Something Happen To My Heart

20.3K 1.5K 515
                                    

Pagi hari dengan gumpalan awan hitam mengawali kegiatan Jungkook setelah tertidur pulas. Dia adalah orang yang bangun terlebih dahulu dengan pandangan yang tertuju pada langit-langit kamarnya. Dihiraukannya udara dingin yang berani menyapa dada telanjangnya—malahan, kepalanya menoleh ke samping dengan binar mata yang berbeda dari sebelumnya.

Jimin masih tertidur pulas. Pipi gembul itu terlihat memerah tapi tidak semerah saat mereka melakukan sesi panas pagi tadi. Hanya semburat kecil yang menunjukkan kalau pemuda itu tengah kedinginan. Bibirnya bahkan masih terlihat membengkak karena sebelumnya, Jungkook tidak mau melepas bibir itu.

Entahlah, tapi semua itu terlihat cantik dimata Jungkook. Maka, dengan perlahan, tanpa mau membangunkan si kecil, Jungkook bergerak semakin mendekat. Ditariknya selimut yang membungkus tubuhnya dan membiarkan gumpalan selimut itu menutupi hingga bibir kenyal Jimin. Sesekali tangannya akan bergerak membetulkan letak selimut agar Jimin lebih merasa hangat dan nyaman.

Ia sama sekali tidak mempermasalahkan penampilannya yang hanya memakai celana dalam. Toh, ini rumahnya, ini kamarnya. Tidak ada yang melihat selain dirinya dan Jimin. Tapi tetap saja, bau-bau khas sperma tertancap sempurna disekitar dirinya.

Jungkook menopang kepalanya dengan satu tangan; ia masih menjatuhkan perhatiannya pada sosok Jimin. Tatapannya terlihat menyiratkan berbagai macam perasaan yang ia rasakan sekarang. Begitu dalam, seperti mencoba memiliki Jimin seutuhnya.

Akhirnya, sebuah senyum tulus terlukis diwajahnya. Sebuah senyuman yang hampir lama ia tinggalkan, sebuah senyuman yang hampir ia lupa cara untuk melakukannya, sebuah senyuman yang jujur ia rindukan sejak dirinya kecil.

Dan ia dapat melakukannya lagi berkat sosok kecil di dalam selimutnya ini. Sosok yang menarik perhatiannya sejak pertama kali menginjakkan kaki di HeSang Senior High School. Sosok yang sudah membuat jantungnya kembali berdetak tidak karuan dengan perasaan hangat saat mereka menjalani masa orientasi.

Jungkook termangu, kembali mengingat sikapnya yang begitu kasar dan dingin pada sosok mungil yang tidak tau apa-apa.

Ditatapnya bibir merah yang terlihat memerah dengan luka kecil yang masih baru, lalu dielusnya dengan penuh kehati-hatian dalam diam. Gerakannya sangat lembut dan ringan seperti kapas; ia tidak ingin membangunkan Jimin yang mulai menyatukan alisnya karena merasa terganggu.

Pemuda itu kembali terdiam, menatap wajah cantik itu dengan binar mata yang tidak pernah diperlihatkannya. Bola matanya yang sehitam arang itu memantulkan sosok Jimin dengan begitu indahnya.

Jungkook akhirnya mengangkat tangan kirinya mendekati Jimin—menariknya semakin mendekat, lalu menutup kedua matanya dengan ekspresi menikmati. Dihirupnya aroma manis yang masih tertinggal pada bagian leher Jimin sebelum mengecupnya pelan dengan penuh perasaan. "Maafkan aku.." Bisiknya setelah memeluk erat tubuh mungil itu.

——
——

"Baik..," YoonGi menaruh dua kantong plastik berukuran besar di atas meja makan Jungkook. "Aku sudah mengantar suratmu dan Jimin, aku sudah membeli bahan makanan dan aku juga sudah mencuci pakaian kotor kalian berdua.." Ia menoleh dan menatap Jungkook dengan tatapan bosannya. "Katakan, apa yang harus aku lakukan setelah ini, Tuan Jeon yang terhormat?" Tanyanya penuh penekanan.

Jungkook terlihat sibuk memotong sayuran saat YoonGi mendengus dan menggeser kursi hingga menimbulkan suara gesekan yang cukup berisik. Pemuda itu hanya mengenakan celana training panjang berwarna hitam dengan garis putih disetiap sisinya. Tubuh bagian atasnya terekspos jelas hingga YoonGi mampu melihat otot-otot atletisnya.

"Bisa kau pakai bajumu? Aku tau kau berotot dan aku tidak.." YoonGi risih. Tentu saja. Rasanya matanya benar-benar iritasi melihat penampilan Jungkook sekarang. Dan tentu saja, sebagai sesama lelaki, ada rasa iri yang timbul hingga membuat hatinya dongkol mendadak.

Warm MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang