Jaejoong menatap namja tan di depannya dengan penuh pengharapan. Sampai-sampai ia merasa kalau nafasnya berhenti tiap kali namja tan itu menggerakan pulpen di tangan. Sungguh ia telah mengerahkan semua kepintaran yang ia miliki untuk mengerjakannya. Tapi di lihat dr ekspresi wajah namja itu sepertinya hasil yang sama sekali tidak bagus."Hah,,"
"Wae hyung?" Tanya Jaejoong.
Ia tidak sabar, penasaran karena sejak lembar jawaban Jaejoong berada di tangan Yunho, Yunho terus menerus menghela nafas panjang dan menggeleng-geleng.
Yunho mengangkat pandangannya dan menatap Jaejoong, lagi-lagi Yunho menghela nafas, lebih panjang seolah menyiratkan kekecewaan mendalam.
"Hyung..." Panggil Jaejoong lagi.
Sepertinya ia harus mengubur harapannya dalam-dalam untuk mendapatkan hasil bagus agar dapat berkencan dengan guru kesayangannya itu.
Kening Yunho berkerut makin makin dalam dan banyak. Ia lalu membubuhkan tanda silang besar di buku Jaejoong dan memberikan nilai di sudut kanan atas.
"Hah..." Ia menghembuskan nafas panjang lagi, sambil meletakkan pulpen dan buku di atas meja tanpa memberikannya langsung pada Jaejoong.
Yunho menatap Jaejoong dalam-dalam.
"Jaejoong..."
"N-ne." Jawab Jaejoong dengan jantung berdegup kencang dan nafas tertahan.
"Apa penjelasanku tidak bisa kau pahami?"
"Ani. Penjelasan hyung lebih mudah dari pada saat di sekolah."
"Kau belajar?" Tanya Yunho lagi.
"Ne. Tiap malam aku mengulang pelajaran yang hyung berikan untukku."
"Lalu," Yunho akhirnya memberikan hasil latihan Jaejoong. "Bisa kau jelaskan padaku kenapa kau masih tidak ada peningkatan?"
Jaejoong membelalak melihat hasil latihannya. 30. 30 point. Hasil itu bahkan lebih buruk dari nilai ulangannya di sekolah kemarin.
"Aku sudah berusaha Hyung." Jawab Jaejoong lesu.
"Dengarkan aku. Ini memang hanya soal latihan tapi aku membuatnya dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan kisi-kisi yang sudah aku berikan padamu. Kurasa kau mengerjakannya secara asal-asalan karena berpikir ini tidak akan berpengaruh pada nilai ujianmu nanti. Tapi..."
Yunho menghentikan ucapannya ketika melihat mata Jaejoong digenangi danau bening yang siap tumpah.
"Mianhae hyung." Ucap Jaejoong.
"Aniya. Aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya terlalu berharap padamu." Jawab Yunho.
Ia kemudian mengemasi buku-buku, dimasukkan ke dalam tas dan memakai mantelnya.
"Untuk hari ini kita sudahi sampai di sini. Kau membutuhkan istirahat. Aku tidak lagi bisa membantumu belajar untuk beberapa waktu karena urusan pekerjaanku tapi kuharap kau tetap belajar. Kalau ada yang tidak kau mengerti kau bisa menghubungiku kapan saja."
"Ne."
Hari Jaejoong tidak mengantarkan Yunho sampai ke halaman rumah. Ia memilih untuk diam di ruang tengah, tengkurap di atas sofa panjang,meratapi nasibnya yang jelas-jelas harus menyerah untuk pergi beekencan dengan Yunho. Ia seperti melihat dirinya di hukum untuk belajar lebih keras lagi selama liburan dan tidak bisa menikmati liburannya sama sekali. Dan imaji-nya yang paling buruk adalah selama liburan ia tidak akan bisa bertemu dengan Yunho lalu selama ia tidak mengawasi Yunho maka Yunho akan jadian dengan yeoja tempo hari.