A Plan

10.5K 1K 196
                                    

"Americano 2, kopi hitam satu, lalu tambah 6 donat ya," YoonGi memesan dengan tampang kesalnya. Telunjuknya mengetuk permukaan etalase kue, seakan menjelaskan kalau ia hanya memiliki kesabaran setipis kertas. "Ayolah! Aku sudah mengantri lama!"

"Baik! Pesanan akan segera kami siapkan!"

"Ck!" Jungkook hanya diam di sebelah YoonGi. Matanya melirik tidak minat karena yang lebih tua terlihat kesal setengah mati. "Antriannya panjang sekali! Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berdiri sepanjang hari! Tidak bisa kah kalian menambah pekerja kalian?"

Pegawai cafe memasang ekspresi penuh sesal sekaligus kewalahan karena YoonGi tidak kunjung menghentikan celotehan kesalnya. "Tolong maafkan kami! Kami akan bekerja sebaik mungkin!" Sesalnya sembari membungkuk sopan.

"Kenapa panjang sekali? Kenapa lama sekali? Apa kalian sedang diskon?"

Jungkook mendengus. YoonGi sekarang lebih mirip seperti pemilik cafe yang sedang memarahi pegawainya. Padahal, tidak perlu marah-marah seperti itu; tinggal tunggu dan bayar saja. Mereka juga sudah berada di sebelah kasir.

YoonGi sendiri kembali berdecih saat pegawai cafe menoleh ke belakang untuk melihat teman-temannya yang bekerja ekstra membungkus pesanan. Kaki-kakinya sudah lelah berdiri. Ternyata cafe yang ditunjuknya sedang memiliki pesanan banyak, ditambah antrian yang lumayan panjang. Ck! Jungkook juga tidak membantu sama sekali. Yang dilakukan bocah itu sedari tadi hanyalah diam dan mengamati.

"Ah.. Lama sekali.." Kepalanya lalu menoleh melihat Jimin melalui dinding kaca cafe. Namun baru sedetik ia menoleh, sosok pria dengan pakaian serba hitam yang berdiri di dekat Jimin menjadi hal pertama yang membuatnya membulatkan kedua mata. Jimin terlihat ketakutan di sana, dan pria itu terus mendekat seakan mencoba untuk berinteraksi dengan Jimin.

"Fuck!" Segera saja YoonGi meninggalkan antrian bahkan meninggalkan Jungkook yang masih diam menunggu pesanan. Karena sekarang, mendatangi Jimin adalah hal paling penting sebelum semuanya terlambat.

Apa-apaan?! Baru ditinggal membeli makanan saja sudah ada yang mengganggu! Dasar hama!

Sementara itu, Jimin terus memundurkan tubuhnya bermaksud menjaga jarak. Pemuda mungil itu menatap takut pada sosok pria yang beberapa detik lalu melepas maskernya dan sekarang tengah tersenyum ganjil padanya.

Dia Kim Jongin.

Hal terakhir yang diingatnya tentang Kim Jongin adalah; pria itu yang mencoba menculiknya dan mengejarnya bersama YoonGi di taman bermain. Dia benar-benar mimpi buruk yang membuatnya tidak bisa tertidur nyenyak. Bahkan, tubuhnya tidak henti bergetar saking takutnya dengan sosok di depannya ini.

Jongin sendiri sebenarnya menyadari semua itu. Tatapan ketakutan dan getaran tubuh Jimin sudah cukup membuatnya mendengus lelah. "Lama tidak bertemu..," Mulainya mencoba mengabaikan getar ketakutan yang terang-terangan diperlihatkan Jimin. Ia tetap memasang senyumnya. "Bagaimana kabarmu?" Pertanyaannya tidak dijawab sedikitpun oleh Jimin. Antara sedih dan menyesal, ia tidak bisa membedakan mana yang benar dirasakannya saat ini begitu melihat ketakutan Jimin.

"Maaf.." Kepalanya tertunduk. "Seharusnya aku tidak melakukan itu.."

Permintaan maaf Jongin membuat Jimin terdiam bingung. Kedua tangannya yang terkepal erat perlahan melemah karena melihat raut sedih Jongin sebelum pria itu menunduk.

Apa yang terjadi? Kira-kira begitulah pertanyaan yang memenuhi pikirannya. Jimin tidak tau apa yang terjadi. Pria jahat di depannya ini tiba-tiba meminta maaf dengan wajah sedih yang terlihat murni tanpa ada maksud lain.

"Aku benar-benar bodoh.." Jongin tertawa pelan. Suaranya terdengar bergetar dan itu sangat menyedihkan. Matanya sudah memerah saat kepalanya mendongak dan kembali menatap Jimin. "Maafkan aku, Jimin.. Seharusnya aku menyadari sesuatu dari awal.."

Warm MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang