BAB 1 : Perencanaan

29.8K 1.6K 102
                                    

Saat ini, Via dan Lorenzo menunggu teman-temannya di kafe yang letaknya tak jauh dari kampus mereka.

Sudah hampir 1 jam, tapi yang ditunggu belum juga datang. Via dan Lorenzo mengambil jurusan yang sama, yaitu fakultas hukum sedangkan teman-temannya, Hisyam dari fakultas Jurnalistik, Hilwa fakultas Psikologi, Reza dan Eriska dari fakultas Ekonomi.

Via dan Lorenzo sudah berpacaran sejak mereka kelas 3 SMA dan kabarnya sudah bertunangan. Via dan teman-temannya telah di kenal sebagai anak-anak yang paling hits di kampus mereka. Mereka juga selalu mendapatkan nilai terbaik kecuali Reza karena menurut Reza dia telah salah memasuki jurusan. Sebenarnya dia ingin sekali masuk ke fakultas jurnalistik, namun tuntutan dari papanya bahwa dia harus mengambil fakultas pendidikan ekonomi. Setelah mereka menunggu selama 15 menit, teman-temannya datang juga. Mereka langsung duduk di meja yang telah ditempati oleh Via dan Lorenzo.

"Nah..akhirnya penghuni alam gaib datang juga," ujar Lorenzo dengan sinis.

"Dih apa-apaan loh," jawab Hilwa sambil mendorong tubuh Lorenzo dan langsung duduk di sebelahnya.

"Santai aja kali," oceh Lorenzo dengan jutek.

"Kemana aja kalian? Gua sama Lorenzo dari tadi nungguin kalian sampai lumutan tahu!" cerca Via kemudian dia memutarkan bola matanya.

"Ah bawel lo," celetuk Reza dengan suara kecil.

Semua sempat diam dan fokus ke ponsel masing-masing, Reza yang teringat sesuatu langsung memecahkan keheningan tersebut "Weh guys, kan mulai besok sampai dua minggu kedepan itu kita libur, nah gua punya ide gimana kalo kita mendaki gunung Semeru? Kita belum pernah ke sana guys kapan lagi coba kita mendaki ke gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dan gunung itu gunung tertinggi di pulau Jawa! Kapan lagi woy! Kita berdiri di puncak gunung tertinggi! Gila gua gak bisa bayanginnya,"

"Gak usah dibayangin lah kalo nggak bisa," celetuk Lorenzo datar.

"Gua nggak bercanda nyet!" ucap Reza melempar ponsel Iphone 11 pro max miliknya ke arah Lorenzo.

"Emang siapa yang bilang lo lagi bercanda nyet," timpal Lorenzo yang melempar kembali ponsel milik Reza.

"Ih berisik! Nyat-nyet nyat-nyet aja nih! Sesama monyet jangan kayak gitu!" ujar Eriska kesal.

"Eh, tapi.. kan lo tau sendiri kalo si Via nggak boleh pergi ke gunung Semeru," kata Hilwa sedikit kecewa.

"Masa kita harus terus diatur sih? Kalau kayak gitu kita nggak bakal dapat pengalaman yang wow! Masa mau ke gunung Salak lagi sih! Bosen gua sampe-sampe gua hapal sama jalanan di sana," kata Reza semakin kesal.

"Kita ke gunung Salak baru berapa kali sih Rez? Baru tiga kali kan? Ya udahlah nggak kenapa-kenapa," tukas Lorenzo cuek.

"Gua sebenarnya sih setuju juga sama Reza, kita kapan lagi pergi ke sana? Kita belum pernah kan ke sana? Tapi di sini masalahnya mamanya Via itu sangat melarang kalau kita pergi ke Semeru," jawab Hisyam tenang.

"Vi, lo coba deh bujuk Mama lo lagi, apa lo nggak mau gitu pergi ke sana?" bujuk Eriska pada Via pelan. Via tidak langsung menjawab, dia berpikir bagaimana respon mamanya nanti saat tahu mdia akan pergi ke Semeru. Di sisi lain, dia juga tidak ingin teman-temanya kecewa. Via juga sebenarnya ingin sekali ikut, tetapi takut nanti bertengkar dengan Mamanya lagi karena hal yang sama.

"Gua bingung harus gimana, gua juga nggak tahu kenapa mama selalu melarang gua untuk pergi ke sana tanpa alasan yang jelas," ucap Via dengan nada sedikit bingung.

"Nah makanya sekarang lo ngomong sama mama lo buat izinin lo pergi kesana. Kalo nggak si Lorenzo biar ngomong sama mama lo siapa tau di izinin," paksa Reza.

"Iya, nanti gua aja yang ngomong sama Mama, biar nanti lo diizinin," ujar Lorenzo kepada Via.

"Terserah lo aja deh," kata Via pasrah.

"Ok, nanti si Lorenzo izin ke mamanya Via dan sekarang pada setuju nggak nih ke gunung Semeru? kalo gua sih setuju, kalo kalian gimana?" tanya Hilwa semangat.

"Gua setuju," jawab Hisyam.

"Gua sama Eriska setuju," jawab Reza.

"Kalo Via diizinin gua ikut, tapi kalo nggak, gua gak ikut," sahut Lorenzo.

"Ya udah berarti jadi ya?" tanya Reza.

"Ok," kata mereka serempak.

"Kalo misalnya si Via diizinin, kita ke sana naik mobil siapa nih?" tanya Hisyam.

"Mobilnya harus gede," usul Eriska.

"Mobil ambulance," tawa Reza.

"Garing lo," ucap Hisyam jutek.

"Mobil gua aja," gerutu Lorenzo santai.

"Ok, mau berangkatnya kapan?" tanya Hilwa.

"Hmm...lusa aja yuk," ajak Reza.

"Ok deh," kata Eriska.

Mereka terus mengobrol dengan asyik, tapi Via hanya diam dan menjadi penonton dari obrolan mereka. Tak lama kemudian, mereka pergi keluar dari kafe dan pergi menuju kampus tempat fakultas mereka masing-masing. Via terus diam hingga mata kuliahnya dimulai.

"Vi," panggil Lorenzo dengan nada lembut sambil memegang pundak Via.

"Ha... iya," jawab Via dengan nada sedikit tersentak.

"Kamu nggak usah takut, biar aku aja yang bujuk mama, kamu nggak usah. Aku yakin Mama pasti ngijinin," kata Lorenzo menenangkan.

"Tapi kalo Mama gak mau?" tanya Via dengan wajah sedikit cemas.

"Jangan pesimis," kata Lorenzo tersenyum.

_________________________________________

PENASARAN SAMA PART SELANJUTNYA?

YUK BACA TERUS "VILLA CEMPAKA" DAN JANGAN LUPA VOTE YA..

OH YA KALAU ADA YANG PERLU DIKOMEN,KOMEN AJA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA

NB : CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001 SELAIN DARI @SYFYRI2001 ITU ADALAH PLAGIAT!

TERIMA KASIH

SALAM,

DESI SYAFITRI

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang