Pagi itu Jaejoong berangkat dengan wajah garang. Kakinya melangkah cepat dengan hentakkan-hentakkan kecil. Ia mengabaikan semua sapaan yang tertuju padanya. Ia ingin cepat sampai ke kelas dan menemui sahabatnya yang menyebabkan dirinya terkena masalah, si bebek alias Junsu.Begitu ia sampai di kelas dan menemukan targetnya ia langsung menghampiri Junsu, menarik kerah seragam Junsu, kemudian menggerakkannya ke depan belakang sehingga kepala Junsu bergoyang-goyang seperti mainan.
"Dasar bebek. Gara-gara kau sekarang aku dalam masalah!!!"
Teman-teman sekelas mereka yang melihatnya hanya mendiamkannya, berpura-pura tidak melihat meski Junsu menatap mereka memohon pertolongan tanpa bersuara. Tapi Junsu tahu dan semua orang tahu kalau Jaejoong hanya pedas di mulut dan tidak akan pernah sampai melakukan kekerasan, setidaknya tidak pada Junsu. Hanya saja Junsu semakin merasa pusing karena perbuatan Jaejoong. Telinganya juga pening mendengarkan kalimat Jaejoong yang sebenarnya hanya memiliki satu arti, "Aku terkena masalah gara-gara kau bebek."
Teng
Teng
Teng"Huh, nasibmu baik. Tapi jangan harap kau bisa melewati ostirahat siang dengan tenang!" Ancam Jaejoong yang kemudian duduk di kursinya.
"Mianhae. Aku sudah menghubungimu berkali-kali." Kata Junsu yang akhirnya memiliki kesempatan untuk menjelaskan.
"Huh!!"
Jaejoong membuang mukanya, manyun, merajuk. Junsu menggaruk rambutnya memutar otak. Lalu sebuah ide muncul di kepalanya.
"Aku kenal orang yang bisa membantumu semakin dekat dengan Yunho Ssaengnim." Kata Junsu.
Telinga Jaejoong mendadak melebar ketika mendengar nama Yunho terutama di kata 'bisa membantu'. Tetapi karena egonya ia pura-pura tidak berminat, sama sekali tidak memghiraukan ucapan Junsu.
"Dia sangat dekat dengan Yunho Ssaengnim dan pasti bisa membantumu. Jika kau mau aku bisa memintanya untuk bertemu denganmu." Lanjut Junsu pantang menyerah.
Jaejoong bimbang. Antara tetap marah atau menerima tawaran Junsu. Tawaran itu sangat menggiurkan untuknya. Setelah kejadian semalam ia tidak yakin kalau Yunho ssaengnim akan mau berurusan dengannya lagi. Tetapi kalau ia terima bagaimana dengan acara marahnya.
"Kau tahukan kalau Yoochun ssaengnim dekat dengan Yunho ssaengnim. Nah dia oarang yang ku maksud." Tambah Junsu.
Jaejoong memasang telinganya lebih lebar.
"Terima. Tidak. Terima. Tidak." Batinnya.
Ia melayangkan pandangan mematikan ke arah Junsu. "Bohong."
"Tidak. Aku serius. Mana pernah aku membohongimu."
"Bagaimana bisa kau dekat dengan si forehead killer itu?"
"Astaga. Kau lupa kalau ssaengmin mengantarku pulang waktu itu?"
"Aahh..."
Junsu menaikkan jari telunjuknya. "Dengan satu syarat kau maafkan aku. Deal?"
Alis Jaejoong naik sebelah, masih menimbang-nimbang.
"Kalau tidak mau lupakan saja. Kita lihat sampai mana kau bisa mendekati Yunho ssaengnim tanpa bantuannya."
"Setuju." Jawab Jaejoong cepat, secepat tangannya meraih tangan Junsu yang hampir menyentuh meja.
"Kalain yang duduk di pojokkan. Diam. Pelajaran sudah mulai." Bentak Ssaengnim mereka yang ternyata sudah berada di depan kelas.
Keduanya lalu tertawa tertahan.
***
"Anda tidak makan siang Yunho ssaengnim?" Tanya salah seorang guru wanita.