Chapter 12

171 22 2
                                    

"Seharusnya kita berpisah. Namun asal kau tahu, untuk melepasmu saja bagiku terasa sulit. Jauh darimu saja aku sudah kepayahan dengan rasa rinduku. Lalu kalau kita berpisah, harus bagaimana aku nanti?"

•Kim Yeri

.

.

.

"Kau mau es krim vanilla?"

Laki-laki itu sedang mencoba merayu si gadis agar tampak ceria lagi. Mereka sedang duduk di taman kampus siang ini, waktu istirahat mereka dimulai beberapa menit yang lalu.

Gadis itu tampak murung sejak semalam, matanya bengkak untuk menangisi orang di depannya ini.

"Atau kau mau segelas frappuccino? Kita bisa membelinya sekarang juga."

Kai, ia mencoba mengajak bicara Yeri yang mendiamkannya sejak semalam. Tepatnya sejak Kai mencium Jiho didepan keluarga serta tamu undangan.

Yeri bahkan tak mengirimkan pesan sejak pagi, bicara pun hanya seperlunya pada Kai. Hatinya masih cukup belum tenang kali ini melihat Kai, juga menyadari kenyataannya.

Yeri hanya menggelengkan kepala untuk menjawab setiap tawaran Kai barusan, namun matanya tak lepas mengamati Kai dengan diam.

"Lalu kau mau apa? Kumohon, jangan seperti ini." Kai mengacak rambutnya frustasi.

"Aku tak menginginkan apapun Kai."

Yeri kembali diam, ia mengalihkan pandangannya dari Kai. Mengamati ramainya taman siang ini, cukup untuk membuatnya tenang.

Kemudian keheningan melanda, keduanya saling diam. Kai yang biasanya selalu bergurau kini lebih memilih diam juga. Matanya tak lepas mengamati setiap pergerakan kecil kekasihnya di sampingnya sekarang.

Ada sedikit perasaan bersalah dihari Kai saat ini. Ia tahu bahwa dirinya sendiri yang telah membuat Yeri diam seperti ini. Ia tahu penyebabnya adalah dirinya.

Kai menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Ia membenarkan posisi duduknya menghadap Yeri tepat.

"Yeri, aku tahu ini salahku. Maafkan aku sayang..." suara Kai menghalus, ia benar-benar tak bisa melihat Yeri-nya sedih seperti ini.

Yeri memejamkan matanya sejenak sebelum menegakkan tubuhnya membalas tatapan Kai. Ia tersenyum tenang sambil meraih tangan Kai dan mengusapnya.

"Tak ada yang bisa disalahkan."

Kai juga tersenyum menatap Yeri, ia membalas usapan kecil di tangannya dengan genggaman hangat juga erat. Kai benar-benar senang melihat senyuman Yeri itu kembali lagi.

"Kau tahu, aku hanya mencintaimu saja Yeri. Sudah ku bilang aku tak mau yang lain, hanya dirimu."

Yeri memang tersenyum, tapi hatinya tak bisa dibohongi. Dari sorot matanya sudah terlihat, ia tak menahan sakitnya saat tangannya digenggam erat oleh Kai.

Di saat-saat seperti ini ia benar-benar tak yakin dengan takdirnya dan Kai. Ia takut Kai akan pergi, tapi hal itulah yang akan terjadi.

"Jangan sedih lagi, semua akan segera berakhir. Tentunya dengan kebahagiaan kita." Kai merengkuh tubuh kecil Yeri dalam dekapannya.

Yeri yang membenamkan kepalanya di dada Kai, memeluknya erat. Yeri mengangguk mendengar ucapak Kai. Sungguh ia tak ingin kehilangan Kai-nya.

'Deoneun mangseoriji ma jebal nae simjangeul geodueo ga
Geurae nalkaroulsurok joha dalbit jochado nuneul gameun bam~

The Perfection of Love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang