BAB 20 : Penemuan Mayat

13.9K 657 131
                                    

Hari mulai cerah, kini hujan badai telah berganti dengan sinar matahari. Via tidur di tempat tidur milik kakek Indra dan Hisyam tidur di kursi. Mereka mulai membuka matanya. Tapi saat membuka mata, semuanya langsung syok karena melihat keadaan rumah gubuk itu. Atapnya telah hancur, dinding-dindingnya juga runtuh. Mereka berdua sama sekali tidak menduga bahwa rumah gubuk itu bisa hancur tanpa mereka tahu.

"Syam... ini... kita di tempat kakek Indra kan?" tanya Via yang masih syok.

"I-iya Vi, ta- tapi kenapa jadi begini ya?"gumam Hisyam terbata-bata.

"Kakek Indra dimana?" tanya Via yang mencari keberadaan kakek Indra.

"Ayo Vi, bawa tas lo, kita cari bantuan," ajak Hisyam langsung mengambil tasnya.

Via dan Hisyam kemudian pergi dari rumah gubuk itu dan langsung mencari bantuan. Mereka terus berjalan sambil menahan rasa sakit di tubuh mereka. Ada perasaan aneh saat tidak ada bekas hujan di jalanan. Di sana benar-benar kering dan tidak basah. Setelah sekian lama akhirnya mereka menemukan pos tim SAR.

"Pak..tolong bantu kami..," kata Via kepada tim SAR.

Tim SAR langsung menghampiri Via, Via menceritakan tentang kejadian yang menimpa mereka, tim SAR lalu menghubungi pihak kepolisian dan juga tim medis. Setelah menunggu pihak kepolisian dan juga tim medis, kemudian mereka langsung bergerak menuju lokasi kejadian yang dituju. Sesampainya disana, Villa itu benar-benar terlihat sangat buruk. Sangat tua, berbeda sekali saat mereka pertama kali masuk kesana.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya salah satu dari tim SAR.

"Karena hujan badai, jadi kami memilih untuk menginap disini," jawab Hisyam.

"Kalian ini lucu yah, sudah menjadi mahasiswa tapi masih saja seperti anak kecil, bercerita yang tidak masuk akal," kata salah satu dari polisi sambil tertawa.

"Kami tidak bohong Pak," kata Via kesal.

"Sekarang gini aja ya, Mbak. In pegunungan, kalau di sini ada hujan badai pasti sudah longsor, dan.. lihat saja tanahnya, tidak basah sedikit pun," kata salah satu dari tim SAR sambil menepuk pundak Via.

"Ini kan hutan, tapi kok ada Villa ya?" bisik salah satu tim medis kepada rekannya.

Tanpa menunggu lama lagi, kemudian tim SAR, kepolisian, dan juga tim medis langsung masuk ke dalam bersama Via dan juga Hisyam. Beberapa dari anggota kepolisan tersebut menunggu di luar untuk penyelidikan.

Sesampainya di sana, mayat pertama yang ditemukan adalah mayatnya Lorenzo. Tubuhnya masih tertancap oleh lampu hias besar, pemandangan itu benar-benar menyayat hati Via. Tak lama, Mayat Lorenzo kemudian di letakkan di kantong jenazah. Anggota kepolisian yang berada di luar juga menemukan jenazah Eriska dalam keadaan masih tertancap pagar. Mereka langsung melepaskan mayat Eriska dari tiang pembatas juga kawat-kawat yang melukai tubuhnya. Seperti Lorenzo, mayat Eriska juga diletakkan di kantong jenazah. Di kamar atas, mayat Reza juga Hilwa, telah di letakkan di kantong jenazah. Mayat-mayat itu kemudian disejajarkan di luar Villa.

"Pak, masih ada... banyak mayat di dalam sana," kata Via dengan pelan.

"Mayat? Sepertinya tim saya sudah memeriksa tempat ini dan hanya mayat-mayat inilah yang ditemukan," kata salah satu dari anggota kepolisian, mengkerutkan keningnya.

"Di kamar 15, di sana masih banyak mayat lagi," ujar Hisyam.

"Mau periksa ke dalam?" tawar salah satu tim SAR.

Via dan Hisyam mengangguk dan kemudian mereka langsung bergerak kembali menuju kamar 15. Pintu kamar itu masih tertutup rapat, salah satu anggota kepolisian berusaha mendobrak pintu kamar tersebut, namun usahanya gagal. Tetapi, saat Via membuka pintu kamar tersebut dengan gagang pintunya, pintu kamar langsung terbuka. Via lalu masuk ke kamar tersebut lebih dulu. Tiba-tiba kamar tertutup dan mengunci sendiri. Via yang berada di dalam, langsung panik, mereka yang berada di luar terus berteriak sambil memukul-mukul pintu kamar tersebut. Via benar-benar takut, bulu kuduknya mulai merinding, Via terus memeluk tubuhnya, tak lama kemudian anak kecil itu datang kembali dalam keadaan marah.

"Aku kesini hanya ingin menyelamatkan mu...," ujar Via berusaha membuat dirinya tenang.

"Pergi!" teriak anak kecil keras. Via hampir terhempas rapi dia memegangi gagang pintu.

"Saya nggak mau pergi sebelum menemukan mayat kalian semua...!" teriak Via membalas teriakan anak itu. Tiba-tiba saja tangan anak kecil itu mencekik leher Via. Dia mengangkat tubuh Via tinggi-tinggi. Via berusaha melawannya namun semakin lama, cekikannya semakin kencang. Tubuh Via di

banting hingga dia berakhir lemas. Tapi dengan sigap, Via langsung bangun, mencari pintu ruang bawah tanah. Setelah beberapa lama mencari dalam keadaan panik, Via akhirnya menemukan pintu itu. Bersamaan dengan terbukanya, pintu kamar, pintu yang tadinya terkunci kini telah terbuka dengan sendirinya dan anak kecil itu kini telah menghilang.

"Pak! Di dalam sini banyak mayat, cepat masuk!"teriak Via menyuruh anggota kepolisian dan juga tim medis untuk masuk kedalam. Di dalam, setidaknya ada 32 tengkorakk yang ada disana.terdapat beberapa bangkai hewan yang ikut mati didalam sana.

Salah satu kerangka tengkorak yang dapat Via kenali adalah mayat yang mirip sekali dengan roh yang telah menyelamatkan dirinya, dan ternyata itu adalah Kak Bryan! Kak Bryan adalah kak kandung Via yang ia jumpai 8 tahun yang lalu. Bagaimana dia bisa mengenali bahwa itu adalah kakaknya? Karena di dekat tengkorak itu terdapat kalung pemberian dari Via. Kalung yang memiliki liontin yang bergambar silet dan di baliknya bertuliskan nama kakaknya yaitu Bryan Octavian. Via menangis karena dia baru mengetahui bahwa kakaknya kini telah meninggal dan ternyata semalam kakaknya telah menyelamatkan nyawanya.

Via memeluk tengkorak kepala kakaknya, Hisyam mencoba melepaskan pelukan Via pada tengkoraknya kak Bryan. Di sana juga terdapat sebuah persembahan untuk para setan. Tak lama, seluruh mayat-mayat itu kemudian dikeluarkan. Disitu Hisyam juga Via benar-benar merasa kaget karena menemukan mayat dari kakek Indra yang sudah sangat membusuk dan beberapa bagian tubuhnya juga hanya tersisa tulang.

Mayat anak kecil, ibunya dan juga ibu Rahayu kini telah di evakuasi. Sebagian tim juga memeriksa belakang Villa dan di sana terdapat sebuah sumur, salah satu anggota tim SAR masuk kedalam sumur dan hanya menemukan terdapat tulang manusia.

Seluruh jenazah telah di evakuasi dan dibawa menuju mobil ambulance, Via mengangkat tubuh kakaknya sendirian sambil menangis. Dia masih menangis atas kematian kakaknya. Dia mengangkat kerangka mayat kakaknya sambil menahan sakit yang ada pada tubuhnya.

"Kak.. kenapa kakak harus pergi dengan cara seperti ini?" isak Via menangis,"aku sudah kehilangan Lorenzo dan sekarang aku kehilangan kakakku yang sangat aku sayangi."

Setelah beberapa lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di tempat mobil ambulance. Ada 5 mobil dan tim medis menelpon kembali unyuk dibawakan mobil ambulance susulan. Lima jenazah yang telah dibawa yaitu, jenazah Eriska, Lorenzo, Hilwa, Reza, dan juga kak Bryan. Beberapa lama kemudian mobil ambulance lainnya datang dan membawa sisa mayat lainnya. Via dan Hisyam juga dibawa mobil ambulance untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.



_________________________________________

PENASARAN SAMA PART SELANJUTNYA?

YUK BACA TERUS "VILLA CEMPAKA" DAN JANGAN LUPA VOTE YA..

OH YA KALAU ADA YANG PERLU DIKOMEN,KOMEN AJA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA

NB : CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001 SELAIN DARI @SYFYRI2001 ITU ADALAH PLAGIAT!

TERIMA KASIH

SALAM,

DESI SYAFITRI

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang