"Jangan sesekali terlontar kata pisah untuk kita. Aku lebih baik mati dari pada harus hidup di dunia yang tidak ada dirimu." -Author
***
Thalia POV
Seminggu berlalu setelah pertemuanku dengan Vanessa yang menguras penuh segala emosi dan perasaanku. Dengan cepat aku ingin segera menyelesaikan tugas kuliah agar aku bisa segera pulang ke Indonesia menemui sosok lelaki yang sangat aku rindukan. Ayahku..
Ya, aku sangat merindukan sosok lelaki yang menjadi pahlawan seumur hidupku. Satu-satu nya lelaki yang tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun. Satu-satunya lelaki yang rela mengorbankan seluruh hidupnya untukku.
Then, How about Aray? Am I miss him?
Tentu, dirinya termasuk salah satu alasan tujuan kepulanganku ke Indonesia. Rasanya tidak sabar bagiku tiba-tiba muncul di hadapannya dan segera memeluk tubuh tegapnya sembari mengucapkan maaf. Semoga kebencianku selama ini padanya tidak membuat kadar cintanya padaku berkurang.
Segala perlengkapan kepulanganku telah ku persiapkan dengan sedemikian rupa, setelah tugasku semuanya selesai, aku akan segera berangkat ke Indonesia tanpa menundanya lagi.
Segera ku ambil ponselku dari atas nakas dan mencoba mencari-cari namanya, semoga aku belum menghapus kontaknya dari ponselku.
Dahiku mengernyit, tidak ku dapati namanya di kontak ponselku, aku telah menghapusnya.Kupejamkan mata sambil membaringkan tubuh letihku di atas ranjang, ku pijat pelan keningku yang terasa sedikit pening sembari mengingat nomor telfon Aray yang dulu sempat ku hafal. Segera ku buka mata dan kembali ke ambil ponselku saat nomor telfonnya mulai ku ingat. Yang ku tau, dia termasuk orang yang tidak suka mengganti nomor.
Satu detik.. Dua detik... Tiga detik...
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silahkan hubungi beberapa saat lagi~
Ku ulangi beberapa kali tombol panggilan ke nomor telfonnya, hingga 99 kali aku menghubunginya dan hanya terdengar jawaban yang sama dari operator wanita itu. Ponselnya sama sekali tidak aktif. Rasa frustasy mulai kurasakan lagi, apa dia mulai membenciku? Mungkin tuhan benar-benar menyuruhku pulang segera saat ini. Mungkin skenario tuhan adalah agar aku betul-betul bisa memberikan kejutan padanya dengan cara tiba-tiba muncul di hadapannya dan memohon maaf untuk segala kebodohanku tiga tahun ini.
Tiba-tiba terdengar suara memalukan dari dalam perutku, oh tidak! Matahari sudah menjulang tinggi menandakan hari sudah siang dan aku butuh asupan. Perutku menuntut untuk segera diisi. Sabar ya cacing-cacing sialanku! Aku akan segera mengisimu. Aku akan segera mencari makan di luar sana. Rasa penatku membuatku malas untuk masak bahkan untuk diriku sendiri.
Segera aku bangkit dari ranjang dan berjalan melewati tiap ruangan yang ada di apartemen menuju pintu keluar untuk menuju ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di luar gedung apartemen. Dengan gontai aku segera memutar kenop pintu apartemenku dan tubuhku mematung seketika ketika mendapati seorang pria bertubuh tinggi tengah berdiri tepat di hadapanku. Tatapanku pada Manik mata hazel dan lesung pipi miliknya berhasil membuat sekujur tubuhku terasa dingin dan mataku mulai berkaca-kaca.
"Baru saja aku ingin mengetuk pintu." ucapnya seraya tersenyum padaku dan memamerkan kedua lesung pipinya.
Tubuhku masih terpaku, bibir dan tubuhku bergetar, pelupuk mataku mulai basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomanceEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...