BAB 10 : Lalu Siapa?

12.5K 716 26
                                    

Via dan Hilwa yang sedang berada di dalam kamar hanya diam dan melihat-lihat sekeliling kamar yang akan mereka tempati.

"Kamarnya nggak kerawat banget sih! Gila! Mana sempit! Ini mah masih besaran kamar pembokat gua!" seru Hilwa dengan gaya sombongnya.

"Ya udah sono tinggal di kamar pembokat lo!" seru Via membuka isi ranselnya.

"Lo liat deh kamar ini, ewh! Jijik gua!" oceh Hilwa asal ceplos.

"Lo bisa diem gak? Gua bosen denger ocehan lo," seru Via jutek.

"Huf, capek banget gua!" kata Via membanting tubuhnya ke atas kasur yang ternyata terasa agak keras.

"Ris, sini tiduran dulu," ajak Via memberikan tempat untuk Eriska.

"Ng-nggak, Vi," katanya terbata-bata sambil memeluk tubuhnya yang kemudian melirik ke arah samping lemari baju.

"Lo kedinginan?" tanya Via lembut.

"Ng-nggak kok," jawabnya masih terbata-bata.

*****

"Yuk guys! Sekarang kalian tebak gua lagi dimana? Gua lagi di villa Cempaka nih guys! Liat, gila kamarnya kotor banget gaes...kalau nggak karena hujan dan angin badai, gua lebih milih tinggal di tenda daripada di sini gaes! Tempat ini sangat no recommended! Oh ya, nih teman-teman gua yang lebih jelek dari gua..." ujar Reza yang sedang membuat vlog di handycam miliknya.

"Lo bisa gak sih jangan norak? Dikit-dikit buat vlog, dikit-dikit buat vlog! Sok ganteng banget lo," ledek Hisyam sinis.

"Berisik nyet! Suka-suka gua lah! Syirik!" seru Reza dengan kesal.

"Bahasanya bro," tegur Lorenzo memukul pundak Reza dengan keras.

"Sakit nyet!" seru Lorenzo mengusap-usap pundaknya yang sakit.

Lorenzo dan Hisyam tertawa puas sedangkan Reza menatap Lorenzo tajam.

"Jangan liatin gua, gua bukan pisang," ledek Lorenzo sambil tertawa.

Reza hanya diam dan langsung melirik ke belakang Lorenzo.

"Eh..Via, ada apa lo ke sini?" tanya Reza pada Via yang berada di belakang Lorenzo.

Lorenzo berbalik dan melihat Via yang berbeda dari biasanya. Tubuhnya pucat, hanya diam dengan tatapan kosong. Lorenzo khawatir kalau Via saat ini sedang sakit. Dia sedikit melangkah mendekati Via dan berusaha untuk bertanya tentang keadaannya.

"Vi, lo kenapa?" tanya Lorenzo dengan lembut sambil memegang lengan Via.

"Kok dingin banget, ya? Masih sakit atau faktor cuaca? tapi..dia nggak pernah kayak gini," gumam Lorenzo bingung.

"Vi, lo salah makan, ya?" tanya Hisyam khawatir.

"Vi? jawab dong," kata Lorenzo memegang pipi kanan Via.

"Ren, dia sakit kali," sahut Reza mengerutkan keningnya.

"Vi.. lo lagi sakit?" tanya Lorenzo lembut.

Via langsung pergi begitu saja tanpa merespon siapapun. Dia berjalan dengan pelan. Sedang Lorenzo terus mengikuti Via hingga di depan pintu kamar nomor 15. Lorenzo bingung dengan Via yang berhenti dan hanya diam. Dia melangkahkan kakinya mendekati Via yang berada di depannya.

"Kok dia berbenti di situ?" gumam Lorenzo bingung.

"Vi? lo kenapa berhenti di sini?" tanya Lorenzo bingung,"Vi, lo kenapa sih? Via, jangan kacangin gua, jawab gua, Vi!"

Via diam, tak merespon Lorenzo.

"Anjir, gua malah dikacangin," gumam Lorenzo berusaha sabar.

"Ren.. lo ngapain di situ?" tanya seseorang dari belakang, tak jauh dari tempatnya berdiri. Lorenzo berbalik dan betapa kagetnya dia karena itu adalah Via. Sedang Via yang tadi ada di depannya telah hilang. Lorenzo membisu, memegangi kepalanya. Via yang mulai khawatir dengan Lorenzo langsung mendekat.

"Lo kenapa? Pusing?" tanya Via memegang pundak Lorenzo.

"Lo bisa sulap, Vi?" tanya Lorenzo menatap Via dengan pandangan lemas.

"Haha... lo itu lucu banget sih, gua mana bisa sulap, ada-ada aja lo," tawa Via tertawa bingung.

"Tadi, kan lo ada di sini tapi kenapa sekarang lo malah di sana?" ucap Lorenzo tidak percaya.

"Hei, lo jangan ngelantur deh! gua tuh dari kamar," bantah Via memukul pelan pipi kiri Lorenzo sambil tertawa.

"Gua nggak bohong, Vi. Tadi lo itu datang ke kamar gua dan lo langsung pergi ke sini," kata Lorenzo penuh keyakinan.

"Ren.. lo udah makan belum? Gua yakin lo lagi lapar makanya lo berhalusinasi kayak gitu," kata Via lembut.

"Vi, gua lagi nggak bercanda, tadi juga si Hisyam sama Reza ngeliat juga kok," ucap Lorenzo tetap kekeh.

"Tapi.. mana mungkin gua membelah diri jadi dua? Kan gua bukan amoeba, gua tadi ada di kamar kok, kalo lo nggak percaya, tanya aja Hilwa sama Eriska," kata Via santai.

"Kalau bukan lo, terus siapa?" tanya Lorenzo ragu.

"Udahlah! kita balik lagi aja ke kamar, firasat gua di sini gak enak," kata Via tak nyaman.

Lorenzo hanya mengangguk, langsung pergi ke kamar mereka masing-masing. Sebenarnya, Lorenzo masih tak mengerti dengan kejadian saat ini. Via yang berada di depannya menghilang dan menjadi berada di belakangnya. Lorenzo berusaha untuk membuat dirinya menjadi tenang. Setelah mereka pergi tak lama kemudian darah keluar dari pintu kamar nomor 15 tersebut.


_________________________________________

PENASARAN SAMA PART SELANJUTNYA?

YUK BACA TERUS "VILLA CEMPAKA" DAN JANGAN LUPA VOTE YA..

OH YA KALAU ADA YANG PERLU DIKOMEN,KOMEN AJA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA

NB : CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001 SELAIN DARI @SYFYRI2001 ITU ADALAH PLAGIAT!

TERIMA KASIH

SALAM,

DESI SYAFITRI

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang