Lorenzo mengambil boneka tersebut, membawanya ke ruang tamu. Semua langsung duduk, diam dan memikirkan kejadian yang menimpa Hilwa. Boneka anak perempuan tang di kepang dua itu memang terlihat seperti boneka yang sudah cukup tua. Di punggung boneka itu hanya ada smile emoticon.
"Mungkin nggak sih kalo di sini itu kita diteror sama setan?" Kata Via memecahkan keheningan.
Brakkk...
"Udah gua bilang! Di dunia ini nggak ada yang namanya setan!" bentak Reza menggebrak meja. Teriakan itu, tentu saja membuat terkejut semua orang.
"Za! Lo bisa nggak sih? jangan gebrak meja! Bikin orang kaget aja lo," gerutu Hisyam menepuk pundak Reza.
"Gua itu udah sering bilang kalo di dunia ini nggak ada yang namanya setan, tapi kalian malah terlalu berhalusinasi dan beranggapan kalo setan itu ada," Reza semakin ketus.
"Sekarang gini aja ya, Za. Dari kemarin kita terus-terusan di ganggu sama setan. Semalam aja kita digangguin, kalo bukan setan terus siapa?" tanya Lorenzo. Pertanyaan itu membuat Reza membungkam.
Setelah itu, tidak ada yang bicara. Mereka terus memikirkan hal yang sama.
"Eh, kalian ingat nggak sih waktu si Via minta kamar nomor 15 tapi si bu Rahayu nggak ngasih? Gua rasa ada hal yang aneh di kamar itu," kata Hilwa memecahkan keheningan.
"Terus kalian masih inget nggak sih sama kakek-kakek yang kita temui di dekat tenda? Dia kan bilang 'kalau kalian menemukan sebuah Villa, maka kalian jangan masuk!' Dan menurut gua kalau yang di maksud kakek itu adalah villa ini," sambung Hilwa mulai gelisah.
"Kita harus cari tau tentang villa ini, dari awal gua juga nggak suka sama villa ini," usul Via mengangkat kedua alisnya.
"Kita harus bongkar kamar 15 itu," kata Eriska.
"Bongkar?" gumam Hisyam sedikit ragu.
"Kamar itu punya banyak misteri, dari awal kita masuk aja udah ada banyak yang nggak suka sama kita," kata Eriska dengan nada pelan.
"Siapa?" tanya Hilwa mengkerutkan kening.
"Biar lebih jelas kita lebih baik tanya sama bu Rahayu," sela Via menatap semua orang.
"Bu Rahayu itu bukan manusia!" kata Eriska tajam.
"Jangan bikin kita semua jadi takut," kata Lorenzo membalas tatapan Eriska
"Bukan gitu, tapi itu memang kenyataannya," ucap Eriska berusaha meyakinkan.
"Bosen gua dengerin omongan kalian yang nggak jelas kayak gitu, setan mulu yang dibahas," gerutu Reza kemudian pergi ke kamar, meninggalkan semuanya.
"Ini boneka siapa?" tanya Lorenzo menunjuk boneka di atas meja.
"Mungkin boneka pemilik Villa ini waktu dulu," tebak Via.
"Coba gua lihat," kata Eriska.
Eriska mengambil boneka tersebut dari tangan Lorenzo lalu memejamkan matanya seperti sedang menerawang. Via dan teman-temannya hanya diam. Tak lama kemudian boneka itu tiba-tiba terlempar lalu tubuh Eriska terjatuh ke sofa.
"Ada apa, Ris?" tanya Via panik.
"Reza!" ucap Eriska histeris.
Aaaaa.......
Tiba-tiba terdengar teriakan Reza dari lantai atas. Semua orang langsung bergegas naik menuju kamar Reza. Sesampainya mereka di atas, Reza sudah ditemukan tidak bernyawa, tubuhnya dipenuhi darah dan cakaran terlihat diseluruh tubuhnya. Mata bagian kanan Reza terlepas sedang kepalanya nyaris putus. Semua syok melihat kematian Reza yang begitu menggenaskan. Tembok kamar juga lantai dipenuhi banyak darah .
KAMU SEDANG MEMBACA
Villa Cempaka [SELESAI REVISI]
HorrorRencana terkadang tak sesuai dengan kenyataannya. Berniat ingin mendaki gunung namun terjebak oleh hujan dan membuat mereka menginap disebuah villa yang cukup tua, terdapat banyak hal aneh terjadi didalamnya. Penasaran? ~Selamat Membaca~ Nb : mohon...