#9

8.1K 365 17
                                    

Pagi kembali menjelang. Allah SWT masih mengizinkan Fasya menapaki jejak di dunia hari ini. Perasaannya yang masih menyangkal kemarin segera ia tepis. Tak menginginkan hatinya berjelaga sebab dendam.

"Umi Fasya berangkat. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam sayang. Hati-hati ya Nak"
"Rasya juga umi"
"Iya kamu bawa mobilnya jangan kenceng-kenceng Ra"
"Siap my queen"

Wajah keduanya sumringah. Fasya menebeng kakaknya yang satu jurusan dengannya.

"Kak"
"Heem"
"Kemarin itu jadi kakak"
"Ngomong apa sih kamu Sya belibet gitu"
"Ihh kakak, gini kakak suka sama dosen killer itu"
"Hah? Dosen killer?"
"Iya yang kemarin kakak tatap itu"
"Kamu kenal"
"Yah lah kak, dia itu dosen nyebelin. Yang ngasih tugas aku banyak buangett itu lho kak, masa kakak suka sama orang begituan"
"Hahaha, udah turun sana udah nyampe tu"
"Ihh kakak sama nyebelinnya pantes aja selera kakak kaya begituan"
"Udah sana"
"Oke bye. Assalamu'alaikum kakakku"ujar Fasya dengan nada penekanan

Dia melintasi jalan yang cukup jauh untuk sampai di fakultas biologi. Di depan matanya ada kericuhan para mahasiswa.

Ada apa ya- batin Fasya penasaran

"Assalamu'alaikum Fasya cantik" kejut Syaila

"Wa'alaikumussalam"jawab Fasya datar
"Kamu masih marah Sya sama aku. Aku minta maaf Sya, akuu.."
"Sttt..aku udah maafin kamu kok. Aku cuma penasaran sama gerombolan mahasiswa itu. Ada apa ya La"
"Hemm syukurlah. Kesana aja jom"

Syaila menarik lengan Fasya untuk mendekati kerumunan itu. Beasiswa pertukaran pelajar ke Jepang. Ternyata itu.

"Kamu ikut aja Sya"
"Tapi La mana mungkin"
"Udahlah pasti kamu bisa. Tenang aja kamukan punya Allah Sya"
"Iya La, bismillah aku coba dulu"
"Fighting Fasya cantik"
"Makasih ya La"

Kedua gadis berkhimar besar itu melenggang menuju kelasnya. Syaila tiba-tiba saja menanyakan hal aneh pada Fasya.

"Sya kamu nggak suka kan sama Pak Fariz"
"Hah? Ya kali La. Eh eh kamu suka ya? Ih merah berarti bener. Ya kan?"

Syaila hanya tersipu dengan pipi yang bersemu merah. Dalam benaknya apakah hanya dirinya sendiri yang tak mengagumi Pak Fariz si dosen perfect itu.

"Udah ke kelas yuk La"
"Kamu duluan aja Sya aku mau ke kamar mandi. Kebelet ni udah di pucuk Sya"
"Oke oke sono buruan"

Fasya berjalan sendiri menuju fakultasnya. Terkadang masih ada tatapan sinis padanya yang resmi berhijrah itu. Hingga saat dipersimpangan ia nampak kebingungan. Orang yang berada di depannya mengambil arah yang sama dengannya. Beruntung tidak saling tabrak. Melihat sepatunya pasti dia laki-laki jadi Fasya takut untuk mendongak.

"Silakan kamu duluan" suara itu dilontarkan bebarengan
"Maaf" bebarengan lagi

Aduh hati Fasya mulai aneh. Degubnya mengencang seketika. Ia beristighfar dalam hatinya. Masih enggan melihat ke arah lelaki di depannya.

"Bentar, kamu gadis kemarin kan?"

Fasya yang masih menunduk memberanikan untuk mendongak. Jantungnya semakin abnormal saja. Mengapa harus dengan orang di depannya ini lagi batinnya.

"Oke saya disini mau meminta maaf karena kejadian kemarin, saya merasa tidak enak saja dengan kamu karena diperlakukan seperti itu diacara saya"
"Tidak saya yang seharusnya meminta maaf sebab sudah mengacaukan acara Anda"

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang