#11

7.2K 315 6
                                    

Masalah akan senatiasa datang kesekian kalinya. Namun Allah SWT pasti akan datang untuk memberimu solusi untuk kesekian kalinya pula

***

"Awasss..."

Tangan Fariz mendorong Fasya. Beberapa meter lagi kaca itu akan membentur Fasya. Namun tidak dengan Fariz. Kini dirinya yang berada di posisi bahaya. Mengapa dia berniat menggantikan posisi itu demi Fasya. Bukankah ia tidak pernah peduli padanya. Bahkan dia sudah hendak meninggalkan tempat ini. Mengapa dia justru kembali.

Fasya terduduk karena di dorong dua kali. Pertama dorongan dari wanita misterius yang hendak berniat buruk pada Fasya. Yang kedua dari Pak Fariz. Mengamati dosen killernya sedang dalam kondisi berbahaya. Ia memaksa untuk bangkit. Meski ia rasakan sakit. Ditarik baju lengan panjang Pak Fariz. Beruntung tangan Fasya tak menyentuh lengan Pak Fariz.

Pranggg...

Kaca itu hancur berkeping-keping. Beruntung keduanya sudah cukup jauh. Fariz tersungkur sebab ia ditarik oleh Fasya. Sedangkan Fasya dia sudah jatuh pingsan.

Melihat Fasya kembali terkulai lemas. Fariz langsung mencari bantuan. Kaki Fariz sedikit terseok mungkin tadi terkilir.

"Sus, tolong"

"Ada apa, Mas. Saya takut diarah Mas tadi kan ada orang jahat"

"Astaghfirullah, mungkin dia sudah pergi"

Tidak ada satupun orang disana yang berempati untuk membantu. Fariz akhirnya nekad. Perdebatan antara Fariz dan seorang perawat sampai di telinga Rasya.

"Ada apa?"

"Ada pasien yang pingsan di taman rumah sakit"

Keduanya terkejut, mereka baru menyadari dengan siapa mereka berbicara. Keduanya kembali terbenam. Memikirkan keadaan yang lebih darurat daripada harus memikirkan hati mereka yang sedang berkecamuk.

Dibawanya troli pasien. Rasya hendak marah-marah pada dua perawatnya yang tidak profesional. Namun dia menahannya. Sebab dia terngiang sebuah hadist untuk menahan marah.

"Maaf dia berada disebelah mana?"

"Di dekat serpihan kaca, nah disana"

Fariz menunjuk ke arah Fasya terkulai lemas. Rasya mengangguk paham. Mengapa disaat seperti ini keduanya malah dipertemukan. Oh inilah takdir.

"Fasya"

"Bagaimana kamu mengenalinya"

"Dia adik saya"

"Heem, ayo cepat sepertinya dia shock lalu jatuh pingsan"

"Heem"

Rasya menaikkan sang adik ke troly pasien. Dia membawa sang adik dibantu oleh dua orang perawat yang akhirnya mengikut Rasya.

Wajah Fasya kembali pucat. Rasya kembali memeriksa sang adik. Sepertinya memang benar dia shock akibat insiden yang menimpanya.

Akhirnya troly pasien itu sampai di ruangan Fasya. Tidak membutuhkan waktu lama. Ketika hidung Fasya sudah menerima respon bau obat yang tajam pastilah dia akan segera tersadar. Dipegangi kepalanya yang terasa pusing. Mungkin ini efek dari benturan saat ia pingsan tiba-tiba.

Fariz hanya menunggui di luar. Sebab dia tidak seharusnya masuk. Dan dia tidak boleh masuk sebab Fasya bukan mahramnya.

Tiba-tiba ia teringat sahabatnya, Fatih. Dia merogoh handphone di saku celana. Sepertinya handphone Fatih tidak dimatikan. Tapi apakah dia tidak mengganggu Fatih. Dia hanya ingin menanyakan apakah dirinya baik begitupun keadaan abinya.

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang