"Belajar melepasmu adalah caraku untuk memulai hidup kembali, Kau dan aku pantas bahagia dengan cara kita masing-masing..."-Thalia***
"Aaaaaarrrrrrggggggkkkkkhhhhhhhh....!!! capek aku tuhaaannn!! hatiku terlalu sakit, cukup ! Kenapa ini bukanlah mimpi buruk? aku mencintainya Tuhaaann...!"
Thalia menjerit kesal dan air matanya meledak saat ia kembali bertemu laut bebas yang saat ini menjadi tempat favoritnya.
"Gue bisa gila kalo kayak gini! GUE CINTA SAMA LO, RAY..!! aaarrrrrrrggggggkkkhhhhh...anjiirr!!! Bangsatt!!!! Tapi dia kakak gue,Brengsek!!"
Thalia mengamuk, melempar asal tas kesayangannya, menendang-nendang ombak yang serasa melawannya. Kaki mungilnya tiba-tiba menendang karang kecil tanpa sengaja, membuat darah segar sedikit mengalir di kaki telanjangnya, rasa sakit itu membuatnya makin kesal dan berumpat sejadi-jadinya.
"Aaarrgghh, sial!! Sakit banget !!
Tapi hati gue lebih sakit !! Lebih ancur dan lebih berdarah dari kaki gue !!
Tapi gak ada yang bisa ngertiin gue !!
Bahkan Tuhan pun gak mau dengerin keluhan gue !!"Thalia terus berteriak kesal, melepaskan seluruh amarahnya.Marah pada Tuhan, nasib, dan bahkan dirinya sendiri. Mungkin dia merasa sudah gila, tapi nyatanya tidak demikian. Nasib dan takdir serta perasaannya membuatnya merasa tertekan. Air laut yang membasahi seluruh tubuhnya ikut berkolaborasi bersama air matanya.
Sementara Shila, Icha, Ifhy,dan Indah yang sedari tadi menguntit Thalia dari sekolah terpaku melihat kelakuan sahabat tercintanya itu. Terutama Icha,sahabat yang paling dekat dengannya bahkan menangis karena perasaan iba saat melihat kondisi Thalia se-down itu.
"Ternyata seberat itu masalah yang ditanggung Thalia ya, guys. Gue jadi gak tega ngeliatnya." Ujar Shila memulai pembicaraan di belakang pohon kelapa
"Iya, tapi kita juga gak tau mesti bantu gimana." Lanjut Ifhy.
"Gue jadi pengen meluk Thalia seerat mungkin."Tambah Indah
"Dan gue...pengen..." ujar Icha,lalu...(Brukk!!), tubuhnya ambruk menghempas pasir dibawahnya.
Thalia menoleh kebelakang,ia mendengar suara jatuh dan suara berbisik dari arah pohon kelapa yang berjarak sekitar dua puluh meter darinya. Yang dia tau, dia hanya sendiri di pantai itu. Dia tak melihat kejanggalan apapun lalu kembali lagi membalikkan wajahnya dan battle kembali dengan lautan yang terhampar luas di depannya.
Sementara itu para sahabat-sahabatnya tertunduk lelah hingga merasakan pegal di masing-masing tengkuk mereka karena harus mengurus Icha yang sudah pingsan.
***
Malam itu Aray dan Ichsan(Ayah Thalia) sedang asik ngobrol diruang keluarga sambil nonton TV dengan santai meski Aray masih sedikit tegang dan masih belum merasa terbiasa.
"Pa, Aray denger-denger katanya Thalia mau kuliah ke Italy ya?" Tanya Aray dengan mimik wajah serius
"Gak tau tuh anak. Baru minggu kemaren juga dia bilang gitu ke papa,"jawab Ichsan santai.
"Papa ngijinin?"
"Ya mau gimana lagi Ray, Thalia nya kekeh. Papa paling gak bisa nolak keinginan Thalia kalo dia udah ngotot banget."
"Aray gak setuju!"
"Kenapa?" tanya Ichsan dengan tatapan membidik
"Dia kan...adik aray. Aray gak mau jauh dari dia Pa.Jangan ijinin ya,Aray mohon." bujuk Aray pada Ichsan.
"Hmm..." lelaki paruh baya itu tersenyum simpul."Papa ngerti nak,tapi itu udah kemauan Thalia,dia pengen raih cita-citanya. Gak apa-apa Thalia nya jauh, yang penting kan komunikasi kita lancar bahkan kita bisa sekali-sekali ngunjungin dia kesana. Disana juga ada keluarga Papa yang nanti akan tinggal bersama Thalia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomanceEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...