"Tak terhitung waktu tuk melupakanmu, sungguh aku tak bisa. Ku takkan pernah bisa" -Ajeng***
Aray POV
Tiga tahun sudah berlalu semenjak kepergian Thalia, dengan alasan cita-cita dia meninggalkan keluarga dan segala kepahitan kenangan yang ada di ibu kota. Terlebih lagi dia pergi di saat kurasa semuanya lebih baik dari sebelumnya, dia pergi di saat aku sangat bahagia karena senyum cantik dari wajahnya kembali bersinar setelah kepulangannya dari rumah sakit waktu itu.
Dengan segala pertanyaan yang kupendam karena perubahannya aku tetap bertahan untuk mengubur segala rasa penasaranku, tak ingin semua yang ku katakan berujung penyesalan jika dia akan kembali menjauhiku. Tidak, aku takkan pernah menginginkan orang yang sangat aku cintai kembali membenciku.
Hingga pada suatu ketika, dia memberi tahu aku dan ayahnya jika ia akan pergi mengejar cita-cita yang ku pikir sudah dilupakannya. Hari dimana dia kembali memandangku dengan tatapan penuh kebencian. Tepat di hari yang sama saat Vanessa tiba-tiba datang padaku dan mengatakan bahwa dia sedang berbadan dua.
Bukan, bukan aku yang menghamilinya.
Flashback on :
"Ray, aku hamil. " ucap Vanessa di sela isakannya. Wajahnya sungguh berantakan, riasannya benar-benar hancur akibat maskara yang meleleh mengalir di pipi kanan dan kirinya.
Aku terperangah dan spontan memeluk gadis lemah yang dulu kucintai dan kini jadi sahabatku itu, "Siapa yang melakukannya padamu, Nessa?"
"Bryan," jawabnya sembari membalas erat pelukanku. Suaranya makin terisak.
"Who's Bryan? Apa aku mengenalnya? "
"Nggak,Ray. Kamu nggak kenal dia. Dia kekasihku di Milan. "
"Sebentar, " perlahan aku melepaskan pelukanku padanya, "Kamu masuk dulu, kita bicara di dalam. " Lanjutku sambil mempersilahkan dia masuk kerumah dan mengarahkannya duduk di ruang tamu.
Vanessa kembali memelukku saat aku duduk disampingnya, aku mengusap punggungnya pelan, menenangkannya. "Lanjutkan."
"Aku melakukan itu hanya dengannya, Ray. Dan kami sempat melakukan itu sebelum aku kesini. Tadi aku ke dokter karena rasa mualku yang gak kunjung berhenti dari semalem. Dan dokter bilang aku hamil 4 bulan." jelasnya padaku dengan tangisnya yang makin pecah.
"Ba-bagaimana mungkin? kamu masih sekolah, Ness. " mataku membulat, sedikit rasa kecewa ada dalam benakku.
"Di Milan dan Indonesia beda, Ray. Pergaulan disana terlalu bebas, dan aku... terjebak pergaulan disana. Aku... Terlalu mencintai Bryan."
Perlahan aku kembali melepaskan pelukan itu, jemariku meraih jemari Vanessa untuk kembali menenangkan gadis yang begitu berjasa pada gadis yang masih sangat kucintai hingga kini, Thalia. "Kamu sudah memberitahu Bryan?" manik mataku menatap manik mata keemasan milik Vanessa yang kini terlihat sendu dan memerah.
Vanessa menggeleng pelan, "Aku sudah menelponnya dari tadi tapi tidak ada jawaban. Aku sms pun belum ada balasan."
Rahangku mengeras, rasa panas menjalar di ubun-ubun saat ku dengar Bryan seakan-akan menghilang. "Lalu? Apa kamu akan terus disini untuk meratapi ayah pengecut dari calon bayimu itu? Kejar!"
"Aku akan ke Milan besok pagi, aku tidak sebodoh yang kamu kira, Ray." ujar Vanessa sambil menyeka air matanya dengan punggung tangan kanannya.
"Aku tau kalo kamu sungguh wanita tangguh dan berwatak dewasa. Sabar Vanessa, tiap masalah akan ada jalan keluarnya. Semoga Bryan mampu bertanggung jawab." aku mensuport Vanessa sembari mengelus pelan puncak kepalanya.
Vanessa memelukku sekilas lalu kembali melepasnya, seutas senyum tipis tersimpul di bibirnya yang ranum. "Terima kasih, Ray. Kamu selalu jadi orang yang selalu bisa aku andalkan. Maaf aku mengagetkanmu."
"Sama-sama, Vanessa. Aku senang bisa jadi orang yang selalu kamu andalkan. " ujarku membalas senyumnya.
"Baiklah, aku pergi. Aku ingin berkemas untuk kepulanganku besok ke Milan. Sampai jumpa di lain kesempatan, Aray. Salam untuk Thalia. " pamit Vanessa lalu mengecup pipiku sekilas dan keluar meninggalkan rumah.
"Hati-hati, Nessa. Sampai jumpa."
Flashback Off.
Apakah itu yang membuatnya pergi? Tapi aku bahkan tidak melihatnya sama sekali saat pertemuan terakhirku dengan Vanessa. Ingin selalu ku cari penjelasan darinya namun entah sudah berapa ratus kali aku mencoba menghubunginya namun sekalipun tidak pernah ada jawaban darinya. Thalia, aku rindu.
Segala kabar dan perkembangan tentang dirinya hanya bisa ku dapatkan dari satu-satunya akun sosial media miliknya. Stalking, adalah satu-satunya cara bagaimana aku bisa mengetahui kabarnya yang kini sekolah multimedia di Universitas Milan. Entah apa yang ada di benaknya hingga ia memotong pendek rambut panjangnya yang selalu aku dambakan.
Bahkan semua pesan maupun komentar yang aku singgahkan di instagram Nya itu tidak pernah dijawabnya sama sekali. Sampai terakhir kali aku menyadari bahwa dia memblokir akunku dari akunnya. Sebegitu bencinya kah dia padaku?
Aku sudah tidak mungkin jadi kekasihnya, menjadi kakaknya pun bahkan dia sudah tidak sudi. Apa rasa cintaku padanya itu salah hingga membuatnya pergi?
16 januari 2018, hari ini ulang tahunnya yang ke dua puluh. Jika masih ku diberi kesempatan, ingin sekali ku rengkuh dia dalam pelukanku, mencium kening juga berbisik mesra padanya. ' Buon compleanno, Thalia. Ti amo. '
Entah bisikan dari mana hingga ku kini berdiri tepat di depan kamarnya. Tanganku perlahan memutar kenop pintu yang ternyata tidak terkunci. Kubuka pintunya sedikit demi sedikit hingga kulihat sempurna seperti apa ruang istirahat gadis yang aku cintai itu. Ruangan serba ungu warna favoritnya itu mendominasi, bahkan tidak kotor sama sekali. Ya, asisten rumah tangga yang kini sudah menemaniku dan ayahnya sejak dia pergi selalu merapihkan kamar cantik ini.
Hingga rasa rindu memberanikan aku untuk berbaring di atas ranjang berukuran Queen size nya itu, kubayangkan jika saat ini Thalia sedang memelukku dengan penuh cinta. Tak kurasa ponsel yang tadi disaku celanaku kini terjatuh dan terhempas. Tubuhku spontan terbangun dan mencari-cari dimana benda pipih itu terjatuh.
"Disini loe rupanya." gumamku ketika kutundukkan badan dan kepala ke kolong ranjang. Seketika perhatianku teralihkan ketika aku menemukan sebuah map putih yang terlapis debu tebal dari dalam sana.
(Bersambung)
***
Sedikit Vocab ya dear....
Mungkin sebagian ada yang bertanya-tanya ini artinya apa sih? Itu artinya apa sih?
Okedeh.. Sebagian istilah aku pake bahasa italy ya dear.. Check this out! 😊1.Mi Mancherai = aku akan merindukanmu
2.Grazie = terima kasih
3.Prego = sama-sama
4.Buon compleanno = selamat ulang tahun
5.Ti amo = aku mencintaimuSemoga bermanfaat😊
Moga yang vote dan koment segera di pertemukan jodoh dunia akhirat, aminn🙏😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomansaEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...