"Tuhan itu maha baik, dia selalu meyakinkan bahwa tidak pernah ada penantian yang sia-sia"-Author***
C I N T A
Hari gini siapa sihh orang yang gak ngomongin cinta? Semua orang juga pasti akan merasakan yang namanya jatuh cinta. Tapi, cinta itu gak selamanya indah. Faktanya, beberapa orang harus merasakan bagaimana pahitnya cinta itu.
Seperti yang di rasakan oleh Thalia, gadis cantik berumur 17 thn yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA ini harus merasakan pahitnya cinta. Dia mencintai tanpa di cintai. Ingin memiliki tapi tak dapat meraih. Dia selalu merasakan perih dalam hatinya karena cinta yang begitu dalam pada seseorang.
Orang yang ia cintai tak berada jauh dari dia. Teman kelasnya sendiri. 2 tahun memendam rasa, hal itu yang membuat batinnya tersiksa. " ARAY ", cowok berkarishma yang membuat hatinya berkelana tanpa arah.
Kenyataan pahit, Aray sudah punya cewek. Parahnya lagi, Thalia dan Aray bersahabat. Thalia selalu menangis dalam hatinya saat Aray curhat mengenai pacarnya kepada Thalia. Waaaawww!!! Gak kebayang kan gimana sakitnya?
Hari itu, senin. Jam 7 pagi Thalia berangkat ke sekolah seperti biasa, bertemu Aray merupakan penyemangat Thalia untuk rajin datang ke sekolah. Teman-teman Thalia menganggap dirinya gadis gokil dan ceria, soalnya saat di sekolah dia termasuk salah satu spesies wanita yang langja berkat kegilaannya.
Kaki udah di ambang pintu, suara bising khas XII Management udah riuh banget di telinga. Yahh, inilah kelas Aina Thalia Zahrani alias "Thalia" yang terkenal paling bangor di sekolah SMK Negeri 10 Jakarta.
"Thalia...........!!!!!!!!!!" teriak Ifhy teman sekelasnya.
"Woyy.. Biasa aja lo, semangat banget sih bukkkk..? "ujar Thalia sambil berjalan menuju kursinya.
"Haha, kaya gak tau Ifhy aja lo Thal, kalo gak kaya gitu gak rame nih kelas.. Ha ha ha." sahut Shila teman sekelasnya juga.
Thalia bersama sahabatnya tertawa ringan, Thalia sempat menoleh ke Aray yang sedang berdiri disudut kanan kelas yang sibuk telfonan. "Itu pasti Arumi", batinnya dalam hati. Meski sedikit sedih, Thalia tetap tersenyum untuk menguatkan hatinya yang rapuh."Strong Thalia, strong!"
"Thal, kenapa lo? Strong apaan? "tanya Icha sambil menepuk bahu Thalia yang melamun.
"Ebuuseett dehh! Ngagetin gue aja deh lo, apaan sih?!" sontak Thalia sedikit marah.
"Ya elu sih, ngapain ngoceh sendiri gitu. Strong apaan emange buk? Mana semangat banget pula ngucapinnya."
OMG! Kedengeran gue ternyata. You stupid Thalia! "Ohh gak kok, perut gue sakit soalnya Cha, td lupa sarapan, buru-buru sihh.. Hehe" jawab Thalia sekenanya.
Teng.. Teng.. Teng..
Bel masuk berbunyi, monday artinya upacara bendera, rutinitas mingguan sekolahan udah mau dimulai.
"Guys, udah bel nih. Kelapangan yuk" ajak Thalia pada sahabat-sahabatnya.
Sambil berjalan menuju lapangan bersama keempat sahabatnya Icha, shila, Ifhy, dan Indah, Thalia sempat melihat Aray, pria pujaannya yang berpostur tinggi, atletis, dan berwajah manis dengan lesung pipi itu berjalan menuju lapangan. Thalia tersenyum, tiba-tiba Icha kembali mengagetkannya.
"Woy, senyum aja ampe malem" pekik Icha dikuping Thalia
"Elu ya, seneng banget bikin jantung gue nari! "
Icha hanya membalas tawa.Thalia bersama sahabatnya akhirnya berbaris kelapangan dengan teman-teman lainnya. Upacara pun dimulai dengan khidmat. Diam-diam thalia terus melirik ke arah Aray. "Ya Allah, sungguh indah ciptaanmu ini. Tapi sayang, aku tdk bisa memilikinya." Batin Thalia dalam hati sambil menghela nafas panjang.
Pagi itu sudah menunjukkan pukul 07.30, matahari terasa menjulang naik lebih cepat dari biasanya. Pagi yang selalu orang bilang menyehatkan itu mulai membuat Thalia tidak nyaman. Kepalanya mulai pusing, penglihatannya mulai gelap daannnn..
Bruukk!!
Thalia mulai hilang kendali dan terjatuh pingsan tepat kearah dimana Aray berdiri. Spontan Aray langsung menangkap tubuhnya yang mungil itu lalu menggendongnya ke UKS.
Piuu,
Thalia masih setengah sadar, dia sempat sedikit membuka mata lalu jantungnya berdegup kencang saat ia sadari bahwa pria pujaannya lah yang menggendong tubuh mungilnya. "OMG! Apa gue mimpi? Kalo iya gue mimpi, plis jangan bangunin gue." batin Thalia dengan hatinya berbunga-bungaRuang sempit itu sepi, hanya ada Thalia dan Aray saja. "Wait, diruangan ini cuma gue doang aja yang sakit. Pasti Aray mikir deh kalo gue ini cemen banget karena pingsan Saat upacara. Abis ini dia pasti udah ninggalin gue. Hiks" bisiknya lagi dalam hati seraya sedikit membuka mata ketika Aray mulai meletakkan tubuhnya di atas ranjang UKS. Thalia sedikit kaget dan hampir saja membuka mata seluruhnya saat dia mengira Aray yang akan beranjak pergi ternyata malah duduk disamping ranjangnya menunggu dia sadar. Degup jantungnya mulai tidak terkendali di saat ia merasakan tangan hangat pria itu mulai mengelus ubun-ubunnya.
"Thalia, kamu sadar dong. Jangan bikin aku khawatir gini kenapa sih" ujar Aray lembut dan tiba-tiba mengecup kening wanita cantik di depan matanya. Sontak Thalia kembali kaget. Dengan mata yang masih tertutup ia merasakan kecupan hangat dikeningnya, dirinya serasa terbang. "Gue gak lagi mimpi kan? Gue gak salah ngerasain kan? Aray cium kening gue? Bukannya cium kening itu tanda sayang? Apa Aray juga sayang sama gue? " jerit Thalia dalam hati.
"Jika memendam rasa itu adalah dosa mungkin aku bakalan masuk neraka, Thal. Maafin aku yang cuma berani bilang kaya gini ke kamu saat kamu gak sadar aja. Entah aku gak pernah tau apa kamu bisa ngerasain gimana rasa sayangnya aku ke kamu. Sayaaaannngg banget. Cuma aku gak mau ngomong langsung kaya gini ke kamu. Aku takut pengakuanku akan merusak persahabatan kita." Ucap Aray perlahan sambil menggenggam tangan mungil nan putih gadis yang kini sedang pura-pura pingsan.
"What? Gak mungkin. Kayanya gue beneran mimpi nih. Barusan Aray nembak gue. Ehh nggak deng, ngakuin perasaan doang. Dia kan taunya gue pingsan. Dia bilang sayang ke gue? Unbelieveble, ternyata cinta gue gak bertepuk sebelah tangan. Thanks god! " Thalia kembali bergumam dalam hati.
(bersambung)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love - [END] ✔
RomansaEmpat semester bukanlah waktu yang singkat bagi Thalia mengagumi dan mencintai seorang Aray, hingga pada suatu ketika Aray mengakui memiliki perasaan yang sama sepertinya. Berharap sebuah penantian dan kesabaran nya yang berbuah manis akan berlangs...