#28

5.5K 238 25
                                    

Bila diriku tidak ditakdirkan menjadi bagian dalam hidupmu. Maka hatiku akan ikhlas melepaskan kepergianmu bersama sejumput luka akan takdir yang tak pernah kuharapkan

....

"Hentikan..."

Beberapa pasang mata saling menatap bingung. Fariz mengerutkan keningnya merasakan hal yang sama. Hatinya berdoa agar akad nikahnya berjalan dengan lancar.

Suara berat milik lelaki berbadan tegap lagi tinggi itu sukses membuat suara para tamu berargumen saling berbisik satu sama lain. Pria itu masuk dengan santainya. Dia tidak lagi bersuara. Matanya tertuju ke arah Fariz tajam.

Mendengar keributan dari arah luar membuat Fasya menjadi tidak tenang. Tiba-tiba rasa takut yang kerap menjalari hatinya hari ini kembali ia rasa. Matanya mengerjap teratur. Balutan gaun yang melekat di tubuh mungil Fasya seakan menjadi saksi bagaimana kisah cinta seorang hamba lemah seperti dirinya. Dia bahkan tidak akan pernah tahu bagaimana takdir ketetapan Allah SWT.

Perihal menikah. Jika dirimu mengaku sebagai umat Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassalam maka ikutilah sunah beliau untuk menyempurnakan agama dengan menikah.

Bulir bening itu dengan sombongnya menuruni pipi tirus Fasya. Umi dan kakaknya kompak bertanya.

"Sya kamu kenapa?"

"Sya apakah kamu terpaksa dengan pernikahan ini?" tanya Rasya sambil memegang kedua lengan Fasya hangat mengamati manik mata kecokelatan miliknya yang sudah terbasahi oleh air mata.

"Tidak kak. Fasya sudah ridho dengan pernikahan ini. Allah memberikan kemantapan di hati Fasya untuk menerima kak Fariz"

"Lalu apa yang membuatmu menangis Sayang" tanya umi Fasya lembut sambil mengamati manik mata milik putrinya itu

Fasya menyeka air matanya. Mencoba menghapus dari pipinya. Lalu menglengkingkan senyum. Terlihat dari matanya yang menyipit sebab bibir ranum Fasya tertutup oleh cadar.

"Mungkin Fasya hanya terbawa suasana saja umi"

"Oh iya di luar ada apa sih kok ribut gitu?" tanya Rasya kepada sang umi

Sang umi hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. Lalu memegang tangan putri cantiknya yang mulai dingin.

"Kamu yang tenang sayang. Semua pasti akan baik-baik saja"

Mata Fasya kembali berbinar. Dia membalas gengaman tangan sang umi begitu erat. Rasya hanya menatap adiknya ini iba. Hati kecilnya pernah merasakan berada di posisi Fasya beberapa tahun yang lalu. Namun sudahlah itu hanyalah masa lalu.

Kembali ke ruang akad nikah akan dilaksanakan. Semua masih dalam kebingungan masing-masing. Pria berpakaian kemeja putih bergaris itu melangkah mendekati Fariz.

"Fasya milik gue"

Pria itu menarik kerah baju Fariz. Fariz yang awalnya duduk langsung berdiri. Ia mencoba tenang. Ada apa dengan pria di depannya ini. Dia tidak berargumen membalas. Hatinya terus saja beristighfar agar setan tidak membakar emosinya. Lalu memejamkan mata.

Plakkk....

"Dasar brengsek..."pekiknya diikuti tonjokan ke sudut bibir Fariz

Assalamualaikum My Future Imam [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang