Perfection Of Love -15 - Truth of us

369 21 23
                                    


"Aku pernah berharap, tapi yang paling menyakitkan adalah berharap pada manusia." - Ali bin Abi Thalib

***

"Boleh tolong panggilkan dokter?" pinta Thalia pada Aray dengan wajah masam.

"Kenapa Thal? ada yang sakit?" tanya Aray kembali khawatir.

"Tidak, ada hal yang mau aku tanyakan."

"Kamu bisa bilang ke aku, nanti aku sampaikan ke dokter."

"Tolong panggilkan dokter, sekarang." ujar Thalia tidak peduli dengan perkataan Aray barusan. Sikap keras kepalanya membuat Aray harus mengalah.

"Hmm.. Baiklah." Aray mendengus pelan, "Akan ku panggilkan dokter, tunggu sebentar ya." Lanjut Aray sambil berjalan keluar kamar. Thalia hanya diam tanpa menatapnya sedikitpun.

Tidak sampai sepuluh menit, Aray kembali bersama dokter sesuai permintaan Thalia.

"Ada apa Thalia? ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter David, senyum ramah tampak di wajah oriental nya.

"Aku ingin bicara denganmu dokter, hanya empat mata." sindir Thalia sambil melirik sedikit ke Aray yang berdiri disamping dokter David.

Aray terkekeh, sindiran Thalia tepat mengarah ke otaknya.

"Baiklah, aku akan keluar. Kalo butuh apa-apa segera panggil aku. Permisi." Ujar Aray masih menampakkan senyum di wajah tegasnya dan beranjak keluar dari kamar lalu menutup pintunya.

Rasa penasaran membuat Aray tetap melihat Thalia dari balik lingkaran transparan pintu kaca kamar rawat Thalia, nampak keseriusan di wajah Thalia saat bercakap dengan Dokter David.Dokter terus mengangguk dan tersenyum ramah.
"Apa yang mereka bicarakan? gue gak bisa denger sama sekali dari sini. " ujar Aray kesal.

"Araayy!! what are you doing there?"

Teriakan yang berasal dari belakangnya berhasil membuatnya kaget dan menolah. Dilihatnya Icha bersama para sahabat Thalia sedang berdiri dibelakangnya.

"Ahh Elo Cha, bikin gue kaget aja!" ujar Aray mengusap dadanya.

"Lah elo ngapain, kenapa malah gak masuk?" tanya Ifhy dengan tatapan menyidik.

"Gue tadi disuruh keluar ama Thalia, mau bicara ama dokter katanya." jawab Aray jujur.

"Lah terus ngapain elo ngendus-ngendus gitu? ngapain juga Thalia nyuruh lo keluar kalo cuma buat bicara ama dokter doang?" cerocos Indah tanpa rem.

"Ahh kalian cerewet banget sihh kaya emak-emak. Yah mana gue tau!" ujar Aray kesal dengan berbagai pertanyaan yang dihujamkan padanya, tiba-tiba pintu kamar rawat Thalia terbuka, Dokter David keluar.
Para sahabat Thalia menatapnya dengan kagum.

"Thalia ngomong apa, dok? " tanya Aray penasaran.

"Bukan apa-apa" jawab Dokter David santai. "Yasudah, saya pergi dulu. Kalo butuh bantuan silahkan panggil saya lagi, permisi." lanjutnya lalu kembali berjalan meninggalkan mereka.

"Kyaaaa.... tuh dokter cakep banget." ujar Shila senyum-senyum menggelikan.

"Manis banget, sumpah! " tambah Indah tidak kalah geli.

"Asik banget jadi Thalia, bisa dirawat ama dokter secakep dan semanis itu. Uncchhh." Lanjut Ifhy.

"Iya.. Dia-" ucapan Icha terhenti.

"Woyy! lo semua centil banget sih. Cakepan juga gue!" Timpal Aray kesal

"Daripada gue dengerin narsis lo, mendingan gue masuk nengok Thalia, Yuk guys! " ajak Icha ke para sahabatnya yang mengekor di belakangnya.

Perfection Of Love - [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang