seakan berputar menurut bola matanya.
Fasya memejamkan mata cukup lama. Ia mengeramkan tangannya di tembok agar ia tidak jatuh.
Semua berangsur normal. Fasya melanjutkan langkahnya masuk kamar mandi. 10 tahun terakhir ini Fasya selalu mengalami hal semacam ini. Penyakit Alzheimer stadium bawah juga memporak porandakan kecerdasan gadis cantik ini.
Hafalannya yang sudah hampir 30 juz melenyap entah kemana. Sebab penyakitnya itu. Bahkan sekarang ia sudah jauh akan ayat ayat suci yang dulu selalu ia jadikan teman setiap waktunya.
"Fasya makan dulu sayang, umi sudah siapkan di meja makan"
"Iya umi sebentar"
"Ih mana sih, akukan punya gamis banyak dulu, masa pada hilang" gerutu Fasya
"Nah ketemu, kerudungnya pantasnya apa ya?"
"Nah ini saja lah"
Dikenakan setelan gamis lengkap dengan kerudung senada. Ia amati pantulan dirinya di cermin. Cantik. Tentu saja. Dia berkomat-kamit membaca doa bercermin yang baru ia ingat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]
SpiritualSudah Terbit✔ Sebagian part sudah dihapus Assalamu'alaikum My Future Imam Perihal jodoh. Semua tidak akan serumit apa yang ada di dalam benak kita. Seseserhana angin menggugurkan dedaunan kering. Mungkin sesederhana itu, benar kisah ini sangat seder...