Jaejoong berlari sambil tertawa-tawa menjauh dari kejaran ombak yang berusaha menyentuh kakinya yang telanjang. Sementara Yunho yang berada tak jauh di belakangnya berjalan santai dengan membawa alas kaki Jaejoong di tangan kirinya.
"Hati-hati, Boo." Seru Yunho.
Jaejoong menoleh, tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ke udara.
"Akh!!"
Jaejoong terjatuh sambil memegangi kakinya. Telapak kakinya menginjak pecahan kulit kerang yang tajam. Yunho berlari ke arahnya dengan wajah yang khawatir.
"Sudah aku bilang hati-hati."
"Hehehe. Aku senang Ssaengnim--ah, maksudku Yunnie mengkhawatirkanku."
"Dasar kau ini."
Yunho mencondongkan badannya ke depan, Jaejoong menutup matanya siap menerima ciuman dari Yunho, kekasihnya.
Pip Pip Pip
Jaejoong membuka matanya, melihat langit-langit kamar sambil mengingat-ingat lagi mimpinya lalu tersenyum. Ia menarik selimutnya menutupi wajahnya yang memerah.
"Aigoo, aigoo, seperti anak lelaki keluarga ini sudah besar ya."
Senyum di wajah Jaejoong menghilang berganti dengan raut wajah masam, ia membuka selimutnya dan melirik sinis ke arah suara yang amat dikenalnya, suara salah satu kakak perempuannya.
"Tidak tahu cara mengetuk pintu huh!" Katanya sengit.
"Aku diminta Umma untuk membangunkanmu, bodoh. Dan kau malah masih malas-malasan. Mimpi indah ya?" Goda kakak perempuannya dengan senyum miring.
"Bukan urusanmu."
"Bagus juga kalau mimpi indah tapi kalau keterusan kepalamu bisa botak. Cepat bangun dan mandi." Katanya sambil melenggang keluar dari kamar Jaejoong
Jaejoong menarik poni rambutnya, bibirnya manyun.
"Masa sih?" Gumamnya.
.
.
.
."Pagi." Sapa Jaejoong pada Junsu yang telah berada di kelas lebih dulu.
"Oh. Pagi." Jawab Junsu lesu.
Ia melepaskan tasnya, menaruhnya di meja lalu mengeluarkan buku pelajaran untuk jam pertama meski bel belum berbunyi.
"Kau ini kenapa?" Tanya Jaejoong.
"Tadi pagi aku melihat Hani bersama pacarnya." Desah Junsu.
Jaejoong memutar bola matanya gemas. "Hani lagi. Lupakan sajalah. Memangnya tidak ada yang lain."
"Bicara memang mudah. Prakteknya sulit." Bantah Junsu.
"Baiklah. Baiklah terserah padamu saja."
Junsu menoleh pada Jaejoong, mengamati wajah Jaejoong yang cerah ceria.
"Ada apa?" Tanya Jaejoong.
"Tidak. Hanya saja rasanya kau sedang senang."
"Hehehe."
Jaejoong tersenyum malu-malu dan berkata.
"Rahasia."
"Huh." Junsu mencebikkan bibirnya. "Rahasia? Paling-paling soal mimpi. 'Basah' lagi?"
Teng Teng Teng
Bunyi bel tanda masuk sekolah berbunyi dan segera semua siswa duduk di tempatnya masing-masing.