[11]ㅡ over

3.2K 376 22
                                    

WARNING! TYPOOOOOO!!!
♣ HAPPY READING ♣

*note: tulisan yang bercetak miring + tebal adalah peristiwa yang sudah terjadi. (Flashback)

凹凹凹


Namjoon berlari lebih cepat di lorong tersembunyi menuju ketiga kamar dongsaengnya. Sebenarnya jalan pintas melalui tangga lain ke lantai dua itu lebih jauh dari pada lewat tangga utama.
Langkah kakinya terhenti sejenak dan ia meraup napas sedalam-dalamnya dan berjalan ke pintu kamar dimana Jungkook berada.

'Brak! '

"Jungkook!!!!! "

Namjoon menghela napas lega saat mendapati adik bungsunya menatapnya dengan mata memerah karena tiba-tiba terbangun. Ia tersenyum lembut, lalu menghampiri Jungkook.

"Maafkan aku telah membangunkanmu, Jungie. " ujar Namjoon sambil mengusap rambut adiknya lembut. Kerutan tercipta di kening Jungkook, "Apa yang terjadi hyung? " tanya Jungkook sedikit linglung. Namjoon menggeleng.

"Tidak ada, tidurlah kembali. Hyung akan memeriksa yang lain. " ucapnya sembari menidurkan pelan tubuh Jungkook kembali berbaring.

.

.

Tangan Namjoon mengepal saat tidak mendapati Jimin berada di kamarnya. Begitupun dengan Taehyung yang kebingungan disampingnya.

"Kemana perginya Jimin, hyung? " tanyanya. Menatap Namjoon bingung. Kepala Namjoon tertunduk lesu. "Tuan Jeon membawanya. " jawab Namjoon. Mata Taehyung membulat kaget.

"Bantulah aku membangunkan yang lainnya. Ayo! " titah Namjoon seraya menepuk bahu Taehyung yakin. Taehyung mengangguk patuh.

"Apa maksudmu Namjoon? Bagaimana bisa? " tanya Seokjin tak percaya. "Maafkan aku hyung. Aku pikir mereka mencoba membawa Jungkook. Tapi ternyata... " jelas Namjoon tak enak. Seokjin menghela napas berat. Ia tidak bisa menyalahkan Namjoon, ini juga salah mereka tidur terlalu lelap.

"Tidak apa. Ini bukan salahmu. " ujar Seokjin mencoba bersikap adil.

"Kita lihat situasi terlebih dahulu sampai benar-benar terlihat, apa mau mereka. Baru kita akan bertindak. " jelas Yoongi. Mata Taehyung membola, "Apa maksudmu hyung?! Jimin sedang di sandera sekarang!! Tapi kalian tenang-tenang saja?!" tanya Taehyung penuh emosi.

"Tae, keadaannya tidak semudah itu. Kau tenang saja. Jimin tidak akan mati dengan mudah. " timpal Hoseok. "Cih, lagi-lagi kalian hanya memikirkan keadaan Jungkook!! Kalian hanya menyayangi anak itu!! Iya kan?! " teriak Taehyung tak terima.

"Tae, jangan mulai. Jangan bersikap kekanakkan!" ujar Namjoon. Bibir Taehyung terangkat membentuk senyuman penuh arti, "Kekanakkan? Ck, kalian yang bersikap tidak adil padaku dan Jimin. Jika saja kau memeriksa terlebih dahulu kamar Jimin. Ini tidak akan terjadi, hyung!! " jelas Taehyung.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi Jungkook mendengar semuanya.

"Aku adalah Jungkook? " gumamnya. Kepalanya kembali terasa sakit. Entah kenapa setiap ia mencoba mengingat sesuatu, kepalanya akan berdenyut kuat.

"Siapa mereka sebenarnya? Ah, ani! Siapa aku sebenarnya?? " pekiknya sembari meremas kepalanya kuat. Tangan lainnya memegang besi penyangga tangga di lantai atas. "Akh!!! " teriaknya. Tubuhnya hampir ambruk jika saja tidak ada Seokjin yang menahan berat tubuhnya. Sebenarnya Jungkook begitu kaget saat melihat kelima hyungnya sudah berada di sekelilingnya.

"Jungie-ya, kau kenapa? " tanya Hoseok khawatir. Jungkook tidak menjawab. Pikirannya hanya tertuju pada rasa sakit kepalanya.

"Cepat panggilkan dokter Hwang!! Cepat!!! " teriak Namjoon panik. Saat melihat darah mulai mengalir dari hidung Jungkook. Apa kepala Jungkook begitu sakit, sampai mimisan? Pikir mereka. Secepat mungkin tubuh Jungkook di bopong oleh Seokjin ke kamar.

Wind Beneath My Wings [BTS•Brothership]ㅡ book II {end} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang