"I pulled away to face the pain, I close my eyes and drift away over the fear that I will never find a way to heal my soul. And I will wander 'til the end of time,torn away from you"-Amy
***
Thalia POV
Tiga hari sudah berlalu sejak hari pertama Ujian Nasional dimulai. Waktu telah menunjukkan pukul satu siang, masa-masa menegangkan sudah selesai sejam yang lalu. Aku lebih memilih duduk sendirian di tepi kolam renang rumah yang sepi tanpa seorangpun kecuali aku disaat Aray beserta teman-teman yang lain sedang berkumpul dirumah Rendi untuk berpesta merayakan lepasnya penat mereka setelah menjalani hari-hari mendebarkan sepanjang sejarah putih abu-abu.
Setelah melepaskan sepatu dan meletakkan tasku tadi aku langsung beranjak ke tempat ini dan menceburkan kaki mungilku yang putih mulus ke air kolam renang berukuran sepuluh meter dengan kedalaman sekitar dua meter ini.
Aku lebih memilih tempat ini untuk menyejukkan hati dan penatku disaat aku tau bahwa saat aku pulang akan hanya ada aku sendiri karena papa masih berkutat dengan segala pekerjaannya di kantor dan Aray sedang dirumah Rendi, seperti yang aku katakan tadi.Tiba-tiba rasa pilu dalam hati mulai membuyarkan lamunanku seraya memandangi air kolam yang tenang di hadapanku, yakinkah aku untuk benar-benar pergi Ke Italy? Meninggalkan semua orang yang aku cintai di Indonesia? Papa,sahabat-sahabatku,dan juga Aray...
Aku mulai menunduk resah,pelupuk mataku kembali panas, cairan kristal bening mulai mengalir lagi di pipiku tanpa bisa kubendung, isakanku mulai terdengar. Sebenarnya aku tidak ingin pergi, tetapi aku tidak sanggup untuk selalu menepis rasa dan berpura-pura bahwa aku sedang baik-baik saja. Aku tidak mampu untuk terus berpura-pura menganggap bahwa Aray hanyalah seorang kakak bagiku, aku terlalu mencintainya. Memaksa diri untuk pergi jauh adalah caraku untuk mencoba melupakannya dan tak selalu melihat senyumnya yang selalu melelehkan tiap benteng pertahananku saat aku ingin berhenti memiliki rasa terhadapnya. Rasanya aku tak ingin jauh dari tubuh tegap dan lengan kekar yang selalu merengkuh tubuhku, aku tak ingin berhenti memandang wajah tegas dan mata hazel yang selalu aku dambakan. Batinku kembali menjerit, aku tak ingin menyiksa diri!
"Gak ada cara lain, gue benar-benar akan pergi dan bakal ninggalin elo Raaaaayyyyyyyyy.......!!!!!!!"
Jeritanku melengking dan tangisku meledak saat kini kurasakan bahwa aku tengah berada di puncak kegalauanku, namun tak ada yang mampu membalas berhubung hanya dinding dan air yang mampu mendengarku ~
***
"Yeaaayy Gue lulus!" pekik Thalia lalu memeluk riang sahabatnya Icha saat melihat nama beserta nomor ujiannya tertera di beberapa kertas pengumuman yang terpampang di Mading sekolah yang dipadati oleh ratusan siswa yang ingin memastikan kelulusan mereka dari sekolah SMKN 10 JAKARTA yang terkenal unggulan itu.
"Alhamdulillah, gue juga Thal. Eh elo semua gimana?" Ujar Icha membalas pelukan Thalia lalu menoleh ke arah para sahabat mereka yang lainnya.
"Gue juga lulus dear!" ujar Ifhy ikut girang.
"Gue juga!" tambah Indah dan shila bersamaan.
Mereka saling berpelukan dengan perasaan bahagia.Thalia kembali menatap mading di hadapannya,menerawang kembali satu persatu nama dan nomor ujian yang tertera. Kedua sudut bibirnya kembali terangkat saat mendapati nama "ARAY BRAMASTA MARTHIN" juga ada disana beserta nomor ujiannya. Kelima sahabat sejoli itu akhirnya keluar dari kerumunan, sementara tidak jauh dari mereka terlihat Aray juga sedang berpelukan dengan Rendi sahabatnya saling bersyukur dan bahagia karena kelulusan mereka. Pandangan Aray dan Thalia bertemu,Aray tersenyum ke Arah Thalia dan Thalia membalasnya lalu mengangguk seolah memberi isyarat bahwa dia sedang bahagia karena kelulusannya.
"Kita harus celebrate!" Usul Shila ke para sahabatnya yang kini sudah berada di dalam kelas mereka.
"Gimana kalo kita makan-makan di kantin aja?" Usul Ifhy menambahkan.
"Boleh juga tuh...Yaudah deh gue beliin minuman dulu deh buat kalian." ujar Thalia sambil menopang dagu dengan tangan mungilnya
"Loh, di kantin kan juga ada minuman Thal," Ujar Indah dengan alis yang bertaut.
"Beda guys, di depan sekolah ada yang jual minuman Mango blend gitu. Sumpah enak banget." Ujar Thalia.
"Ya udah ya udah, gue temenin deh Thal." tambah Icha sambil merangkul pundak Thalia.
"Gak usah Cha, kalian tungguin gue aja di kantin Ya. Sekalian deh langsung pesanin gue juga." timpal Thalia membalas rangkulan sahabatnya.
"Yakin ? Nanti lo kerepotan loh." Icha masih kekeh ingin membantu Thalia.
"Ya elah cuma bawa minuman ini kok. Ya udah gih gue kesana ya, kalian tungguin gue di kantin. Ingat, sekalian deh pesanin kesukaan gue." Ujar Thalia sembari berjalan keluar kelas dan meninggalkan mereka dengan senyum sumringah. Namun Icha menatapnya dengan senyum kecut, merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya saat memandang punggung Thalia yang mulai tidak terlihat saat sudah berada di luar kelas mereka.
***
"BUUUMMMMMMMMMM !!!!!"
Aray mendengar suara dentuman dan decitan kendaraan seperti tabrakan dari arah luar pagar sekolahnya saat ia berada di parkiran untuk mengambil sesuatu dari motor sport kesayangannya. Dengan rasa penasaran dia mencoba menengok keluar pagar untuk menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Terlihat beberapa warga sekitar sedang mengerumuni Tubuh seorang gadis berseragam berlambang sekolahnya yang sudah bersimbah darah yang masih memegang kantongan berisi beberapa pouch minuman yang sudah pecah sementara nampak sebuah mobil sport bugatti berwarna biru hitam kembali melaju kencang meninggalkan kerumunan.
"Kayaknya ada tabrak lari ini. Wwooyy mau kemana loe? Tanggang jawab loe wooooyy!!!" Aray berteriak sambil mengejar mobil itu namun hasilnya nihil karena kecepatan mobil itu tidak tertandingi. Nafas Aray masih tersengal dan matanya membulat ketika mendapati jam tangan rolex yang dikenakan korban tabrak lari itu mirip seperti kepunyaan sosok yang sangat dikenalnya. Segera dia menerobos kerumunan warga yang hampir menghalangi seluruh pandangannya. Pelupuk matanya kini mulai berair dan kakinya bergetar saat kedua mata hazel miliknya menatap dan menyandarkan gadis itu ke dadanya yang kini terkulai lemah bersimbah darah dan tak berdaya.
"Thaliaaaaaaa!!!" pekik Aray seraya memeluk erat gadis bertubuh mungil yang nyaris sudah tak bernafas itu.
(Bersambung)
_________________________________________
Maaf sekali untuk up kali ini sengaja aku pendekin ( biar penasaran, haha *ketawajahat*).
Gadis mungilku lagi gak mau ditinggal-tinggal nih dear😢Tumbenan ya Ada catatan dari author?😅
Sebenarnya aku bukan tipe author kebanyakan ngomong tapi entah kenapa kali ini lagi pengen ngomong aja😀Semoga yang koment dan nyentuh tanda bintang masuk surga😇🙏
See you next part para pembacaku yang setia🙋😘***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomanceEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...