The Truth Untold

13.7K 1.2K 210
                                    

Selama perjalanan, Jimin terus melirik Jungkook yang berada di sebelahnya. Pemuda dingin itu bungkam, seperti biasa. Matanya memandang lurus pada jalanan di depannya. Namun bukan semua itu yang menjadi perhatian Jimin. Melainkan binar mata Jungkook yang terlihat kosong.

Sesuatu pasti sudah terjadi saat Jungkook berbicara dengan ayahnya.

Sebelum menyerukan pertanyaannya, Jimin mengulum bibir dan memasang ekspresi ragu. Ia ragu untuk bertanya, tapi kekhawatiran juga semakin menggerogoti hatinya. "Apa kau baik-baik saja?"

Jungkook tidak menjawab, terus melangkah dan mengunci mulut. "Kenapa tadi cepat sekali?" Suara lembut itu bahkan tidak dipedulikannya. Karena sekarang, ia tengah berusaha melawan rasa sakitnya setelah bertemu Sungjin.

Melihat Jungkook yang tidak menjawab sepatah kata, membuat Jimin semakin khawatir. Sementara kakinya berusaha mengimbangi langkah Jungkook, dia kembali mencoba menarik perhatian Jungkook. "Apa yang ayahmu katakan, Jungkook?"

TAP

Tiba-tiba, Jungkook berhenti melangkah. Kepalanya menoleh melihat Jimin yang berhenti disebelahnya. Tatapan khawatir itu bisa dilihatnya dengan sangat jelas. Dan hal itu malah membuat sesuatu kembali berkobar dalam dirinya hingga ia mengepalkan kedua tangannya.

Jungkook benci tatapan itu.

"Besok."

"Huh?"

Jungkook membuang muka karena tidak ingin melihat tatapan itu lebih lama lagi. Ia berusaha mengontrol emosinya meskipun giginya saling menggertak di dalam mulut.

"Besok?" Jimin mengernyit mendengar satu kata yang dikeluarkan Jungkook. "Besok kenapa?"

"Ikut denganku."

Lagi, Jimin semakin kebingungan. "Kemana?" Ia kembali bertanya, tapi sayangnya, Jungkook tidak mengatakan apapun. Pemuda itu malah terlihat menatap sesuatu dan wajahnya berubah dingin dalam hitungan detik.

Mendapati wajah dingin Jungkook, Jimin akhirnya ikut menoleh melihat arah tatapan Jungkook. Tapi dia tidak tau, kalau apa yang dilihat Jungkook, mampu membuatnya terkejut setengah mati.

Ada seorang pemuda berdiri di dekat gerbang rumah Jungkook dengan wajah terkejutnya. Seragam dan tas yang tersampir di bahu pemuda itu semakin meyakinkan Jimin yang sekarang tercekat tidak percaya.

Itu Taehyung. Kim Taehyung. Seseorang yang pernah ia sayang, melebihi apapun, tengah memandang dirinya dan Jungkook secara bergantian. Wajahnya perlahan berubah, rahangnya mengeras dengan matanya yang tidak berhenti melotot terkejut.

Jantung Jimin berdetak kencang melihat sorot mata Taehyung. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu luar biasa. "T-Taehyung.."

+
+
+
+
+
+

Page 3 : I Love You

——
——

Tatapan Taehyung begitu dalam, sulit di artikan. Antara kaget, marah, sedih, kecewa, semua tidak bisa dibedakan karena tercampur menjadi satu. Semenjak kedatangannya lima belas menit lalu di cafe bersama Jimin, pemuda itu menutup mulutnya rapat-rapat.

Jimin masih betah menyimpan wajahnya dengan cara menunduk. Jujur saja keterdiaman Taehyung membuatnya takut. Karena sejak awal mereka berkenalan, tidak pernah di dapatnya Taehyung yang begitu pendiam. Meskipun dia memiliki sifat dingin, tapi apabila bersama Jimin, Taehyung tidak pernah sebungkam ini.

Jimin tidak menyangka, kalau Taehyung kebetulan berada di depan rumah Jungkook dan melihat mereka. Tapi meskipun begitu, Jimin sudah menduga kalau semua ini akan terbongkar, cepat atau lambat.

Warm MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang