Lost: H O W ?

12.8K 1.3K 171
                                    

Untuk yang pertama kalinya, Jimin duduk di kursi dengan perasaan gugup, pipi bersemu merah dan detakan jantung yang menggila. Sebenarnya, yang menjadi masalah bukan semua itu, melainkan sosok yang berada disebelahnya—yang tengah memakan santapan malamnya secara perlahan.

Ya. Setelah pelukan itu, Jungkook menarik tangan Jimin menuju ruang makan. Meminta—untuk pertama kalinya—Jimin menemaninya selagi dia memakan makanannya. Jimin bahkan sempat tertegun mendengarnya; tapi ia tidak banyak protes saat Jungkook mendudukan dirinya.

Matanya akan sesekali melirik Jungkook yang memegang sumpit dan sendok secara bergantian. Dia terlihat kesusahan, tapi tidak ada keluhan.

Sekali lagi, Jimin tertegun. Tidak tau harus berkata apa atau bereaksi seperti apa saat dihadapkan Jungkook yang sekarang. Karena, Jungkook yang sekarang terlihat sangat berbeda.

Kemana Jungkook yang suka memerintah dan memaksanya?

TRANG!

Kedua bahu Jimin langsung menegang begitu mendengar bunyi dentingan sendok dan sumpit di dekatnya. Kepalanya menoleh melihat Jungkook yang kini terdiam dengan mulut mengunyah pelan, lalu turun melihat sendok dan sumpit yang saling bertumpuk.

Ada apa dengannya?

Dalam keheningan malam, kedua telinga Jimin dapat mendengar jelas suara yang dihasilkan dari hembusan napas Jungkook. Hembusan yang begitu berat, terdengar memburu dan tidak teratur. Pergerakannya juga terlihat lemah. Berbeda dengan ekspresi di wajahnya yang seperti tidak mengatakan kalau saat ini dirinya tengah dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Apa dia sakit?

Saat Jungkook bergerak untuk mengambil kembali sendoknya, tangan mungil Jimin tiba-tiba saja mengambil cepat sendok miliknya itu. Matanya yang semula hanya terfokus pada mangkuk nasinya yang bahkan masih terisi banyak itu langsung beralih melihat Jimin yang kini mengambil beberapa lauk dengan sendoknya. "Biarkan aku membantumu menghabiskannya," Begitulah jawaban Jimin ketika Jungkook melayangkan tatapan bertanya padanya.

Tanpa melihat Jungkook, Jimin meraih lembaran sayur dan daging. Ia menggulungnya dengan rapi, lalu menyodorkannya tepat di mulut Jungkook.

Sementara itu, Jungkook terdiam. Pemuda itu melirik daging dan Jimin secara bergantian, sebelum membuka mulutnya ragu-ragu. Matanya tidak lepas melihat Jimin yang kini menyendok nasi dan kembali menyodorkannya di depan mulutnya. "Makanlah yang banyak. Setelah ini, aku akan mengambilkan obat untukmu,"
Suara semerdu harpa itu kembali terdengar, mengetuk gendang telinga dan detakan jantungnya. Pemuda mungil dihadapannya ini terlihat tidak berani mendongak—seperti berusaha menyembunyikan semburat merah yang kini semakin kontras di kedua pipinya. Pun dengan kegugupan yang coba dia tutupi.

Jimin tidak banyak bersuara setelah itu. Hanya kedua tangannya yang bekerja membantu Jungkook menghabiskan makan malamnya yang sudah terlampau dingin. Jungkook jadi super lambat dan ia tau itu disebabkan karena kondisinya yang tidak sehat juga luka tembak di bahu kirinya. Meskipun ia tidak melihat Jungkook secara terang-terangan, namun nyatanya, matanya sesekali bergerak melirik ekspresi Jungkook dari balik bulu mata dan poninya.

Jungkook begitu pendiam dan penurut. Semua itu terasa sangat asing bagi Jimin hingga keningnya mengernyit.

Akhirnya, beberapa menit kemudian, Jungkook berhasil menghabiskan makanannya walau dibantu Jimin. Pemuda itu hanya diam memperhatikan Jimin yang kini tengah membersihkan meja makan dari sisa-sisa makanannya. Bola matanya yang sehitam arang itu tidak pernah lepas dari Jimin; memperhatikan si mungil dalam binarnya yang begitu berkilauan.

Tatapannya begitu banyak menyimpan rahasia dan makna yang berarti. Tapi sayangnya, Jimin tidak bisa melihatnya, karena sedetik setelah membalikkan badan, Jungkook sudah mengganti tatapannya dengan tatapan datar tanpa emosi miliknya.

Warm MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang