BAB 11 : Darah Siapa Itu?

12.2K 715 11
                                    

Sebelum makan malam, Via mandi karena tubuhnya sudah sangat bau. Sedang Eriska dan juga Hilwa sudah lebih dulu ada di ruang makan bersama yang lain.

"Wa, Via masih mandi?" tanya Lorenzo yang sedang duduk di ujung meja makan.

"Iya, dia tadi aja baru masuk ke kamar mandi," jawab Hilwa.

"Wah live streaming seru juga nih," ujar Reza sambil tersenyum bahagia.

"Gua tampol lo," ancam Lorenzo dengan tatapan tajam.

"Santai dong," cibir Reza cuek.

*****

Via menyalakan shower dengan suhu air yang hangat.

"Duh gila nih badan gua udah bau banget," ujar Via bicara sendiri.

Via kemudian menikmati airnya dan mulai membersihkan tubuhnya yang sudah kotor.

Tok..tok..tok..

Via melirik ke arah pintu dan menghentikan pergerakannya.

"Siapa?" tanyanya heran.

"Wa? Ris? Itu kalian ya?" tebak Via pada yang pintu, namun tak ada jawaban.

"Nggak dijawab," gumamnya melanjutkan mandi.

Beberapa saat kemudian, secara mengejutkan, air yang semula hangat, berubah menjadi sangat panas.

"Duh, panas! Kok panas banget sih airnya!" seru Via mengusapi wajahnya. Namun dia tetap tak bisa melihat. Via langsung mematikan showernya, tapi tak mati juga.

Saat dia mengusap wajahnya lagi, barulah Via melihat seseorang berada di depannya.

"Maukah kau bermain denganku?" tanya anak kecil yang berada di depannya itu. Dia tersenyum lebar dan wajahnya sangat menyeramkan. Tak lama kemudian berselang, tiba-tiba saja matanya keluar lalu jatuh ke atas lantai.

Kedua mata Via melotot tak percaya.

"Aaaaaaaaaaaa......!"

Via berteriak kencang namun tak seorangpun dari teman-temannya mendengar. Anak kecil itu terus tertawa dan air shower semakin lama semakin panas. Bersamaan dengan itu, darah yang sangat kental mengalir dari atas atap.

"Whaaaa..... pergi! Jangan ganggu gua!" teriak Via histeris.

"Maukah kau bermain denganku?" Kembali, anak kecil itu tertawa.

"Pergi! Arghhhh...panas!" tangis Via merintih kesakitan.

Aaarrrrgggghhhhh....

Tubuh Via mulai di banting ke setiap sisi-sisi tembok kamar mandi, lalu kembali terpental ke lantai. Darah mengalir dari atap dan membasahi tubuhnya. Kakinya pun menjadi lebih parah lagi. Anak kecil itu terus tertawa tiada henti.

"Sakit...," rintih Via memegangi kakinya.

Kemudian Via menyeret tubuhnya dan berusaha mengambil handuk kimono miliknya. Dia berusaha untuk bangun dan langsung membuka pintu kamar mandi namun pintunya terkunci. Saat kakinya diseret, tiba-tiba Via dipentokkan kembali ke tembok.

"Arrrggghhhh...."

Kali ini jeritan Via bercampur tangisan.

"Tolong!" teriak Via dengan suara kencang namun lagi-lagi tak seorang pun menolongnya. Anak kecil itu terus tertawa tiada henti dan tubuh Via mulai lemas. Wajahnya pucat, dipenuhi darah dari kamar mandi. Anak kecil itu terus menyiksa Via seakan-akan dia sedang bermain dengan mainannya.

"Siapa anak kecil itu?" gumam Via menahan sakit.

*****

Semuanya berada di meja makan termasuk juga Eriska. Mereka menunggu Via hingga hampir 1 jam. Tiba-tiba saja, Eriska yang sedang duduk menunggu Viatersentak dan tatapannya langsung kosong.

"Via!" ucap Eriska panik.

"Lo kenapa?" tanya Lorenzo ikut terkejut.

Eriska langsung pergi berlari kearah kamarnya dan mencari keberadaan Via.

"Via!" teriak Eriska lagi

Eriska melirik ke arah pintu kamar mandi dan langsung mengetuknya. Dia terus berusaha membuka pintu kamar mandi, namun semua usahanya sia-sia.

"Vi," panggil Eriska kembali mengetuk pintu kamar mandi.

Tak lama kemudian, semuanya menyusul ke kamar. Mereka melihat Eriska sedang mengetuk pintu kamar mandi dan memutuskan untuk membantu. Lorenzo mulai panik dengan keadaan Via saat ini.

"Via di dalam?" tanya Lorenzo sedikit khawatir.

"Iya," jawab Eriska panik.

Lorenzo dan Hisyam mendobrak pintu kamar mandi dan akhirnya tak lama kemudian, berhasil dibuka. Via yang berada di dalam kamar mandi mulai lemas. Via sudah tergeletak di atas lantai dalam keadaan lemas dan masih memakai handuk kimono. Via langsung di angkat oleh Lorenzo dan dibawa ke atas kasur, tubuhnya yang penuh dengan darah langsung dibersihkan oleh teman-temannya.

"Weh gua keluar dulu ya " ujar Reza menahan rasa mualnya

"Lo kenapa?" tanya Hisyam heran.

"Gua phobia sama darah," jawab Reza berekspresi geli.

"Seriusan lo?" tanya Hisyam sedikit heran.

"Iya. Gua eneg banget kalo liat darah. Pusing," kata Reza memegangi kepalanya.

"Ya udah deh, yang cowok-cowok mending kalian keluar dulu," perintah Hilwa berusaha untuk tidak panik.

"Tapi gimana sama Via?" tanya Lorenzo khawatir.

"Ini biar gua sama Eriska yang urus," jawab Hilwa pelan.

Lorenzo, Hisyam, dan juga Reza pergi keluar dari kamar Via. Lorenzo semakin khawatir dengan keadaan Via saat ini. Di sana, Via ditemani oleh Hilwa dan juga Eriska. Hilwa terus membersihkan darah-darah yang ada di tubuh Via. Tubuh Via sudah bersih, namun Hilwa merasa bingung dengan peristiwa yang dialami oleh Via.

"Kok bisa ada banyak darah kayak gini sih? Padalah di bagian tubuh dia nggak ada pendarahan apapun. Janya memar-memar dipunggung, tangan, kepala dan juga kakinya. Tapi darah dari mana itu?" gumam Hilwa masih merasa bingung.

"Tentu saja dari dia," timpal Eriska yakin.

"Bullshit. Jangan pernah keluarin omong kosong itu lagi!" seru Hilwa marah.

"Gua gak bohong, kalian selalu mengabaikan apa yang gua bilang dan sekarang semua baru dimulai," ucap Eriska dengan nada serius.

"Ris, lo jangan aneh-anehan lagi deh!" kata Hilwa emosi.

"Kalo bukan dari dia lalu dari mana lagi darahini?" tantang Eriska dengan tatapan tajam.

_________________________________________

PENASARAN SAMA PART SELANJUTNYA?

YUK BACA TERUS "VILLA CEMPAKA" DAN JANGAN LUPA VOTE YA..

OH YA KALAU ADA YANG PERLU DIKOMEN,KOMEN AJA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA

NB : CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001 SELAIN DARI @SYFYRI2001 ITU ADALAH PLAGIAT!

TERIMA KASIH

SALAM,

DESI SYAFITRI

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang