BAB 18 : Roh Penyelamat

12.4K 674 21
                                    

Pada saat itu juga mereka langsung membereskan barang-barang bawaan, bersiap-siap untuk keluar dari Villa. Tak terjadi apapun, hingga saat melewati kamar 15, langkah Via tiba-tiba terhenti. Tanpa sepengetahuan Hisyam ataupun Lorenzo, Via masuk, seakan di hipnotis. Lorenzo baru menyadarinya saat Via sudah benar-benar tidak ada.

"Viaaaa!" teriak Lorenzo. Namun semua telah terlambat.

Brukkk...

Pintu kamar 15 telah menutup sendiri dengan sangat keras. Via yang berada di dalam tiba-tiba tersadar dan langsung berteriak panik. Lorenzo diikuti Hisyam berusaha membuka pintu kamar tersebut.

"Vi... Buka pintunya, Vi!" teriak Lorenzo tak kalah panik.

"Via...!" teriak Hisyam

Mereka langsung mendobrak pintunya berulang kali namun tetap tidak bisa dibuka. Lorenzo khawatir dengan keadaan Via di dalam sana. Dia mendobrak dan terus menendang pintu kamar itu meski usahanya sia-sia.

"Ren, Syam! Buka! Gua takut," tangis Via putus asa. Kepanikan Via bertambah saat tiba-tiba saja, dia ditarik dan langsung di banting ke tembok. Kekuatan itu sangat kencang hingga kepala bagian belakang mengeluarkan darah. Via merintih kesakitan, menatap ke arah roh yang membantingnya. Bayangan itu adalah sosok wanita separuh baya, mengenakan kebaya warna merah dengan wajah penuh darah. Jelas dia sedang marah. Via terus dibanting olehnya berkali-kali. Namun penyiksaan tak berakhir sampai di situ. Tak lama, dia membawa sebuah golok. Tapi tanpa diduga, muncul roh lain, menghentikan langkahnya.

Roh itu adalah seorang remaja pria berumur 18 tahun. Mengenakan celana levis panjang juga atasan putih. Sebuah kalung yang sepertinya Via kenal, menggantung di lehernya. Roh itu sangat mirip dengan kakak Via yang saat ini entah kuliah di mana. Terakhir kali mereka bertemu adalah 8 tahun yang lalu saat Via juga masih tinggal terpisah dari keluarganya. Via tinggal di Sulawesi sedangkan keluarganya tinggal di Jakarta. Begitu memasuki SMA barulah dia pindah ke Jakarta dan juga mendapat kabar bahwa kakaknya sedang kuliah. Namun tak ada yang memberitahu dimana tempat kakaknya kuliah.

"Kalung itu sama persis seperti kalung yang pernah aku kasih ke kakak," gumam Via melirik kearah sosok itu. Tak lama kemudian pintu kamar tersebut berhasil di buka. Saat Via akan keluar dari kamar, sosok pria itu tersenyum kearahnya. Via membalasnya dengan mata yang berkaca-kaca. Via, Lorenzo dan juga Hisyam langsung pergi sedang Via harus terhenti karena dari arah belakang ada yang mencekik lehernya.

"R-Ren...Hi-Hisyam...To-Tolong," kata Via yang berada persis di belakang Lorenzo.

Lorenzo juga Hisyam panik, berusaha untuk membantu Via. Tapi, sosok ini berbeda. Dia adalah wanita yang mengenakan pakaian pengantin sangat usang yang dipenuhi banyak darah. Sosoknya mencekik Via, menyandarkannya ke tembok. Tapi Via tidak menyerah begitu saja. Ia membalas, mencekik setan itu hingga mereka dalam posisi yang sama.

"Vi...," pekik Lorenzo panik. Mata Via mulai memerah lalu tubuhnya mendadak dingin. Namun Via terus berusaha untuk tetap kuat dan tidak ingin kalah dari setan itu. Via mulai kesal dan amarahnya mulai menguasai dirinya, dia sudah sangat kesal karena sudah banyak teman-temannya yang meninggal di tempat ini karena ulah penghuni di tempat ini.

"Mau lo apa? Lo belum puas ngebunuh teman-teman gua! Sialan! Gara-gara lo, semua mati!" bentak Via semakin mengencangkan cekikannya. Sosok itu mulai geram. Matanya memerah, namun Via terus menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.

Aaaaaarrrrrrgggghhhhh.....

Sosok itu berteriak sangat kencang hingga Via, Lorenzo, dan Hisyam terpental ke lantai dasar. Via menabrak sebuah meja kaca dan tubuhnya berdarah. Sedangkan Lorenzo membentur tembok. Tak jauhnya dari sana, Hisyam terpental ke dekat pintu keluar. Via merintih kesakitan, menarik kaca-kaca berukuran besar yang menancapi tubuhnya. Menahan rasa sakitnya, Via berdiri. Kepalanya terasa sangat pusing. Dari atas, Lorenzo melihat lampu hias yang tergantung sejajar tepat dimana Via berdiri, mulai bergoyang. Tanpa pikir panjang, Lorenzo langsung berdiri. Dia berlari menuju ke arah Via lalu mendorongnya hingga Via membentur ke tembok di dekat Hisyam. Namun niat baik Lorenzo justru menjadi celaka untuknya.

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang