Lorenzo, Via, dan juga Hisyam pergi mencari kayu. Reza, Hilwa, dan juga Eriska kembali membuat tenda. Sedang Via, Lorenzo, dan juga Hisyam mencari kayu bakar yang letaknya tak jauh dari tenda mereka, mereka mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuh mereka untuk nanti malam. Saat mereka sedang mencari kayu bakar, Via terfokus kepada seorang anak kecil. Anak kecil tersebut melirik kearah Via dan kemudian kembali menatap mainannya.
"Dek!" panggil Via kepada anak kecil yang menggunakan baju terusan selutut itu. Ia memegang mainannya dan tengah berdiri di dekat pohon besar.
"Vi? Lo manggil siapa?" tanya Hisyam yang merasa tak ada siapapun.
"Dek, jangan ke sana! Ada jurang!" teriak Via sambil mengejar anak kecil tersebut.
"Via! Mau kemana?" teriak Lorenzo yang merasa tak melihat siapapun.
"Vi!" Hisyam ikut berteriak dengan nada keras.
Via berlari mengikuti anak kecil tersebut. Hilwa mendengar teriakan Via dan juga yang lainnya sepertinya sedang mengejar Via, Hilwa mengkerutkan keningnya dan mulai timbul rasa penasarannya.
"Eh..kok pada teriak-teriak manggil Via sih?" tanya Hilwa kepada Reza.
"Nggak tahu," jawab Reza acuh.
"Via ngejar anak kecil yang tadi Lorenzo lihat," kata Eriska dengan datar.
"Hah?" kata Hilwa sambil mengkerutkan keningnya.
Sementara itu, Via terus berlari mengejar anak kecil tersebut. Lorenzo dan juga Hisyam mengejar dari belakang. Dia mulai merasa lelah namun rasa penasarannya dengan anak kecil itu lebih besar dari segalanya. Tapi Via kehilangan jejak. Ia berdiri kebingungan.
"Via!" teriak Lorenzo dan juga Hisyam bergantian.
"Dek! Kamu kemana, dek?"teriak Via sambil mencari-cari anak tersebut.
Via melihat anak tersebut yang hendak turun ke dalam jurang. Anak kecil itu tersenyum kepada Via dan membuat Via semakin panik dengannya.
"Via! Itu di depan jurang, Vi! Lo mau kemana, sih!" teriak Lorenzo dengan nada panik.
"Dek! Awas itu jurang!" teriak Via sambil berlari berusaha menyelamatkannya tapi terlambat. Anak kecil itu melompat ke jurang dan Via terpeleset, ikut jatuh.
Aaarrrrrgghhh...
"Lorenzo...!" Via berteriak dengan keras sambil berguling ke dalam jurang. Via jatuh hingga ke bawah jurang lalu kepalanya terbentur batu besar, kakinya terjepit batang kayu yang cukup berat. Tak lama kemudian Via perlahan tak sadarkan diri. Lorenzo melihat ke arah bawah jurang dan langsung panik.
"Syam! Gimana ini?" tanya Lorenzo sangat panik.
"Gini aja deh, Ren! Gua pergi ketenda buat minta bantuan sama mereka dan bawa alat bantu buat turun kebawah." jawab Hisyam yang juga panik.
Hisyam langsung berlari pergi menemui teman-temannya dan sekaligus membawa peralatan bantuan.
"Eh itu..."
"Via jatuh ke dalam jurang! Ce-cepetan ambil peralatan bantuannya!" jawab Hisyam yang memotong ucapan Hilwa sambil mengatur napasnya.
"Kok bisa?" tanya Hilwa yang spontan kaget.
"Ceritanya panjang nanti aja ceritanya keburu Upin dan Ipin wisuda." jawab Hisyam terburu-buru.
Mereka dengan sigap langsung mengambil peralatannya dan langsung pergi ke tempat Via jatuh. Saat mereka sampai di sana, Lorenzo masih sangat khawatir dengan keadaan Via sekarang.
"Ren, pake dulu nih perlengkapannya," ujar Hisyam sambil memberikan perlengkapan bantuannya.
"Lo panggil-panggil ada jawaban nggak?" tanya Hilwa mulai panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villa Cempaka [SELESAI REVISI]
HorrorRencana terkadang tak sesuai dengan kenyataannya. Berniat ingin mendaki gunung namun terjebak oleh hujan dan membuat mereka menginap disebuah villa yang cukup tua, terdapat banyak hal aneh terjadi didalamnya. Penasaran? ~Selamat Membaca~ Nb : mohon...