BAB 17 : 1 Hari 2 Kematian

12.5K 690 22
                                    

Matahari telah terbit, namun hingga saat ini hujan badai masih saja belum berhenti. Lorenzo tidur di sofa dekat jendela sedangkan Hisyam di sofa dekat pintu. Via dan yang lainnya tidur di atas kasur. Via tak sengaja meletakkan tangannya memeluk Hilwa, namun dia merasa ada yang aneh, seperti ada cairan yang menyentuh tangannya. Saat dia menggeserkan tangannya sedikit maju, tiba-tiba dia merasa menyentuh sebuah benda, Via langsung membuka matanya dan dia terkejut saat melihat Hilwa telah tewas. Tangan kanannya seperti mencengkeram tangan kiri Via.

Perut Hilwa seperti ditikam pisau. Mata dan mulutnya membuka lebar. Sedang darah membasahi seluruh tubuhnya. Kaki Bilas bahkan dipenuhi cakaran.

'Ulah siapa lagi ini?' Via membeku and tak lama kemudian dia langsung berteriak.

Aaaaaa....

Semua terbangun dan langsung syok melihat keadaan Hilwa yang mengenaskan. Kematian terjadi lagi dan entah siapa pelakunya. Terlalu aneh karena semalam, tidak ada yang mendengar jeritan Hilwa.

"Hilwa!" jerit Hisyam syok.

"Gua nggak tau, pas gua bangun... dia udah keadaan kayak gini," tangis Via frustasi.

"Lo berdua gak ada yang tau gitu kalo si Hilwa kenapa-kenapa? Kan dia tidur di tengah-tengah!" Kata Hisyam tak percaya.

"Gua nggak tahu sama sekali, Syam! Pas bangun dia juga udah megang tangan gua dan dia udah dalam keadaan mati kayak gini." Via semakin kebingungan.

"Duh kacau!" kata Lorenzo mulai pasrah.

"Siapa yang udah ngebunuh dia?" Via menjerit frustasi.

"Kemaren Reza dan sekarang Hilwa," kata Hisyam ketakutan.

"Kok aneh ya? Kenapa di antara kita nggak ada yang dengar semalam? Liat aja tembok sama lantai dan juga kasurnya, banyak darah kayak gini." Hisyam merenung.

"Habis ini siapa lagi?" ucap Via sambil menangis.

"Nggak ada yang selamat," kata Eriska dengan nada pasrah.

"Diam, lo! Jangan ngomong kayak gitu lagi!" bentak Lorenzo kepada Eriska.

"Ren... please jangan marah-marah lagi," bujuk Via putus asa.

"Kita harus bagaimana ini?" tanya Hisyam berusaha meredakan suasana.

"Gua mau bongkar kamar 15! Gua yakin sumber masalah ada di kamar itu!" sentak Lorenzo berlari keluar. Via, Hisyam, dan juga Eriska mengejar Lorenzo yang berlari kearah kamar 15. Sesampainya Lorenzo di sana, dia langsung mendobrak pintu kamar itu berkali-kali dan akhirnya bisa terbuka.

"Kok nggak ada apa-apa?" kata Lorenzo saat sudah setengah masuk.

"Lorenzo! Tutup pintunya!" teriak Eriska. Teriakan itu membuat Lorenzo langsung mendorong pintu di depannya.

"Ada apa sih? Gak ada apa-apa kok didalam," kata Lorenzo sedikit kesal dengan sikap Eriska.

"Lo itu nggak tau, Ren! Lo udah buat dia marah! Dia tadi udah mulai marah dan kalau gua nggak nyuruh tutup, mungkin lo udah mati di tempat!" kata Eriska emosi.

"Percuma kalian hanya menutup pintunya! Kalian telah melanggar! Kalian telah membuat mereka marah! Kalian akan mati di sini!" kata dan sudah bu Rahayu yang tiba-tiba ada di belakang mereka. Semuanya menoleh, terkejut. Bu Rahayu mendadak hilang sebelum sosoknya terlihat.

"Bu Rahayu kok ngilang?" tanya Via mulai bingung.

"Ayo balik ke kamar," ajak Eriska panik.

Mereka langsung pergi ke kamar. sesampainya di dalam, pintu kemudian ditutup.

Villa Cempaka [SELESAI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang