Sejeong sudah menunggu Woozi dikamar.
Tak lama,Woozi masuk ke kamar dan duduk ditepian kasur. Sementara Sejeong sendiri duduk di kursi meja riasnya.
"Lo bisa gak sih sekali aja gak usah ajak ribut di grup?" Tanya Woozi.
"Gue? Bukannya elo yang ajak ribut duluan? Gue cuman nyamber doang di grup" Jawab Sejeong tak terima disalahkan.
"Yah harusnya lo gak usah bales gue. Gak enak tau dibaca sama keluarga yang lain. Sahabat sendiri lagi" Protes Woozi. Sudah dipastikan menambah kekesalan Sejeong.
"Ya lo pikir gue juga gak malu hah?"
Sejeong terdiam. Ia kini mulai sibuk mengatur napasnya.
Woozi pun mendongakan wajahnya keatas dan mulai menerawang kisah kisah yang diceritakan oleh teman teman kantornya.
"Perasaan keluarga teman kantor gue pada adem adem aja." Gumam Woozi.
"Ya keluarga teman kita yang lain juga adem" Balas Sejeong.
"Kayaknya ada yang salah sama keluarga kita" Gumam Woozi kembali membuat Sejeong menatap bingung
"Mau tau kenapa? Karna istrinya nurutan. Lembut sama suami. Gak kayak lo" Ucapan Woozi membuat Sejeong tak bisa lagi mengatur napas dengan baik.
"Loh kok lo jadi nyalahin gue gini? Dari awal kita pacaran kan lo tau sifat gue kayak gimana. Lo udah setuju untuk terima gue apa adanya kan?"
"Ya lo harusnya berubah dong. Jadi lembut gitu. Lo kan perempuan jeong"
"Molto kali ah lembut" Gerutu Sejeong. Ia bangkit lalu merebahkan tubuhnya dikasur.
"Gue serius jeong! Lo tuh harus berubah. Malu tau gak pernikahan kita diisi keributan mulu"
"Gue? Kenapa harus gue doang? Dimana mana kalau mau pernikahannya jadi lebih baik ya dua duanya intropeksi diri" Ujar Sejeong.
"Lo pikir diri lo udah bener? Lo udah jadi suami yang becus? Coba inget inget kapan terakhir kali lo bahagiain gue?"
"Bahkan lo aja gak pernah muji gue cantik. Itu namanya suami yang bener?" Kalau gak ingat Woozi itu suaminya, mungkin sudah Sejeong usir dari rumah.
"Tapi gue-"
"Udahlah. Gue capek Ji" Sejeong menutup dirinya dengan selimut menandakan bahwa Woozi harus menyerah dan mengakhiri percakapan mereka.
•••••
"Pagi Zi"
Woozi yang sedang menyiram tanaman menoleh dan mendapati Daniel yang sudah ada disampingnya.
"Ada apa?" Tanya Woozi tanpa basa basi.
"Bisa kita bicara?"
"Masuk. Bicara didalam aja" Ajak Woozi.
Woozi dan Daniel sudah duduk di ruang tamu rumah Woozi.
"Gue mau menikmati hari libur ini. Jadi tolong ke inti pembicaraannya saja" Ucap Woozi mendahului Daniel yang ingin berbicara.
"Oke. Oke" Kekeh Daniel.
"Ini soal Sejeong" Woozi mengernyit bingung.
"Ada urusan apa lo sama istri gue?" Daniel tersenyum. Ia menyerahkan sebuah kotak kepada Woozi.
"Apaan nih?"
"Itu benda kesukaan Sejeong. Kasih aja itu, nanti juga kalian berbaikan lagi" Ucap Daniel sambil tersenyum.
Woozi membuka kotak tersebut yang menampakan sebuah jepitan rambut berbentuk pita.
Woozi mengambil jepitan rambut tersebut dan melemparkannya kearah Daniel.
"Maksud lo apa kayak gini? Lo pikir gue bukan suami yang baik untuk Sejeong? Lo pikir gue gak bisa selesain masalah gue sama Sejeong?"
"Dia istri gue Niel, gue tau apa yang harus gue lakuin. Lo cuman orang asing. Jangan pernah ikut campur urusan rumah tangga gue"
"Santai bro. Gue memang cuman tetangga kalian. Tapi niat gue baik, gue cuman mau bantu kalian memperbaiki hubungan rumah tangga kalian"
"Bantu apa? Gue gak perlu bantuan lo. Mending sekarang lo pergi dari rumah gue" Usir Woozi.
Daniel bangkit lalu berjalan kearah pintu.
"Niat gue baik. Sejeong selalu nangis ke gue. Dia cerita hubungan kalian udah diujung tanduk. Dia cuman mau lo perhatiin seperti perempuan lainnya" Ucap Daniel sebelum benar benar melangkah keluar.
Woozi semakin emosi, Daniel sudah terlampau jauh mencampuri kehidupannya. woozi mengejar Daniel dan langsung memukul bagian punggung Daniel.
Daniel yang saat itu kehilangan keseimbangannya langsung tersungkur kedepan.
"Woozi!"
Woozi menoleh dan mendapati Sejeong berdiri mematung dengan wajah yang ketakutan.
Woozi panik, apalagi setelah melihat keadaan Daniel.
"Jeong. Ini gak seperti yang lo lihat" Ucap Woozi dengan perlahan mendekati Sejeong.
"Gue beneran lihat sendiri tadi. Lo tadi itu. G-gue-" Sejeong berjalan mundur. Saat Woozi semakin mendekat, ia berlari ke kamarnya.
•••••
"Loh kok didepan rumah Sejeong ada mobil polisi sama ambulans?" Celetuk changkyun.
Ia baru saja kembali dari warung.
Tak lama, ia melihat Jun dan Sana yang berlari kearah rumah Sejeong.
"Jun, ada apa?" Teriak Changkyun agar Jun berhenti berlari.
"Gawat. Lo ayo masuk juga!" Balas Jun yang membuat Changkyun refleks ikut berlari masuk.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
96 Kids S.3
FanfictionMarriage Life dari bocah bocah 96 L Season 1 dan Season 2 bisa dibaca dengan judul "96 Kids"