#13

6.9K 304 7
                                    

Laki-laki yang baik ialah ia yang senantiasa menjaga pandangannya dan senantiasa memuliakan seorang wanita

***

Fariz masih setia mengamati jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah 15 menit pukul 16.00 berlalu. Kemana sahabatnya yang bernotaben tidak pernah terlambat itu alias selalu on time.

Terlihat wajah Fariz sumringah melihat Fatih melangkah menuju meja nomer 14, benar tempat duduk Fariz.

"Assalamu'alaykum Riz, maaf ya ente pasti udah nungguin lama"

"Wa'alaykumsalam, nggak apa-apa baru 15 menit juga Tih. Eh, wajah ente kenapa tu?"

"Duduk dulu ya, biar aku jelasinnya enak"

"Hem, iya hampir lupa. Mau pesen apa"

"Biasa ajalah" Fatih menggeser kursi untuk ia duduki

Sambil menulis pesanan, Fariz menyimak tuturan dari sahabatnya ini. Dia kagum dengan cerita itu. Benar cerita bagaimana dia mengalahkan 4 brandalan tanpa harus berkelahi. Itu memukau. Jika dia diposisi Fatih mana mungkin dia bisa setenang dirinya.

"Mau ngomongin apa Riz, kayanya urgent banget. Oh iya gimana tu kasus Fasya?"

"Nah itulah yang mau ana bicarain sama ente"

Keduanya nampak begitu serius. Minuman sudah tersuguhkan. Terlihat serius sekali dua sahabat ini. Bagaimana keduanya bisa bersimpati pada sesosok Fasya.

***

Mata itu kembali seperti dulu. Sesosok Fasya yang memiliki mata kecokelatan khas orang Asia. Begitu hampa langkah kakinya. Semua orang menatapnya nanar, mencerca, dan banyak arti lainnya. Dia hanya mencoba mengambil nafas perlahan kemudian mengeluarkannya dengan sangat hati-hati.

Proses hijrahnya kini sudah hampir membawanya seperti dulu. Tentang penyakit Alzheimernya kini kian terkikis oleh ayat-ayat Al Qur'an yang kembali ia dekap dalam hatinya.

"Masih berani ya datang ke kampus"

"Haha dasar wanita munafik. Mau jadi teroris pula, dasar sok suci"

Semua ocehan, semua hinaan, semua cacian membuat telinga Fasya kian memanas. Dirinya hampir tak sanggup untuk tetap berdiri disana. Hendak menghentikan langkah hendak kembali. Namun ia lebih percaya ini semua teguran dari-Nya. Pastilah Allah akan memberikan solusi sebesar lautan padanya. Dan dia juga selalu memautkan bahwa Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.

Dia sampai di pintu masuk fakultas biologi. Sudah ada beberapa mata yang menatapnya tajam. Pun sahabatnya sendiri Syaila. Kenapa dengan dirinya. Fasya tetap tenang dalam kondisi ini. Dia duduk di kursi yang biasanya ia tempati. Seperti sudah lama saja dia tidak berada di kursi itu. Semua orang menjauh darinya.

"Jangan dekat-dekat nanti dia bawa bom lagi"

Aku memang bukanlah seorang gadis yang baik. Namun aku tidak akan sejahat itu. Pun agamaku tak memperbolehkan saling membunuh. Dan Islam tak mengajariku tentang hal semacam itu.

Fasya meletakkan tasnya dibawah. Tiba-tiba dia terkena lemparan kertas dari belakang. Dia semakin pasrah dengan semua ini.

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang