[18]ㅡ dream

3.3K 354 37
                                    

WARNING!!! TYPO!
🔡HAPPY READING🔡

*vote dulu ya!♡

🌃🌃🌃


"Brengsek kau Jungkook!! Kau berusaha mencari perhatian dengan menolongku hah?!!" Tuan Jeon melangkah dengan tongkat jalannya dengan terburu menghampiri Jungkook yang menatapnya.

'Sret! ' pria tua itu menarik baju rumah sakit anaknya dan mencekik leher Jungkook penuh kebencian. BTS kaget melihat kejadian gila itu, mereka berusaha menarik tuan Jeon jauh dari tubuh Jungkook. "Lepaskan!! Biarkan aku membunuh anak ini! " teriak tuan Jeon histeris.

Tak kalah emosi Yoongi menarik keras tubuh tuan Jeon dan menghempaskannya di lantai. "Tua bangka! Tak tau terimakasih!! Kau seharusnya tau siapa yang telah mendonorkan ginjal untukmuㅡ" teriak Yoongi. Tuan Jeon menatap Yoongi penasaran. Ya, sebenarnya ia pun penasaran siapa sebenarnya pendonor jantung itu. Ia akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena sudah menyelamatkan nyawanya. Siapa pun orang itu.

"Orang yang telah menjadi pendonor adalah Juㅡ" ucapan Yoongi terputus saat tuan Jeon tiba-tiba berteriak histeris, menjambak rambutnya. Mereka menatap bingung pria itu. Aneh.

Jungkook menatap khawatir appanya. Ia mencoba berdiri menghampiri appanya dengan susah payah. Tapi, aksinya terhenti saat Namjoon menggelengkan kepala menahan tubuhnya. Air mata Jungkook mengalir saat melihat appanya masih berteriak ketakutan. Ada apa sebenarnya?

Tuan Jeon merasakan telinganya panas. Seorang perempuan berbisik di bayangannya. Perempuan persis seperti istrinya dulu. Mimpi tadi malam terputar kembali. Darah dan luka dimana-mana. Dan yang paling membuatnya takut, tulisan itu. Tulisan 'Pembunuh' ditujukan untuknya. Kepalanya berdenyut sakit. Ia tidak kuat.

Seorang dokter dan beberapa perawat memasuki ruang rawat Jungkook, mereka membawa tuan Jeon kembali keruangannya untuk diperiksa lebih lanjut. Akhirnya BTS pun kembali bernapas lega saat ketenangan kembali di ruangan itu. Adik bungsunya butuh ketenangan. Tapi hati mereka berdenyut, saat Jungkook masih menangis khawatir terhadap appanya.

"Appa baik-baik saja 'kan hyung? " tanyanya penuh harap. Seokjin mengusap kepala Jungkook, Jungkook beralih menatapnya. Seokjin mengangguk lembut, "Ayahmu pasti baik-baik saja. Tidak perlu khawatir, Kookie. " ujarnya.

.

.

Malam begitu sunyi dan dingin. Tuan Jeon masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih merasa takut, jika wanita yang menyerupai istrinya kembali dalam mimpinya. Tuan Jeon manatap atap rumah sakit sambil menggigit bibirnya, ia mendengar suara samar langkah kaki seseorang.

'Tap! Tap! Tap! '

Kepalanya menatap pintu kamar inapnya dengan takut. Seseorang mendekati pintu itu, pikirnya. Dan,

'Klik! ' lampu kamarnya mati mendadak. Rasanya ia sangat ingin menjerit. Langkah kaki itu semakin terdengar dan terhenti. Saat knop pintu terlihat terputar, tuan Jeon memejamkan matanya berpura-pura tidur.

Seorang pria memasuki kamar tuan Jeon, pria itu membawa kain merah pekat di tangannya. Dalam suasana gelap iti, pria itu melangkah mendekat pada tubuh tuan Jeon tanpa ragu.

"Jeon, " jantung tuan Jeon berdetak cepat saat marganya terpanggil dengan dinginnya. "Akhirnya kita bertemu secara langsung, Jeon. " sambung pria itu.

Tuan Jeon berpikir keras, siapa pria itu? Tunggu! Apa orang ini yang selama ini menerror nya?

Kalau begitu, ia harus menangkapnya dan membongkarnya.

Wind Beneath My Wings [BTS•Brothership]ㅡ book II {end} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang