Yunho memarkirkan mobilnya di area parkir dan berjalan dengan memasukkan tangan ke dalam saku celana untuk membuat tangannya hangat. Sampai ia sadar ada seseorang duduk di depan pintu rumahnya.
"Yoochun?!" Ucapnya dengan sedikit ragu.
Tak biasanya Yoochun mendatangi rumahnya hampir tengah malam seperti ini dan tanpa mengabarinya lebih dulu.
Yoochun mendongakkan wajahnya.
"Yo bro."
Tatapan matanya tidak fokus, merah dan berair. Wajahnya juga sama merahnya. Samar-samar dari jarak setengah meter Yunho bisa mencium bau alcohol dari Yoochun. Ia mengeryit.
"Kau mabuk berat."
"Palli buka pintunya. Aku hampir mati kedinginan."
"Arraseo. Arraseo."
Yunho merogoh saku dan mencari kunci rumah lalu membukanya. Melibat Yoochun yang untuk berdiri saja limbung ia setengah menarik lengan Yoochun, melingkar di sekitar leher lalu menggunakan tangan yang lain menopang punggung Yoochun.
Untuk membawa Yoochun yang mabuk berat ia harus setengah menyeret namja itu. Karena kaki namja itu tidak memiliki tenaga untuk berjalan. Tidak memungkinkan membawa Yoochun ke kamarnya yang harus melalui tangga, ia merebahkan Yoochun di sofa panjang.
Yoochun langsung meringkuk di atas sofa, melipat tangannya di atas perut tertutup oleh lutut dan keningnya yang hampir bersentuhan. Ada rasa penasaran memenuhi benak Yunho tapi dari pada bertanya ia memilih untuk diam sementara. Ya, dia akan diam sementara. Lagipula percuma mengajak orang mabuk bicara, ia mungkin akan melakukannya setelah Yoochun sadar.
Ia lalu menyalakan pemanas ruangan, menuju ke kamarnya dan mengambil sehelai selimut tebal bersih dari lemari. Saat ia datang Yoochun masih berada di posisi yang sama, mendengkur pulas. Ia menyelimuti tubuh Yoochun menggunakan selimut.
Entah karena tidur Yoochun yang tidak benar-benar pulas atau selimut membuatnya tidak nyaman, Yoochun menggeliat dan membuka matanya.
"Air." Katanya.
"Sebentar."
Yoochun mencoba bangun sambil berpengangan pada sofa dan dengan tangannya yang bebas ia menekan pelipisnya.
"Argh, kepalaku pusing sekali." Keluhnya.
Yunho yang sedang menuangkan air untuk Yoochun menatapnya sekilas lalu mengambil beberapa es batu lalu dibungkus menggunakan handuk kecil yang tipis.
"Ini," ia menyerahkan gelas dan es yang telah di balut pada Yoochun. "Kau sudah sadar? Atau masih mabuk?"
"Masih mabuk." Jawabnya singkat sebelum menenggak air dingin dan mengompres kepalanya. "Setidaknya aku harap begitu karena sekarang setelah tidur sebentar otakku sepertinya sudah bisa berfungsi."
"Berapa lama kau menunggu?"
"Molla."
"Wae?" Tanyanya dengan nada hati-hati.
"Entahlah. Tiba-tiba saja aku ingin minum."
Yoochun menaruh kepalanya di sofa. "Aku sendiri tidak menyangka kalau akan minum seperti aku tidak akan bertemu hari esok. Aku ingin mengajakmu tapi malas."
Yunho diam, ia tidak tahu harus bagaimana.
"Argh, kepalaku sakit sekali. Seperti ada sesuatu yang mencoba membelah kepalaku. Bantu aku. Aku ingin tidur di kamarmu."
Kening Yunho mengkerut, melihat tangan Yoochun menjulur ke arahnya meminta dipapah.
"Apa kau bisa bekerja besok? Kondisimu sepertinya sangat buruk."