"Kutapakkan jejak ku perlahan ke ruang sepi tanpa jiwa, dan mulai kurasakan bahwa takdir mulai mempermainkanku"-Thalia***
Aina Thalia Zahrani POV
Hai, aku Thalia. Hari ini aku jadian sama Aray Bramasta Marthin, cowok yang aku puja-puja selama 2 tahun, tepatnya dari awal aku masuk SMA, dulu kami hanya sempat sahabatan aja sampai akhirnya tadi dia ngakuin perasaannya ke aku. Girang? Of course! Cewek mana yang gak girang, yang gak seneng kalo ternyata cowok yang dia cintai sejak dulu ternyata juga memiliki perasaan yang sama?
Okefix, lupakan Aray sejenak. Aku mau ngebahas tentang diriku dulu ya, hehe.
Aku itu anak tunggal, now papa lagi sibuk kerja ngurusin bisnisnya yang..ah entahlah aku gak ngerti! Dan sialnya, aku cuma tinggal berdua sama papa. Gak ada asisten rumah tangga ataupun lainnya. Mamaku udah lama meninggal, kata papa sih dari aku berusia 2 tahun. Papa gak pernah berbicara sedikitpun tentang mama,bahkan gak ada satupun foto mama terpajang dirumah aku yang sederhana tapi lumayan luas untuk kalangan atas ini. So, aku sama sekali gak tau bagaimana paras cantik mama meski sebenarnya aku pengen tau banget siapa dan bagaimana mama. Dan aku bakalan cari tau itu, pasti!Back to reality now...
Aku baru aja dianterin pulang sekolah sama kekasih pujaanku. Seperti biasanya "WELCOME TO QUIET HOME!"
Kamarku di lantai atas, buru-buru aku ingin melangkahkan kaki menaiki anak tangga. Tapi tunggu, pintu kamar papa terbuka. Rumah ini terkunci, papa pasti masih kerja, yang pegang kunci rumah cuma aku sama papa. Jangan-jangan ada...Maling!Sedikit ada rasa takut aku memasuki kamar papa, ku buka lebih lebar pintu kamar yang sudah sedikit terbuka itu. Dengan langkah pelan dan siaga aku mulai memasuki kamar papa yang setiap hari aku rapikan. Celingak celinguk aku melihat sekeliling kamar dan tidak ada yang mencurigakan. Dan mata sendu khas ku mulai melirik lemari pakaian papa. "Cek lemari, kali aja ada yang mencurigakan. Maling sekarang kan pinter, kadang sukses nyelesaiin misi dengan mulus." pikirku.
Perlahan-lahan aku membuka lemari pakaian, keseluruhan isinya masih sangat rapi. Hummpp, mungkin papa cuma lupa menutup pintu kamarnya.aku berniat kembali menuji kamarku.tapi...wait! Aku melihat sesuatu yang aneh dilemari papa, dibalik pintu lemari ada secarik foto. Tanpa menunggu lama, ku beranikan diri mengambil benda yang berbentuk lembaran yang tertempel rapi di balik pintu lemari itu.
Terlihat 3 sosok disana, salah satunya adalah papa bersama 2 wanita, yang satunya wanita dewasa yang sangat cantik menurutku, dia tersenyum manis menghadap kamera, memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi, rambutnya hitam dan panjang, matanya sendu seperti mataku, bibirnya pun tipis dan berwarna merah muda sepertiku, dan wanita yang satunya lagi masih bayi dan terasa tidak asing menurutku. Who is she?
Aku mencoba membalik foto yang ada di tangan mungilku, tiba-tiba petir seakan-akan menyambar, mataku terasa panas, jantungku seakan berhenti melihat apa yang tertulis disana.
Pelan-pelan kurebahkan bokongku ke pinggiran ranjang kamar papa, tangisku pecah saat membaca tulisan dibalik foto yang tertulis,
"Ichsan, Thalia, Anne"
Aku sangat yakin orang yang bernama 'Anne' itu pasti mamaku, aku merasakan keluarga bahagia difoto itu. Aku bisa merasakan bagaimana sayangnya 'Anne' disana saat menggendongku."Jika dia memang mamaku, kenapa papa gak pernah ngasih tau kalo aku ternyata memiliki ibu secantik ini? Kenapa papa tdk pernah sekalipun menunjukkan foto ini padaku? Kenapa papa harus menyembunyikan rahasia besar seperti ini dalam hidupku? Untuk apa tuhan??"
Ribuan pertanyaan besar berkecamuk dikepalaku, kupandang sekali lagi foto itu, air mataku mulai membasahi tepat di bagian mama tersenyum kemudian kucium lalu kupeluk erat potret yang menunjukkan betapa indahnya wanita yang melahirkanku kedunia. Where are you now, Ma? I miss you, I wanna hug you, I wanna see you! Aku akan mencari mama, bahkan sampai ujung dunia sekalipun!
Aku berusaha berdiri dari tempat istirahat papa, kupaksakan kakiku yang lemas untuk menaiki anak tangga lalu memasuki kamarku yang bernuansa violet. Ku taruh foto yang kutemukan tadi di dalam laci kecil yang terletak tdk jauh dari ranjang kamarku. Kuhempaskan badan diatas ranjang berukuran queen size yang terbalut bedcover polos berwarna ungu muda. Mencoba memejamkan mataku yang lelah karena tangis, mencoba mengistirahatkan fikiran dan hati yang tersentak atas peristiwa yang baru saja terjadi, 'semoga ini hanya mimpi'
Dengan mata yang masih sembab dan hidung yang memerah akhirnya aku tertidur.(bersambung)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomansaEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...