Kau tahu siapakah yang paling mencintaimu amat dalam. Meski dirimu tak pernah membalas cintanya lalu melarikan diri darinya. Bahkan ia tak mengharap balasan cinta darimu. Siapakah dia? Dialah Allah Azza Wa Jalla
***
*Fasya pov
Desir angin menyibak khimar yang kukenakan. Khimar ini ialah pemberian umi pagi ini. Warna merah maroon nan senada dengan gamis yang ku kenakan.
"Ehh lihat tu, Fasya kesambet apa coba"
"Ihh Fasya sok alim, jangan jangan dia teroris"
"Masa cantik-cantik begitu teroris"
Semua celotehan mereka tidak kuhiraukan. Meski kaki dan tubuh ini hendak melawan. Namun palung hatiku senantiasa berkata untuk tetap tenang. Aku berlalu begitu saja diantara tatapan tidak suka teman-teman di kampus.
Setelah perkataanku kemarin, aku menjadi sadar akan kebodohanku selama ini. Aku menjauh dari-Nya sebab hatiku tidak mampu menerima takdir dari-Nya. Hingga kini masih kusimpan nama abi dalam doaku. Meski hati ini selalu berontak. Mulut ini selalu kelu untuk berucap. Meski mata ini menatapnya benci. Namun apa daya abi tetap abi, tanpa abi keberadaanku mungkin tidak akan pernah ada. Dan kini perlahan es itu mencair dalam hati, perlahan mengobati luka lama yang hingga kini masihlah belum kering.
Tidak ingin rasanya mengorbankan segalanya hanya karena keegoisanku. Allah SWT sudah lama merindukanku. Dimana aku yang senantiasa kebingungan jika adzan sudah berkumandang. Lalu dimana aku yang tak pernah lepas dari Al Qur'an sahabat terbaikku. Aku ingin kembali. Bukan sebab karena duniawi. Mungkin inilah nur dari-Nya. Agar aku kembali, entah sebab apa hati ini tergerak.
Aku tidak akan pernah menjadi sempurna. Aku hanyalah gadis akhir zaman yang takut akan murka-Nya. Apa kah salah jika aku kembali pada-Nya.
"Sudah lah Sya anggap aja angin lewat" kejut Syaila dibelakangku
"Iya La, makasih ya kamu memang sahabat terbaik aku" jawabku sembari menoleh ke arah Syaila yang berada di belakangku
"Gimana tugas kamu sudah selesai?"
"Emm, Alhamdulillah udah La"
"Ke kantin yuk Sya masih jam 7 gini kelas mulai jam 8 kan?"
"Maaf La aku nggak bisa aku harus menunggu dosen itu datang kalau tidak aku akan mendapatkan punishment nanti"
"Oke ya udah Sya, aku duluan ya kalau gitu, sampai ketemu di kelas"
Kok aku pusing begini ya, aku mohon jangan kambuh -gumamku lirih memegangi kepalaku yang tiba-tiba saja sakit
*Author pov
Fasya menaiki tangga dengan hati-hati mencoba menahan tubuhnya agar tidak ambruk.
"Kamu tidak apa-apa?"kejut seseorang yang sepertinya ada di belakang Fasya
"Em tidak apa apa"
"Kamu pucat begitu masa tidak apa-apa. Sini biar aku bantu" lanjutnya hendak memegang tangan Fasya
"Tidak kak tidak apa apa saya bisa sendiri, kitakan bukan mahram tidak sepantasnya saling memegang" jawab Fasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]
SpiritualSudah Terbit✔ Sebagian part sudah dihapus Assalamu'alaikum My Future Imam Perihal jodoh. Semua tidak akan serumit apa yang ada di dalam benak kita. Seseserhana angin menggugurkan dedaunan kering. Mungkin sesederhana itu, benar kisah ini sangat seder...