Kuliah hari ini telah selesai, Lorenzo berniat main ke rumah Via untuk meminta izin kepada mamanya. Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai di rumah Via.
"Lorenzo," panggil Via cemas.
"Ya?" jawab Lorenzo sambil mematikan mesin mobilnya.
"Apa menurut lo mama mau ngizinin gua camping di Semeru?" tanya Via dengan ragu.
Lorenzo terdiam sejenak kemudian memandang wajah Via lalu bertanya "Lo gak yakin kalo gua bisa bujuk mama?"
"Bukannya gitu loh.." Via mengelak dan merasa tidak enak hati dengan Lorenzo karena dia sudah salah paham dengan pemikiran Via.
"Terus apa? Lo jangan takut kayak gitu dong," kata Lorenzo memotong ucapan Via.
Via hanya terdiam dan tidak ingin membuat suasana menjadi keruh. Lorenzo kemudian keluar, membukakan pintu mobil untuk Via, namun Via tetap diam di dalam mobil Lorenzo.
"Vi..," panggil Lorenzo lembut. Via akhirnya turun, ikut masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah, terlihat mamanya sedang menonton acara televisi kesukaannya.
"Ma.. ada Lorenzo nih," kata Via pada mamanya.
"Eh Lorenzo, sini duduk dekat mama," ucap mama yang menyambut Lorenzo dengan ramah. Orang tua Via dan juga orang tua Lorenzo memang sudah tahu tentang hubungan keduanya dan keluarga mereka mendukung hubungan mereka.
"Oh iya, ma," jawab Lorenzo dengan sopan.
"Lo masuk kamar aja dulu, terus ganti baju ya," ujar Lorenzo dengan suara pelan pada Via.
"Hmmm," Via hanya mengiyakannya saja. Lorenzo menatap Via berjalan menuju kamarnya hingga ia tak terlihat lagi olehnya. Setelah itu, Lorenzo menghampiri mama, mencium tangannya sebelum berakhir duduk di sebelah mama.
"Gimana hubungan kamu sama Via?" tanya mama tersenyum hangat.
"Alhamdulillah baik, Ma," jawab Lorenzo ikut tersenyum.
"Oh ya kamu ada apa kesini? Mau ngajak Via jalan ya?" tebak mama tenang.
"Hmm.. Ma, ada yang ingin aku tanyakan, aku boleh nggak ngajak Via mendaki gunung Semeru? Aku mohon Ma," pinta Lorenzo lembut.
"Kamu tahu,kan? apa jawabannya?" ucap mama serius.
Via hanya melihat mereka dari lantai dua dan dia terus cemas. Via sangat merasa khawatir jika mamanya sampai tidak mengizinkannya. Dia tidak ingin rencana liburan mereka jadi gagal. "Duh kalo nggak boleh gimana nih?" gumam Via semakin khawatir.
"Iya aku tau kok Ma, tapi aku nanti pasti bakal jagain Via, Ma. Aku janji akan melindungi dia, dan aku akan bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi nanti sama dia," bujuk Lorenzo dengan tulus.
"Dia itu anak Mama, Mama gak mau dia kenapa-kenapa di sana, kalian boleh mendaki gunung apapun kecuali gunung Semeru, Mama nggak akan pernah izinin dia ke gunung Semeru," kata mama dengan nada tegas.
"Sampai kapan sih, Ma, aku harus dilarang-larang terus? Aku ini udah dewasa, aku ingin semua berjalan sesuai keinginanku," seru Via yang tiba-tiba datang dengan wajah sedikit kesal.
"Kamu nggak tau, kan? gimana bahayanya Semeru?" kata mama dengan nada semakin meninggi.
"Apa bedanya dengan gunung yang lain? Nggak ada bedanya Ma, semuanya sama. Aku mohon mah, kali ini aja biarin aku kesana." timpal Via semakin kesal.
"Mama nggak mau kamu kenapa-kenapa!" kata mama yang semakin marah.
"Tapi aku bisa jaga diri!" kata Via yang sama sekali tidak mau mendengarkan ucapan orang tuanya.
Tak mau berdebat, mama meninggalkannya ruang tengah. Via melirik ke arah Lorenzo dengan perasaan kesal. Sedang Lorenzo tak menyangka, Via sekeras itu pada sang mama. Lorenzo pun kecewa dengan sikapnya Via.
"Kenapa?" tanya Lorenzo dengan nada dingin
"Kenapa apanya sih?" tanya Via tak kalah kesal.
"Kenapa lo rela ribut sama mama lo hanya karena lo mau pergi ke Semeru? Vi, jangan gila! Lo ribut sama Ibu lo hanya karena lo mau kesana? Hebat!" seru Lorenzo dengan nada tinggi.
"Terus aja! Salah mulu gua di mata lo!" potong Via ketus.
"Lo itu emang salah, lo gak boleh marah-marah begitu sama mama lo karena gitu-gitu juga dia orang yang udah berjasa banget sama lo," kata Lorenzo berusaha tenang.
"Maaf," sahut Via singkat.
"Jangan gitu lagi ya?"
"Ya."
"Lusa ikut?"
"Ya."
"Beneran Vi?" tanya Lorenzo ragu.
"Iya Lorenzo," jawab Via tenang.
"Ok Vi, sampai ketemu lusa," pamit Lorenzo berjalan ke arah pintu keluar lalu melambaikan tangannya.
Via hanya menjawab dengan senyuman dan langsung pergi ke kamar. Sesampainya di kamar, ia terus berpikir dan merasa bingung dengan keputusannya. Yang dikatakan Lorenzo memanglah benar, dia memang tidak pantas bertengkar dengan Mama, namun Via tadi telah di penuhi dengan rasa amarah.
"Apa baik pergi tanpa izin orang tua? Tapi kan, gua hanya ingin ke gunung Semeru. Apa gua harus batalin? Nggak! Gua nggak akan batalin dan gua akan tetap berangkat!" batinnya yang masih kekeh dengan keputusannya.
_________________________________________
PENASARAN SAMA PART SELANJUTNYA?
YUK BACA TERUS "VILLA CEMPAKA" DAN JANGAN LUPA VOTE YA..
OH YA KALAU ADA YANG PERLU DIKOMEN,KOMEN AJA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA
NB : CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001 SELAIN DARI @SYFYRI2001 ITU ADALAH PLAGIAT!
TERIMA KASIH
SALAM,
DESI SYAFITRI
KAMU SEDANG MEMBACA
Villa Cempaka [SELESAI REVISI]
TerrorRencana terkadang tak sesuai dengan kenyataannya. Berniat ingin mendaki gunung namun terjebak oleh hujan dan membuat mereka menginap disebuah villa yang cukup tua, terdapat banyak hal aneh terjadi didalamnya. Penasaran? ~Selamat Membaca~ Nb : mohon...